Anda di halaman 1dari 20

ACARA 3

ANALISIS JENIS POHON PENYUSUN DI ARBORETUM FAKULTAS


KEHUTANAN UGM DENGAN MENGGUNAKAN METODE
KUADRAN

3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Latar belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan dan mempunyai peran penting bagi kehidupan mahluk
hidup di bumi.
Hutan Arboretum Fakultas Kehutanan UGM berada di tengah-tengah kampus
Universitas Gadjah Mada dengan luas 0,9 ha. Arboretum tersebut merupakan hutan buatan
yang ditanam berbagai spesies yang ada di Indonesia. Pohon penyusun di Arboretum
memiliki ketinggian sekitar kurang lebih 40 meter dan sangat rapat, batangnya hampir lurus
dan kuat sehingga cahaya matahari sedikit yang dapat menembus karena tertutup oleh
tajuk-tajuk pohon. Diatas pohon dibagian pucuk terdapat sarang-sarang burung yang
dijadikan sebagai habitat burung Cangak (Ardea purpuera). Keberadaan Arboretum dengan
berbagai jenis pohon di dalamnya dapat membantu dalam hal pendidikan mahasiswa, tempat
penelitian, dan sebagai penyerap karbondioksida disekitar wilayah Arboretum. Oleh karena
itu perlu, dilakukan analisis vegetasi di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM.
Analisis vegetasi bisa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kelimpahan
jenis serta kerapatan tumbuh-tumbuhan pada suatu hutan. Metode kuadran atau point –
centered quartered method dapat diterapkan untuk mengungkap struktur kuantitatif hutan
berdasarakan jenis penyusun dan indeks nilai pentingnya. Metode kuadran adalah salah satu
metode yang tidak menggunakan petak contoh, metode ini sangat baik untuk menduga
komunitas yang berbentuk pohon, contohnya vegetasivegetasi di hutan. Metode ini mudah
dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi pohon, dominasi pohon, dan
menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena
tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area hanya berupa titik.

3.1.2 Tujuan
Tujuan praktikum acara ini yaitu :
1) Mengetahui jenis pohon penyusun di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM
2) Mengetahui indeks nilai penting masing-masing jenis pohon penyusun di Arboretum
Fakultas Kehutanan UGM

3.2 TINJAUAN PUSTAKA


Analisis vegetasi hutan merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui struktur
dan komposisi hutan. Arrijani dkk., (2006), mengatakan bahwa kehadiran vegetasi akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas.
Sebagai contoh secara umum vegetasi akan mengurangi suatu laju erosi tanah, mengatur
keseimbangan karbondioksida dan oksigen di udara, pengaturan tata air tanah, perbaikan sifat
fisik, kimia dan biologis tanah. Pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan
komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Tri, 2014).
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi yang
ada di habitat pada fase pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon serta komposisi dan
struktur populasi nunu pisang pada setiap fase pertumbuhannya. Analisis vegetasi dilakukan
sampai diperoleh INP (Hariany, 2016).
Dalam kegiatan analisis untuk komunitas, ada beberapa cara yang dapat digunakan
dalam pengambilan sampel antara lain metode kuadrat (quadran methods), metode transek
(transeck methods), metode loop (loop methods), dan metode titik (point less/point methods)
(Joko, tanpa tahun).
Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method” merupakan salah satu metode
jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya
digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula
dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin
mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter 20 cm, diameter
10-20 cm adalah pancang, diameter 10 cm dan tinggi pohon 2,5 m adalah pancang, serta
tinggi pohon 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi
pohon atau tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam(Joko,
tanpa tahun).
Parameter vegetasi yang dianalisis adalah Densitas, Densitas Relatif, Frekuensi,
Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif, Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks
Keanekaragaman (H’). Parameter vegetasi semak yang diperoleh saat penelitian adalah nama
spesies, jarak spesies ke titik sampling, keliling batang dan diameter (Ratih, tanpa tahun).
Metoda Titik Perempatan adalah metoda analisis data untuk penentuan struktur
horizontal pada vegetasi tumbuhan. Metoda ini didasarkan pada jarak empat buah pohon
yang terdekat ke titik pusat di empat kuadran sampling. Untuk komunitas tumbuhan, metoda
ini dikenal efisien dan mudah dikerjakan. Dalam hal fenomena sebaran lbang kepiting
pinghgir pantai yang relative horizontal, maka metoda ini diperkirakan dapat pula
diaplikasikan (Hanifa,2015)..
Metode titik pusat kuadran (point centered quarter method) menurut Cottam dan
Curtis(1956), yaitu merupakan salah satu metode jarakdengan menggunakan sejumlah titik
yang disebarkan secara teratur pada suatu garis transek, setiap transek yang satu dengan yang
lainnya mempunyai jarak yang sama. Pada titik pengambilan contoh dibuat dua buah garis
yang tegak lurus satu dengan lainnya sehingga terdapat 4 buat kuadran. Pada setiap kuadran,
jarak antara titik pengambilan contoh dengan pohon terdekat diukur. Pengukuran dimensi
pohon meliputi basal area dan jenis pohon hanya dilakukan terhadap keempat pohon terdekat
yang dipilih . Pengukuran vegetasi dihitung menggunakan rumus berikut (Hida, 2016):
Frekuensi relatif = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Dominansi relatif = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖_𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠_𝐴 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ_𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖_𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Densitas relatif = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

