Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis vegetasi adalah suatu metode untuk mempelajari susunan atau
komposisi vegetasi dalam suatu komunitas tumbuhan berdasarkan struktur
vegetasi penyusunnya. Struktur vegetasi pada dasarnya mencakup unrur bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk (Junaedi, 2008). Bentuk vegetasi
dibatasi oleh tiga komponen yaitu lapisan penyusun vegetasi (strata) yang terdiri
dari pohin, tiang, perdu, sapihan, semai, dan herba. Komponen yang kedua
adalah sebaran horizontal dari jenis penyusun vegetasi dan yang ketiga adalah
banyaknya individu (abundance) dari jenis penyusun vegetasi tersebut (Kainde,
2011).
Analisis vegetasi hutan pada dasarnya hanya mempunyai dua metode
yaitu metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak
yang banyak digunakan adalah kombinasi anatara metode jalur (untuk pohon)
dengan metode garis petak (untuk tanaman muda) (Latifah, 2005). Sedangkan
metode kuadran (Point- Centered Quarter Method) merupakan metode yang
tidak menggunakan petak contoh dan apada umumnya digunakan dalam analisis
vegetasi tingkat pohon atau tiang (Ariyanto, 2016). Selanjutnya penguasaan
suatu jenis terhadapa jenis lainnya ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting
(INP). INP merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, dominansi relatif dan
frekuensi relatif (Kainde, 2011).
Pohon merupakan tumbuhan yang berdiamater ≥ 20 cm. Berdasarkan
survey lapangan yang telah dilakukan sebelum praktikum, wilayah yang akan
dijadikan sebagai tempat praktikum sebagian besar tumbuhannya terdiri dari
pohon-pohon. Syarat penerapan metode kuadran adalah tinggi pohon distribusi
pohon atau tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau
seragam. Berdasarkan hal tersebut dilakukanlah praktikum analisis jenis vegetasi
tumbuhan dengan menggunakan metode kuadran.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum “Metode Kuadran: Point Centre Methode” adalah
untuk mempelajari struktur vegetasi dan distribusi habitat yang dipilih.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini akan dilaksanakan di lingkungan gedung AAC, Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh.
Waktu pelaksanaan praktikum ini adalah tanggal 5 Desember 2016,
dimulai dari pukul 14.00 – 16.00 WIB.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tali rafia, patok, gunting,
notes, dan alat tulis. Tidak ada bahan yang digunakan pada praktikum ini.

2.3 Metode Penelitian


Lokasi deskripsi dicatat, ditentukan garis dasar (Basal Line), kemudian
ditarik garis sepanjang 100 (disesuaikan dengan kondisi lapangan). Sejumlah titik
sampling diletakkan pada garis transek dengan interval yang sama. Kemudian
ditarik garis tegak lurus pada tiap titik sampling yang telah ditentukan memotong
garis transek, sehingga terbentuk 4 kuadran yaitu kuadran I, II, III, dan IV.
Pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 Jarak antara titik dengan pohon terdekat pada masing-masing kuadran.
 Diameter batang diukur setinggi dada (DBH) masing-masing pohon
tersebut.
Tumbuhan yang telah disampling diberi tanda, sehingga tidak dihitung lagi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1 data hasil pengamatan
Titik Keliling Diameter
Nomor Jarak Basal Area
Samplin Nama Spesies Batang Batang
Quarter (m) (m2)
g (cm) (cm)
Mimusops 0.264
1 3.83 182 57.96
elengi
Terminalia 0.034
2 1.95 65 20.70
catappa
1
Terminalia 0.033
3 4.15 64 20.38
catappa
Mimusops 0.122
4 6.25 124 39.49
elengi
Azadirachta 0.051
1 4.3 80 25.48
indica
Terminalia 0.042
2 4.1 73 23.25
catappa
2
Terminalia 0.058
3 6.7 85 27.07
catappa
Azadirachta 0.039
4 5.8 70 22.29
indica
0.050
1 Cocos nucifera 8.3 79 25.16
0.156
2 Casuarina sp. 12.75 140 44.59
3 Azadirachta 0.042
3 5 73 23.25
indica
Terminalia 0.035
4 4.5 66 21.02
catappa
Azadirachta 0.037
1 6 68 21.65
indica
Terminalia 0.044
2 5.6 74 23.56
catappa
4
0.258
3 Casuarina sp. 10.6 180 57.32
Azadirachta 0.091
4 9.3 107 34.07
indica
Azadirachta 0.034
1 7.05 65 20.06
indica
0.318
2 Casuarina sp. 7.3 200 63.69
5
0.128
3 Areca catechu 7.7 127 40.45
Azadirachta 0.078
4 3.1 99 31.53
indica
1.913
124.28 2021 -
Total - -
Rata- 6.214
rata        

