Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HUTAN
LATIHAN 3
ANALISIS VEGETASI METODE KUADRAN

Disusun Oleh:

Nama : Aldo Setyawan

NIM : 19/440026/KT/08911

Co-Ass : Meitikasari

Kelas : A-4

LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
LATIHAN 3
ANALISIS VEGETASI METODE KUADRAN

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui struktur kuantitatif komunitas
pohon berdasarkan spesies penyusun dan INP-nya dengan metode plotless sampling atau
kuadran.

B. DASAR TEORI

Vegetasi penting diteliti dan dianalisis untuk keperluan atau tindakan


konservasi serta pengelolaan secara lestari. Untuk dapat mengetahui mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya dapat digambarkan dengan struktur kuantitatif.
Menurut Win (2011) diacu dalam Maridi dkk. (2015) studi kuantitatif memberikan
deskripsi tentang vegetasi, prediksi dan klasifikasi polanya serta mengetahui kegunaan
dan nilai dari spesies yang mengindikasikan diversitas serta menggambarkan distribusi
individu spesies. Analisis vegetasi kuantitatitf digunakan untuk menjelaskan
keanekaragaman dan struktur vegetasi tumbuhan dengan mencari Kerapatan, Frekuensi,
Dominansi, Indeks Nilai Penting (INP), dan Indeks Keanekaragaman. Kerapatan adalah
jumlah individu setiap spesies dalam area sampling. Frekuensi adalah jumlah
kemunculan dari setiap spesies yang dijumpai dari seluruh area sampling yang dibuat.
Dominansi adalah luas bidang dasar pohon setiap spesies yang dijumpai dalam plot.
Indeks Nilai Penting (INP) adalah indeks yang menunjukkan spesies yang mendominasi
di lokasi penelitian (Hidayat,2017).

Metode tanpa plot untuk pengambilan kerapatan merupakan metode yang


tidak menggunakan batas dan sudah digunakan sejak tahun 1950. Metode ini
memperkirakan kerapatan dari rata – rata area yang ditempati per pohon berdasarkan
premis. Cottam dan rekannya merintis penilitian dengan metode tanpa plot meliputi
metode closest individual method, nearest-neighbor method, random-pairs method dan
point-centered method (Cottam dan Curtis 1949, 1956; Cottam et al. 1953 diacu dalam
Silvy, 2012). Point-centered method dapat dikenal dengan istilah lain yaitu metode
kuadran. Pada metode kuadran terdapat 2 macam metode, yaitu :

1. Point-quarter
Metode yang menentukan titik-titik terlebih dahulu yang ditentukan disepanjang garis
transek. Jarak antara satu titik dengan yang lainnya ditentukan secara acak atau
sistematis. Titik-titik tersebut dapat dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga
di setiap titiknya terdapat 4 buah kuadran. Pada setiap kuadran tersebut, dilakukan
pengukuran luas penutupan satu pohon terdekat dengan pusat titik kuadran.
2. Wandering-quarter
Metode yang membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal
pengukuran. Dengan bantuan kompas dapat ditentukan satu kuadran dengan sudut 90
derajat yang berpusat di titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua
sudut yang sama besar. Lalu, dilakukan pengukuran luas penutupan dan jarak satu
pohon terdekat dengan titik pusat kuadran (Soegianto, 1994).

C. ALAT DAN BAHAN


 Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
- Pohon dengan diameter  10 cm (Keliling  3,14 cm)
 Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
- Tali
- Roll meter
- Pita meter
- Kompas
- Kertas untuk mencatat data
- Alat tulis

D. CARA PELAKSANAAN
Cara pelaksanaan pada praktikum latihan 3 ini yaitu :

Membuat garis transek


dan titik pengamatan Membuat 4 kuadran pada
dengan jarak antar titik setiap titik
sama

Mencatat jenis spesies,


Menentukan pohon
keliling (cm), Jarak (m)
terdekat pada masing
antar titik pengamatan
masing kuadran
dengan pohon terdekat

Menghitung LBDS,
Kerapatan semua spesies,
Menghitung INP tiap
kerapatan, kerapatan
spesies dan di urutkan dari
relatif, dominansi,
INP terbesar
domnansi relatif, frekuensi
dan frekuensi relatif