INP = Densitas relatif + Dominansi relatif + Frekuensi relatif

Metode point centered quarter (PCQ) adalah salah satu metode tanpa plot.
Keuntungan menggunakan metode tanpa plot daripada berbasis teknik plot yang standar
adalah bahwa metode point centered quarter (PCQ) cenderung lebih efisien. Metode tanpa
plot lebih cepat untuk dilakukan, membutuhkan peralatan yang relatif sedikit, sehingga hanya
membutuhkan sedikit pekerja (Mitchell, 2007)
3.3 METODE
3.3.1 Waktu dan tempat
Praktikum pada acara 2 dilakukan di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM yang merupakan
hutan pendidikan Universitas Gadjah Mada. Waktu pelaksanaan pada hari senin, 24
September 2018, pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Lokasi dapat diakses melalui
link : https://goo.gl/maps/LXGi9zuoEc82

3.3.2 Alat dan bahan


Bahan praktikum acara ini yaitu jenis pohon berdiameter ≥10 cm (keliling ≥31,4 cm )di
Arboretum Fakultas Kehutanan UGM.
Alat yang digunakan meliputi:
- kompas untuk mementukan arah petak ukur,
- pita ukur diameter pohon,
- tali sebagai penentu garis,
- roll meter untuk mengukur luas petak ukur,
- kertas dan alat tulis untuk mencatat data.

3.3.3 Metode pengambilan data


1) Transek dibuat menembus hutan sedemikian rupa sehingga semua bagian wilayah
dapat terwakili. Dalam tiap garis transek dibuat titik titik pengamatan dalam jarak
antar titik sama. Jarak antar titik ditentukan dengan mempertimbangkan jarak antar
pohon (berdiameter ≥10 cm) di lapangan. Pola penempatan dan jumlah titik yang
dijelaskan pada saat praktikum.
2) Pada tiap titik pengamatan dibuat 4 kuadran. Selanjutnya, dalam tiap kuadran
ditentukan pohon terdekat. Jenis, keliling (dalam cm), dan jarak (dalam m) antara
titik pengamatan dengan titik terdekat dicatat. Jika digambarkan, pelaksanaannya
akan seperti Gambar 1 berikut ini :
Gambar 4. Skema pelaksanaan analisis vegetasi metode kuadran di lapangan

3.3.4 Metode Analisis data


1) Datanya ditulis dalam tabel seperti Tabel 3.
Tabel 3. Data dalam Analisis Vegetasi Metode Kuadran

2) Untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting tiap jenis digunakan rumus-rumus sbb:
Densitas_semua_ jenis = 10000
(𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)²

Densitas_relatif_jenis_A = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 𝑥 100


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Densitas _jenis_A = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠_𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓_𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠_𝐴 𝑥 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


100

Dominansi_jenis_A = Densitas_jenis_A x lbds_rata-rata_jenis_A

Dominansi_relatif_ jenis_ A = 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖_𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠_𝐴 𝑥 100


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ_𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖_𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Frekuensi_jenis_A = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 𝑎𝑑𝑎


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘

Frekuensi_relatif_jenis_A = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 𝑥 100


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
INP_jenis_A = Densitas_relatif_jenis _A + Dominansi relatif jenis A +
Frekuensi relatif Jenis A

3) Hasilnya disajikan dalam tabel seperti Tabel 4.