3.2 Pembahasan
Metode kuadran dilakukan dengan menarik jalur transek sepanjang 100m
x 20m, kemudian dibagi menjadi 5 titik sampling sehingga berukuran 20m x 20m.
Masing-masing titik sampling dibagi menjadi 4 kuadran. Pohon yang menjadi
target pengukuran adalah pohon yang paling dekat jaraknya dengan titik
sampling di setiap kuadran. Maka setiap titik sampling hanya memiliki 4 pohon
untuk diukur. Selain mengukur jarak terdekat suatu pohon ke titik sampling,
menurut (Ariyanto, 2016) pengukuran juga dilakukan terhadap diameter pohon
untuk mengetahui basal area suatu spesies.
Berdasarkan data hasil pengamatan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat
pada lokasi praktikum adalah Areca catechu, Azadirachta indica, Casuarina sp.,
Cocos nucifera, Mimusops elengi, dan Terminalia catappa. Parameter yang
diamati dalam pengamatan metode kuadran meliputi kerapatan, frekuensi, dan
dominansi untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting.

3.2.1 Nilai kerapatan mutlak dan kerapatan relatif


Berdasarkan data yang telah didapat selama praktikum kerapatan pohon
terbesar terdapat pada Azadirachta indica dengan nilai kerapatan sebesar 91
dan kerapatan relatif sebesar 35% (tabel 2 dan tabel 3 pada lampiran). Menurut
(Kainde, 2011) nilai kerapatan yang besar menunjukkan bahwa jenis tumbuhan
tersebut mempunyai jumlah jenis yang banyak dari jenis lainnya dalam suatu
kawasan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah spesies Azadirachta indica sebesar 7
spesies, yaitu 2 spesies di titik sampling dua di kuadran ke-1 dan ke-4, 1 spesies
pada titik sampling tiga di kuadran ke-3, 2 spesies pada titik sampling empat di
kuadran ke-1 dan ke-4, dan 2 spesies pada titik sampling lima di kuadran ke-1
dan ke-4 (tabel 1 pada data hasil pengamatan), dimana jumlah spesies
Azadirachta indica lebih banyak dibandingkan dengan spesies lainnya.
Sementara nilai kerapatan mutlak dan kerapatan relatif terendah terdapat
pada tumbuhan Areca catechu dan Cocos nucifera yaitu sebesar 13pohon/Ha
nilai kerapatan mutlak dan 5% nilai kerapatan relatif (tabel 2 dan tabel 3 pada
lampiran).

3.2.2 Nilai dominansi mutlak dan dominansi relatif


Dominansi merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan suatu jenis
tumbuhan terhadap jenis lain (Kainde, 2011). Berdasarkan data pada tabel 1 di
data hasi pengamatan menunjukkan bahwa Casuarina sp. mempunyai luas basal
area sebesar 0.156m2 pada titik sampling tiga di kuadran ke-2 dan 0.258m 2 pada
titik sampling 5 di kuadran ke-2. Sehingga menghasilkan nilai dominansi tertinggi,
dengan nilai dominansi mutlak yaitu sebesar 3.66m 2/Ha dan dominansi relatif
sebesar 38.28%. Sementara nilai dominansi mutlak dan dominansi relatif
terendah terdapat pada jenis tumbuhan Cocos nucifera dengan nilai dominansi
mutlak dan dominansi relatif berturut-turut adalah sebesar 0.25m2/Ha dan 2.60%
(tabel 4 dan tabel 5 pada lampiran). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa dominansi didasarkan pada besarnya basal area, semakin besar basal
area maka nilai dominansi yang didapat juga akan lebih besar (Indriyanto, 2006).