Langkah pertama yang dapat dilakukan yaitu membuat garis transek yang menembus
hutan kemudian membuat titik pengamatan dengan jarak antar titik sama. Kemudian pada
tiap titik pengamatan dibuat 4 kuadran dan menentukan pohon terdekat pada masing masing
kuadran yang memiliki diameter  10 cm (Keliling  3,14 cm). Setelah itu jenis, keliling.
Dan jarak titik dengan pohon terdekat dicatat. Jika jumlah kumulatif sudah tidak bertambah,
maka pengambilan data dapat dihentikan. Langkah selanjutnya dihitung LBDS dengan
rumus :
LBDS = keliling2/4
Lalu menghitung kerapatan semua spesies, kerapatan, kerapatan relatif,, dominansi,
dominansi relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan kemudia dihitung INPnya serta diurutkan
dari INP terbesar.

Kerapatan semua jenis = 10.000 : (jarak rata rata)2

Kerapatan = (Kerapatan spesies A : 100) x kerapatan semua spesies

Kerapatan Relatif = (Jumlah individu spesies A : Jumah kerapatan semua spesies)


x 100

Dominansi = Kerapatan spesies A x lbds rata rata spesies A

Dominansi Relatif = (Dominansi Spesies A : Jumlah Dominansi semua Spesies) x


100

Frekuensi = Jumlah kuadrat ditemukan Spesies A : Jumlah Kuadrat

Frekuensi Relatif = (Frekuensi Spesies A : Jumlah frekuensi Spesies) x 100

INP = Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif + Frekuensi Relatif


E. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

No Jarak Keliling Jumlah Spesies


Titik Kuadran Jenis (m) (m) LBDS Kumulatif
1 I Terminalia morobensis 3 0.85 0.0575 1
II Dillenia indica 5 0.8 0.0509 2
III Garcinia mangostona 6 0.9 0.0645 3
IV Terminalia morobensis 2 1.1 0.0963 3
2 I Garcinia mangostona 3 0.6 0.0286 3
II Spathodea campalunata 5 0.5 0.0199 4
III Calophyllum inophylum 2 0.75 0.0448 5
IV Terminalia morobensis 2 0.7 0.0390 5
3 I Dillenia indica 5 0.85 0.0575 5
II Spathodea campalunata 3 0.9 0.0645 5
III Spathodea campalunata 6 0.6 0.0286 5
IV Terminalia morobensis 2 0.55 0.0241 5
4 I Calophyllum inophylum 3 0.75 0.0448 5
II Terminalia morobensis 3 0.85 0.0575 5
III Dillenia indica 4 0.95 0.0718 5
IV Calophyllum inophylum 3 1.05 0.0877 5
5 I Garcinia mangostona 4 0.55 0.0241 5
II Spathodea campalunata 7 0.85 0.0575 5
III Spathodea campalunata 5 0.55 0.0241 5
IV Dillenia indica 8 0.65 0.0336 5
Jumlah 81 15.3 0.9772 5
Rata-rata 4.05 0.765 0.0489
Kerapatan Semua Spesies 609,6632
Hasil yang didapat dari praktikum latihan 3 kali ini yaitu :
Tabel 3.1 Data analisis vegetasi metode kuadran komunitas pohon di Hutan A

Perhitungan :

Kerapatan semua spesies = 10.000 : (Jarak rata rata)2

= 10.000 : (4,05)2

= 10.000 : 16,4025

= 609,6632 individu/ha

Pada tabel diatas didapat dari total 5 spesies secara kumulatif mendapatkan jumlah
Luas Bidang Dasar sebesar 0,9772 m2. Dan jarak total 81 m. Kemudian rata rata LBDS nya
0,0489 m2 dan rata rata jaraknya 4,05 m. Kemudian didapat juga kerapatan semua spesies nya
yaitu 609,6632 individu/ha.

Tabel 3.2 Hasil analisis kerapatan komunitas pohon dengan metode kuadran di Hutan A

Jumlah Individu
No. Titik Terminalia Dillenia Garcinia Spathodea Calophyllum Total
morobensis indica mangostona campalunata inophylum
1 2 1 1 0 0 4
2 1 0 1 1 1 4
3 1 1 0 2 0 4
4 1 1 0 0 2 4
5 0 1 1 2 0 4
Jumlah 5 4 3 5 3 20
Kerapatan 152.4158 121.9326 91.4495 152.4158 91.4495 609.6632
Kerapatan
25 20 15 25 15 100
Relatif

Perhitungan :