Tabel 4. Susunan Hasil Analisis Vegetasi Metode Kuadran
3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Data Kompilasi Analisis Vegetasi Metode Kuadran


NO Kuadran Jenis Pohon Jarak (m) Diameter (cm) Akumulasi Jenis LBDS Koordinat
x y
1 I Flamboyan (Delonix regia) 5 23 2 415,265 4 3
II Bipa (Pterygota alata) 3 35 961,625 2 -2,7
III Bipa (Pterygota alata) 2,7 31 754,385 -1,5 -2,3
IV Bipa (Pterygota alata) 1,9 32,3 818,98265 -0,5 1,9
2 I Bipa (Pterygota alata) 10 48,5 3 1846,51625 0,5 9,8
II Flamboyan (Delonix regia) 11 25,7 518,48465 5 -9,2
III Saga (Adenanthera pavonina) 6 29,5 683,14625 -12 -5,8
IV Bipa (Pterygota alata) 16 120 11304 -12,5 10
3 I Bipa (Pterygota alata) 12,65 42 4 1384,74 7 11
II Pohon X 12,3 49 1884,785 0,2 -12,3
III Flamboyan (Delonix regia) 16,2 38 1133,54 -5 -15
IV Mahoni (Swietenia macrophylla) 6,7 51 2041,785 -6 2
4 I Bipa (Pterygota alata) 5,3 37 2 1074,665 2 4
II Keruing (Dipterocarpus sp.) 8,5 44 1519,76 2 -8,5
III Bipa (Pterygota alata) 10 63 3115,665 -7 -1,5
IV Bipa (Pterygota alata) 4,7 48 1808,64 -3 4
5 I Bipa (Pterygota alata) 6,08 20,9 3 342,89585 1 6
II Ketapang (Terminalia catappa) 14,04 46 1661,06 14 -1
III Eboni (Diospyros celebica) 6,1 20 314 -3,5 -5
IV Bipa (Pterygota alata) 4,61 40,5 1287,59625 -3 3,5
6 I Eboni (Diospyros celebica) 9,47 23 3 415,265 3 9
II Ketapang( Terminalia catappa) 3,85 32 803,84 3,5 -1,5
III Rambutan (Nephelium lappaceum) 3,5 22 379,94 0 -3,5
IV Eboni (Diospyros celebica) 3,144 26 530,66 -3,14 0,15
7 I Waru (Hibiscus hiliaceus) 14 41 3 1319,585 12,25 8,4
II Mahoni (Swietenia mahagoni) 7,5 27 572,265 4,73 5,5
III Mahoni (Swietenia mahagoni) 11,4 31 754,385 -11 13,1
IV Mahoni Afrika (Khaya anthotheca) 5 69 3737,385 -22,3 4,5
8 I Mahoni Afrika (Khaya anthotheca) 15,8 21 3 346,185 13,6 7,7
II Meranti (Shorea sp.) 5,6 21,5 362,86625 3,6 -7,1
III Meranti (Shorea sp.) 9,7 25 490,625 -6,1 -8,1
IV Saga (Adenanthera pavonina) 3,2 102,5 8247,40625 -2,5 1
9 I Mahoni (Swietenia mahagoni) 1,5 67 2 3523,865 1,5 4
II Mahoni (Swietenia mahagoni) 10 42 1384,74 11,5 -1,5
III Meranti (Shorea sp.) 4,6 30 706,5 -4,6 -1,8
IV Mahoni (Swietenia mahagoni) 8 40 1256 -9 5,4
10 I Meranti (Shorea sp.) 2,8 41 3 1319,585 0 2,8
II Jati putih (Gmelina arborea) 6 40 1256 6,4 -2,6
III Mahoni (Swietenia mahagoni) 3 40 1256 -2,4 -6,5
IV Meranti (Shorea sp.) 8 24 452,16 -8,8 2,4
11 I Mahoni Afrika (Khaya anthotheca) 3,5 86 4 5805,86 0,5 3,5
II Bipa (Pterygota alata) 9,8 21 346,185 5,2 -8,2
III Mahoni daun kecil (Swietenia macrophylla) 3,65 35 961,625 -1,25 -4
IV Mahoni Afrika (Khaya anthotheca) 2,25 43 1451,465 -2,25 0,5
12 I Mahoni daun kecil (Swietenia macrophylla) 4,6 26 3 530,66 1,8 4,3
II Pohon X 5,1 24 452,16 5,1 -1,4
III Mahoni daun besar (Swietenia mahagoni) 9,3 28 615,44 -6,1 -6,6
IV Mahoni daun kecil (Swietenia macrophylla) 7,35 30 706,5 -7,2 2,4
13 I Bipa (Pterygota alata) 4 36 4 1017,36 1,23 3,3
II Flamboyan (Delonix regia) 3,3 26,5 551,26625 0,3 -3,7