3.2.3 Nilai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif


Frekuensi merupakan nilai yang menunjukkan besarnya penyebaran
suatu jenis tumbuhan dalam suatu wilayah (Kainde,2011). Besarnya nilai
frekuensi ditentukan oleh kehadiran jenis tumbuhan dalam setiap titik sampling.
Berdasarkan tabel 6 dan tabel 7 pada lampiran tumbuhan yang memiliki nilai
frekuensi mutlak dan nilai frekuensi relatif tertinggi yaitu Azadirachta indica dan
Terminalia catappa dengan nilai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif berturut-
turut adalah 80 dan 28.57%. Azadirachta indica dan Terminalia catappa
mempunyai nilai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif yang sama dikarenakan
frekuensi kehadirannya di titik sampling sama, yaitu sebanyak 4 kali.
Berdasarkan tabel 1 pada data hasil pengamatan Azadirachta indica hadir pada
titik sampling 2 di kuadran ke-1 dan ke-4, titik sampling 3 di kuadran ke-3, titik
sampling 4 di kuadran ke1-dan ke-4, dan titik sampling 5 di kuadran ke-1 dan ke-
4. Terminalia catappa hadir pada titik sampling 1 di kuadran ke- dan ke-3, titik
sampling 2 di kuadran ke-2 dan ke-3, titik sampling 3 di kuadran ke-4, dan titik
sampling 4 di kuadran ke-2.
Sementara frekuensi terendah terdapat pada tumbuhan Areca catechu,
Mimusops elengi, dan Cocos nucifera yang mempunyai nilai frekuensi mutlak
dan frekuensi relatif berturut-turut sebesar 20 dan 7.14% (tabel 6 dan tabel 7
pada lampiran), dimana masing-masing tumbuhan ini hanya muncul satu kali
pada titik sampling dan kuadran tertentu. Areca catechu terdapat pada titik
sampling 5 di kuadran ke-3, Mimusops elengi pada titik sampling 1 di kuadran ke-
1 dan ke-4, dan Cocos nucifera pada titik sampling 3 di kuadran 1 (tabel 1 data
hasil pengamatan). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
merata penyebaran suatu jenis dalam suatu wilayah, nilai frekuensinya semakin
besar, begitu pun sebaliknya.

3.2.4 Indeks Nilai Penting (INP)


Berdasarkan data pada tabel 8 di lampiran, nilai INP tertinggi terdapat
pada jenis pohon Azadirachta indica yaitu sebesar 83.01%, sementara nilai INP
terendah terdapat jenis pohon Cocos nucifera yaitu sebesar 14.74%. Menurut
(Indriyanto, 2006) nilai INP menunjukkan penguasaan suatu jenis tumbuhan di
dalam suatu wilayah, semakin besar nilai INP, maka semakin besar tingkat
penguasaan wilayah oleh jenis tumbuhan tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum “Metode Kuadran” yang telah dilakukan adalah


sebagai berikut:
1. Nilai kerapatan mutlak dan kerapatan relatif tertinggi terdapat pada
tumbuhan Azadirachta indica yaitu sebesar 91pohon/Ha (nilai kerapatan
mutlak) dan 35% (nilai kerapatan relatif).
2. Nilai kerapatan mutlak dan kerapatan relatif terendah terdapat pada
tumbuhan Areca catechu dan Cocos nucifera yaitu sebesar 13pohon/Ha
(nilai kerapatan mutlak) dan 5% (nilai kerapatan relatif).
3. Nilai dominansi mutlak dan dominansi relatif tertinggi terdapat pada
tumbuhan Casuarina sp. yaitu sebesar 3.66m2/Ha (dominansi mutlak) dan
38.28% (dominansi relatif).
4. Nilai dominansi mutlak dan dominansi relatif terendah terdapat pada
tumbuhan Cocos nucifera yaitu sebesar 0.25m2/Ha (dominansi mutlak) dan
2.60% (dominansi relatif).
5. Nilai frekuensi mutlak dan ferkuensi relatif tertinggi terdapat pada tumbuhan
Azadirachta indica dan Terminalia catappa yaitu sebesar 80 (frekuensi
mutlak) dan 28.57% (frekuensi relatif).
6. Nilai frekuensi mutlak dan ferkuensi relatif terendah terdapat pada tumbuhan
Areca catechu, Mimusops elengi, dan Cocos nucifera yaitu sebesar 20
(frekuensi mutlak) dan 7.14% (frekuensi relatif).
7. Nilai INP tertinggi terdapat pada jenis pohon Azadirachta indica yaitu
sebesar 83.01%, sementara nilai INP terendah terdapat jenis pohon Cocos
nucifera yaitu sebesar 14.74%.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, J., Widoretno, S., Nurmiyati., dan Agustina, P. Studi Biodiversitas


Tanaman Pohon di 3 Resort Polisi Hutan (RPH) di bawah Kesatuan
Pemangku Hutan (KPH) Telawa Menggunakan Metode Point Center
Quarter (PCQ). download.portalgaruda.org/article.php?=50875, diakses
tanggal 11 Desember 2016.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Junaedi, D. I. 2008. Keragaman Komunitas Tumbuhan di Taman Nasional


Gunung Ciremai. Buletin Kebun Raya Indonesia. 11(2): 25-32.

Kainde, R.P., Ratag, S. P., Tasirin, J. S, dan Faryanti, D. 2011. Analisis Vegetasi
Hutan Lindung Gunung Tumpa. Eugenia. 17(3).

Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. e-USU Repository. Universitas


Sumatera Utara, Medan.

Anda mungkin juga menyukai