 Kerapatan Relatif
o Dillenia indica = (4 : 20) x 100
= 20
o Garcinia mangostona = (3 : 20) x 100
= 15
o Terminalia morobensis = (50 : 20) x 100
= 25
o Spathodea campalunata = (5 : 20) x 100
= 25
o Calophyllum inophylum = (3 : 20) x 100
= 15

 Kerapatan
 Dillenia indica = (20: 100) x 609,6632 individu/ha
= 121,9326
 Garcinia mangostona = (15: 100) x 609,6632 individu/ha
= 91,4495
 Terminalia morobensis = (25: 100) x 609,6632 individu/ha
= 152,4158
 Spathodea campalunata = (25: 100) x 609,6632 individu/ha
= 152,4158
 Calophyllum inophylum = (15: 100) x 609,6632 individu/ha
= 91,4495

Dari tabel diatas didapat kerapatan spesies Dillenia indica kerapatannya 20 individu/ha
dengan kerapatan relatif 121.9326. Kemudian spesies Garcinia mangostona kerapatannya 15
individu/ha dengan KR 91,4495. Lalu Terminalia morobensis kerapatannya 25 individu/ha
dengan KR 152,4158. Lalu Spathodea campalunata kerapatannya 25 individu/ha dengan KR
152,4158. Dan terakhir Calophyllum inophylum kerapatannya 15 individu/ha dengan 91,4495.
Kerapatan total yang didapat seperti perhitungan pada table awal yaitu sebesar 609,6632
individu/ha.
LBDS
Calophyllu
No. Titik Total
Terminalia Dillenia Garcinia Spathodea m
morobensis indica mangostona campanulata inophylum
1 0.1538 0.0509 0.0645 0 0 0.2692
2 0.0390 0 0.0286 0.0199 0.0448 0.1323
3 0.0241 0.0575 0 0.0931 0 0.1747
4 0.0575 0.0718 0 0 0.1325 0.2618
5 0 0.0336 0.0241 0.0816 0 0.1393
Jumlah 0.2743 0.2139 0.1172 0.1946 0.1773 0.9772
Rata-rata 0.0549 0.0535 0.0391 0.0389 0.0591 0.2454
Dominansi 8.3629 6.5193 3.5720 5.9310 5.4034 29.7885
Dominansi
Relatif 28.0741 21.8852 11.9910 19.9104 18.1393 100
Tabel 3.3 Hasil analisis dominansi komunitas pohon dengan metode kuadran di Hutan A

Perhitungan :

 Dominansi
o Dillenia indica = 121,9326 x 0,0535 ha/ha
= 6,5193 m2/ha
o Garcinia mangostona = 91,4495 x 0,0391 m2/ha
= 3,5720 m2/ha
o Terminalia morobensis = 152,4158 x 0,0549 m2/ha
= 8,3629 m2/ha
o Spathodea campalunata = 152,4158 x m2/ha
= 5,9310 m2/ha
o Calophyllum inophylum = 91,4495 x 0,0591 m2/ha
= 5,4034 m2/ha
 Dominansi Relatif
o Dillenia indica = (121,9326 : 29,7885) x 100
= 21,8852
o Garcinia mangostona = (3,5720 : 29,7885) x 100
= 11,9910
o Terminalia morobensis = (8,3629 : 29,7885) x 100
= 28,0741
o Spathodea campalunata = (5,9310 : 29,7885) x 100
= 19,9104
o Calophyllum inophylum = (5,4304 : 29,7885) x 100
= 18,1393

Dari tabel diatas didapat dominansi spesies Dillenia indica sebesar 6,5193 m2/ha dan
DR 21,8852. Pada Garcinia mangostona dominansinya sebesar 23,5720m2/ha dengan DR
11,9910. Lalu Terminalia morobensis dominansinya sebesar 28,0741 m2/ha dengan DR
28,0741. Lalu Spathodea campalunata dominansinya sebesar 5,9310 m2/ha dengan DR
19,9104. Dan terakhir Calophyllum inophylum dominansinya sebesar 5,4304 m2/ha dengan DR
18,1393. Dominansi total yang didapat yaitu 29,7885 m2/ha.