III Mahoni (Swietenia mahagoni) 12,66 40,3 1274,91065 -9,8 -8,89
IV Eboni (Diospyros celebica) 3,39 32 803,84 -0,5 3,9
14 I Meranti (Shorea sp.) 3,1 45 2 1589,625 2,9 0,5
II Meranti (Shorea sp.) 1,3 26,5 551,26625 0,5 -1,8
III Ketapang (Terminalia catappa) 7,2 24,1 455,93585 -3,5 -6
IV Meranti (Shorea sp.) 2,27 62,7 3086,06265 -1 2
15 I Saga (Adenanthera pavonina) 5,54 39,5 3 1224,79625 4,9 4
II Saga (Adenanthera pavonina) 6,8 22 379,94 2,7 -6,2
III Sengon (Albizia chinensis) 8,3 30 706,5 -8,2 -1,2
IV Bipa (Pterygota alata) 7,4 20 314 -2,4 7
16 I Bipa (Pterygota alata) 1,7 30 3 706,5 1,7 0,5
II Randu (Ceiba pentandra) 3,8 33 854,865 3,6 -4,3
III Randu (Ceiba pentandra) 3,5 54 2289,06 -1,8 -2,4
IV Saga (Adenanthera pavonina) 7,4 22 379,94 -5,4 3,1
Jumlah 64 Jumlah 426,054
Rata-rata 6,65709375
Tabel Perhitungan INP
Frekuensi Frekuensi Densitas Densitas Dominansi Dominansi
Jenis Nama Ilmiah Akumulasi Jenis Relatif Jenis Relatif LBDS Jenis Relatif INP
1. Flamboyan Delonix regia 4 0,25 8,888888889 20,05756145 6,25 654,638975 13130,46147 4,277379985 19,41626887
Pterygota
2. Bipa alata 15 0,5 17,77777778 40,1151229 23,4375 1805,246183 72417,67252 23,59078572 64,8060635
Adenanthera
3. Saga pavonina 5 0,25 8,888888889 20,05756145 7,8125 2183,04575 43786,57428 14,26391729 30,96530618
4. Pohon x - 2 0,125 4,444444444 10,02878073 3,125 1168,4725 11718,35449 3,817371922 11,38681637
Mahoni (
Switenia Switenia
5. mahagoni) mahagoni 8 0,3125 11,11111111 25,07195182 12,5 1329,700706 33338,19204 10,86025161 34,47136272
Diperocarpus
6. Keruing sp 1 0,0625 2,222222222 5,014390363 1,5625 1519,76 7620,669898 2,482509923 6,267232145
Terminalia
7. Ketapang catappa 3 0,1875 6,666666667 15,04317109 4,6875 973,61195 14646,21114 4,771150696 16,12531736
Hibiscus
8. Waru hiliaceus 1 0,0625 2,222222222 5,014390363 1,5625 572,265 2869,560101 0,934788086 4,719510308
Nephelium
9. Rambutan lappaceum 1 0,0625 2,222222222 5,014390363 1,5625 379,94 1905,167475 0,620627481 4,405349703
Mahoni Khaya
10. Afrika anthoteca 4 0,1875 6,666666667 15,04317109 6,25 2.835 42650,75595 13,89391304 26,81057971
11. Meranti Shorea sp. 8 0,25 8,888888889 20,05756145 12,5 1069,836269 21458,3067 6,990259392 28,37914828
Gmelina
12. Jati Putih arborea 1 0,0625 2,222222222 5,014390363 1,5625 1256 6298,074296 2,051661093 5,836383316
Ceiba
13. Randu petandra 2 0,0625 2,222222222 5,014390363 3,125 1571,9625 7882,433611 2,567782087 7,91500431
Mahoni (
Switenia Switenia
14. Macrophylla) macrophylla 4 0,1875 6,666666667 15,04317109 6,25 1060,1425 15947,90501 5,195190575 18,11185724
Albiziz
15. Sengon chinensis 1 0,0625 2,222222222 5,014390363 1,5625 706,5 3542,666792 1,154059365 4,938781587
Diospyros
16. Eboni celebia 4 0,1875 6,666666667 15,04317109 6,25 515,94125 7761,392496 2,528351726 15,44501839
Frekuensi Densitas Dominansi
Jumlah 64 Total 100 Semua Jenis 100 Jenis 100 300
2,8125 225,6475663 306974,3983
Analisis Data Jenis Pohon Bipa