Tabel 1.4 Hasil analisis frekuensi komunitas pohon dengan metode kuadran di Hutan A

No. Titik Frekuensi


Terminalia Dillenia Garcinia Spathodea Calophyllum Total
morobensis indica mangostona campanulata inophylum
1 1 1 1 0 0 3
2 1 0 1 1 1 4
3 1 1 0 1 0 3
4 1 1 0 0 1 3
5 0 1 1 1 0 3
Jumlah 4 4 3 3 2 16
Frekuensi 0.8 0.8 0.6 0.6 0.4 3.2
Frekuensi
Relatif 25 25 18.75 18.75 12.5 100
Perhitungan :

 Frekuensi
o Dillenia indica = 4 : 16
= 0,8
o Garcinia mangostona = 3 : 16
= 0,6
o Terminalia morobensis = 4 : 16
= 0,8
o Spathodea campalunata = 3 : 16
= 0,6
o Calophyllum inophylum = 2 : 16
= 0,4

 Dominansi Relatif
o Dillenia indica = (0,8 : 3,2) x 100
= 25
o Garcinia mangostona = (0,6 : 3,2) x 100
= 18,75
o Terminalia morobensis = (0,8 : 3,2) x 100
= 25
o Spathodea campalunata = (0,6 : 3,2) x 100
= 18,75
o Calophyllum inophylum = (0,4 : 3,2) x 100
= 12,5

Dari tabel diatas didapat frekuensi spesies Dillenia indica frekuensi sebesar 0,8 dengan
FR 25. Kemudian spesies Garcinia mangostona frekuensinya sebesar 0,6 dengan FR 18,75.
Lalu Terminalia morobensis frekuensi sebesar 0,8 dengan FRv25. Lalu Spathodea
campalunata frekuensi yang didapat yaitu 0,6 dengan FR 18,75. Dan terakhir Calophyllum
inophylum frekuensinya sebesar 0,4 dengan FR 12,5. Frekuensi total yang didapat yaitu 3,2.

Tabel 1.5 Struktur kuantitatif komunitas pohon dengan metode kuadran di Hutan A

NO Jenis K KR D DR F FR INP RANKING


1 Terminalia morobensis 152.4158 25 8.3629 28.0741 0.8 25 78.0741 1
2 Dillenia indica 121.9326 20 6.5193 21.8852 0.8 25 66.8852 2
3 Garcinia mangostona 91.4495 15 3.5720 11.9910 0.6 18.75 45.7410 4
4 Spathodea campalunata 152.4158 25 5.9310 19.9104 0.6 18.75 63.6604 3
5 Calophyllum inophylum 91.4495 15 5.4034 18.1393 0.4 12.5 45.6393 5
Jumlah 609.6632 100 29.7885 100 3.2000 100 300

Perhitungan Indeks Nilai Penting

o Dillenia indica = 20 + 21,8852 + 25


= 66,8852
o Garcinia mangostona = 15 + 11,9910 + 18,75
= 45,7410
o Terminalia morobensis = 25 + 28,0741 + 25
= 78,0741
o Spathodea campalunata = 25 + 19,9104 + 18,75
= 63,6604
o Calophyllum inophylum = 15 + 18,1393 + 12,5
= 45,6393
Pada perhitungan INP, INP tertinggi yaitu pada spesies Terminalia morobensis,
Dillena indica dengan INP 78,0741. Kemudian secara berurutan diikuti oleh Terminalia
morobensis, Spathodea campalunata, Garcinia mangostona, dan Calophyllum inophylum
dengan masing masing memiliki nilai INP yaitu 66,8852; 63,6604; 45,7410; 45,6393.

F. PEMBAHASAN
Struktur kuantitatif hutan adalah susunan spesies dan nilai kelimpahannya yang
artinya mencakup keanekaragaman dan struktur penyusun dari suatu komunitas di suatu
kawasan serta dampak yang diperoleh bagi komunitas tersebut. Salah satu variabel
kelimpahan yang sering digunakan adalah nilai penting atau biasanya disebut juga dengan
INP (Indeks Nilai Penting). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife dikarenakan setiap
hutan memiliki kelimpahan yang berbeda. Nilai penting didapatkan dari penjumlahan
kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300.
Analisis kuantitatif untuk mengetahui angka kerapatan, kerimbunan (dominansi),
frekuensi dan nilai penting dilakukan dengan perhitungan (Muller-dombois dan Ellenberg
,1974 diacu dalam Oktaviani dkk., 2017). Selain metode kuadrat mengukur sturktur
kuantitatif komunitas pohon, dapat juga menggunakan metode kuadran. Metode kuadran
ini merupakan metode plot less method, yang berarti metode ini merupakan salah satu
metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat
tertentu. Metode kuadran merupakan metode pengambilan data dengan menentukan titik
dan setiap titik dibuat menjadi 4 kuadran (Hariyanto dkk., 2008). Apabila dalam suatu
kuadran dalam jarak yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka
pencarian bisa diteruskan sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang dimaksud,
tetapi pohon tersebut masih berada di dalam daerah kuadran tersebut.
Data kali ini diperoleh dari hutan A telah ditemukan lima spesies berbeda dari
lima titik dengan tiap titik terdapat empat kuadran meliputi Terminalia morobensis,
Dillenia indica, Garcinia mangostona, Spathodea campanulata,Calophyllum inophylum.
Beberapa spesies yang ditemukan dalam komunitasnya akan ada yang memiliki peran
besar atau mendominasi. Maka dari itu, untuk menentukan spesies yang mendominasi di
kawasan tersebut dilakukan dengan menggunakan indeks nilai penting (INP). Hal tersebut
dikarenakan semakin tinggi nilai INP suatu spesies relatif terhadap spesies lainnya,
semakin tinggi peranan spesies pada komunitas tersebut. Tinggi rendahnya INP
dipengaruhi oleh kerapatan, dominansi, dan frekuensi pada tiap spesies tumbuhan itu
sendiri. Tingginya kerapatan saja belum tentu memiliki INP tinggi begitupun dengan
dominansi yang tinggi belum tentu hasil INPnya tinggi dan juga frekuensi saja yang
tinggi belum tentu menghasilkan INP tinggi. Tumbuhan atau jenis yang dominan atau
paling berperan akan memberikan ciri utama pada fisiognomi komunitas tersebut
(Kusumo dkk., 2016).
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu, misalnya 100 individu/ha. Dengan begitu kerapatan menggambarkan banyaknya
individu dalam suatu luasan tertentu. Pada metode kuadran perlu menentukan kerapatan
semua jenis terlebih dahulu untuk mencari kerapatan tiap spesies dikarenakan tidak
menggunakan kuadrat. Adapun cara untuk menentukan kerapatan semua jenis yaitu
10.000 dibagi jarak rata-rata dalam meter yang dipangkatkan dua. Dipilih 10.000 karena
satuan dari kerapatan semua jenis di latihan kali ini yaitu individu/ha. Nilai kerapatan
semua jenis di Hutan A sebesar 609,6632 individu/ha. Sedangkan kerapatan tiap individu
yang paling tinggi ada dua spesies yaitu Terminalia morobensis dan Spathodea
campanulata dengan nilai kerapatan yang sama sebesar 152,4158 dan kerapatan relatif
sebesar 25. Kemungkinan kedua spesies ini banyak ditemui daripada spesies lain di Hutan
A.
Basal area (dominansi) merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter
batang. Secara singkatnya dominansi menggambarkan bagian tanah yang ditutup oleh
tumbuhan, pada latihan kali ini lebih spesfik yaitu pohon. Pada metode kuadran untuk
menentukan dominansi tiap spesies perlu mencari lbds rata-ratanya dengan cara jumlah
lbds tiap spesies dari seluruh titik dibagi jumlah individu pada spesies itu sendiri. Jika
telah didapat lbds rata-rata tiap spesies selanjutnya dikalikan dengan kerapatan tiap
spesies itu sendiri. Spesies Terminalia morobensis merupakan spesies paling
mendominansi di kawasan tersebut dengan jumlah kawasan yang ditertutupi spesies ini
sebesar 8,3629 dan dominansi relatif sebesar 28,0741. Dengan diketahuinya pohon yang
paling luas memakan tempat di kawasan ini, yaitu Terminalia morobensis yang berati
secara tidak langsung diketahui juga bahwa batangnya juga memiliki diameter yang
panjang.
Frekuensi suatu jenis tumbuhan pada metode kuadrat dapat diartikan jumlah petak
contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Sedangkan pada metode kuadran frekuensi adalah jumlah titik dimana ditemukannya
jenis tersebut dari seluruh titik yang dibuat. Dengan adanya perhitungan frekuensi ini,
akan mendapat gambaran tentang distribusi, penyebaran, dan kehadiran suatu spesies
terhadap kawasan atau area tertentu. Terdapat dua spesies yang memiliki frekuensi
tertinggi yaitu Terminalia morobensis dan Dillenia indica menjadi spesies yang paling
banyak muncul dengan nilai frekuensi sebesar 0,8 dan frekuensi relatif (FR) sebesar 25.
Dengan ini menandakan bahwa distribusi spesies ini cukup merata dan mampu bersaing
dengan tumbuhan lain di sekelilingnya. Penyebaran biji untuk spesies ini dapat dikatakan
berhasil, dilihat dari frekuensi keberadaannya.
Dari ketiga data untuk mendapatkan nilai INP tersebut sudah dapat dipastikan
bahwa Terminalia morobensis yang memiliki nilai penting paling tinggi. Hal tersebut
dikarenakan nilai dari kerapatan relatif, dominansi relatif, dan frekuensi relatif jenis ini
sudah bernilai paling tinggi, yaitu dengan nilai INP sebesar 78,0741. Dengan begitu
spesies ini memiliki pengaruh paling besar terhadap Hutan A. Hal tersebut dikarenakan
INP mengambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistemnya
(Martiningsih dkk., 2016). Selain itu di posisi kedua dan ketiga yang paling berpengaruh
ada spesies Spondias dulcis dan Spathodea campanulata.
Penentuan INP (Indeks Nilai Penting) menggunakan metode kuadran ini lebih
efektif dalam hal tenaga dan waktu. Karena metode kuadran ini dalam pengambilan data
di lapangan tidak membutuhkan orang yang banyak dan pohon yang diambil dalam 1
kuadran pun hanya 1 pohon saja. Sehingga metode kuadran ini lebih efisien. Namun bila
jenis yang ada di hutan itu homogen, maka metode ini kurang cocok dibandingkan
dengan metode kuadrat.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa struktur kuantitatif hutan digunakan
untuk mengetahui komposisi dan peranan spesies terhadap komunitasnya dimana
ditentukan oleh kerapatan, dominansi dan frekuensi yang ketiganya akan menghasilkan
indeks nilai penting. Indeks Nilai Penting (INP) akan menunjukkan suatu spesies yang
mendominasi terhadap komunitas pohon yang ada di sekitarnya. Dengan metode kuadran,
INP tertinggi didapat oleh spesies Terminalia morobensis dengan INP sebesar 78,0741.
Sehingga mengindikasikan spesies ini berperan lebih dari spesies lain dan mendominasi
di komunitasnya.

H. DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto , S., Bambang , I., & Thin, S. (2008). Teori dan Praktek Ekologi. Surabaya:
Airlangga University Press.
Hidayat, M. (2017). Analisis Vegetasi dan Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan
Manifestasi Geotermal Ie Suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan Kependidikan, 5(2),
114-124.
Kusumo, A., Bambang, A. N., & Izzati, M. (2016). Struktur Vegetasi Kawasan Hutan
Alam dan Hutan Rerdegradasi di Taman Nasional Tesso Nilo. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 14(1), 19-26.
Maridi, Saputra, A., & Agustina, P. (2015). Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali. Bioedukasi: Jurnal Pendidikan Biologi, 8(1),
28-42.
Martiningsih, Ni Gst.Ag.Gde Eka., & I Made Suryana., dan Nandar S. (2015). Analisis
Vegetasi Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Bali. Agrimeta,
5(9), 27-36.
Oktaviani, S. I., Hanum, L., & Negara, Z. P. (2017). Analisis Vegetasi di Kawasan
Terbuka Hijau Industri Gasing. Jurnal Penelitian Sains, 19(3), 124-131.
Silvy, N. J. (2012). The Wildlife Techniques Manual. Baltimore: The Johns Hopkins
University Press.
Soegianto, A. (1994). Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

I. LAMPIRAN

Gambar 1. Screenshot judul jurnal Hidayat

Gambar 2. Screenshot kalimat yang dikutip dari jurnal Hidayat.

Gambar 3. Screenshot judul jurnal Kusumo dkk.


Gambar 4. Screenshot kalimat yang dikutip dari jurnal Kusumo dkk.
Gambar 5. Screenshot judul jurnal Maridi dkk.

Gambar 6. Screenshot kalimat yang dikutip dari jurnal Maridi dkk.


Gambar 7. Screenshot judul jurnal Martiningsih dkk.

Gambar 8. Screenshot kalimat yang dikutip dari jurnal Martiningsih dkk.


Gambar 9. Screenshot judul jurnal Oktaviani dkk.

Gambar 10. Screenshot kalimat yang dikutip dari jurnal Oktaviani dkk.

Anda mungkin juga menyukai