Densitas Jenis Bipa = Densitas relatif A x Densitas Semua Jenis


100
= 23,4375 x 225,6475663
100
= 20,05756145

Densitas Relatif = Jumlah Bipa x 100


Jumlah semua individu
= 15 x 100
64
= 23,4375

Densitas Semua jenis = 10000


(Jarak rata-rata)²
= 10000
(6,65709375) ²
= 225,6475663

Frekuensi Jenis Bipa = Jumlah titik jenis A ada


Jumlah semua titik
= 8
16
= 0.5

Frekuenssi Relatif = Jumlah Jenis x 100


Frekuensi Total
= 0,625 x100
2,625
= 23,80952381

Dominansi Jenis Bipa = Densitas Jenis A x LBDS rata rata


= 20,05756145 x 1805,246183
= 72417,67252

Dominansi Relatif = Dominansi Jenis x100


Dominansi Total
= 72417,67252 x 100
306974,3983
= 23,59078572

Indeks Nilai Penting = Densitas Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif


= 23,4375 + 23,80952381 + 23,59078572
=64,8060635
Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method” adalah salah satu metode
yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis
vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Untuk menerapkan metode kuadran harus memenuhi
syarat penerapan metode kuadran , yaitu distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis
harus acak dan tidak mengelompok atau seragam.

Beberapa hal yang dianalisis adalah Densitas, Densitas Relatif, Frekuensi, Frekuensi
Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif, Indeks Nilai Penting (INP). Untuk menentukan dan
menghitung INP dilakukan dengan mengambil data berupa diameter, koordinat, jarak. Yang
kemudian dihitung Indeks Nilai Penting dari sutu vegetasi yang ada.

Metode kuadran ini didasarkan pada jarak empat buah pohon yang terdekat ke titik
pusat di empat kuadran sampling. Pada titik pengambilan contoh dibuat dua buah garis yang
tegak lurus satu dengan lainnya sehingga terdapat 4 buat kuadran. Pada setiap kuadran, jarak
antara titik pengambilan contoh dengan pohon terdekat diukur.

Untuk menganalisis vegetasi dengan metode kuadran atau “Point-Centered Quarter


Method” langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat beberapa titik dengan jarak
yang sama dengan pertimbangan jaarak antar pohon. Pada setiap titik dibuat 4 kuadran,
dimana pada setiap kuadran ditentukan pohon yang terdekat dengan titik. Data yang diambil
dalam analisis berupa jenis, keliling, diameter, dan jarak antar titik dengan pohon terdekat.

Dalam menggunakan metode kuadran terdapat beberapa kelebihan. Metode kuadran


mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan
menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui
komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga
dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area
cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar
sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan
membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi
berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Namun kekurangan dalam menganalisis
vegetasi jika dengan metode kuadran akan tedapat keterbatasan dalam pelaksanaanya, seperti
harus ada paling sedikit satu spesies individu dalam hutan di setiap kuadrannya.

Metode kuadran memiliki perbedaan dengan metode kuadrat. Metode kuadrat adalah
salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang
dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat
seperti m² atau cm². Sementara itu metode kuadran adalah salah satu metode analisis vegetasi
yang tidak menggunakan petak contoh (plotless). Metode kuadran disebut juga plotless
method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, melainkan hanya berupa
titik.

Indeks nilai penting merupakan angka yang menunjukkan posisi suatu tumbuhan
dalam suatu komunitas. Indeks nilai penting bergantung pada beberapa faktor yaitu kerapatan
relatif, frekuensi relatif, serta dominansi relatif.

Indeks Nilai Penting (INP) dihitung berdasarkan hasil perhitungan besaran: Densitas
Relatif, Frekuensi Relatif, serta Dominansi Relatif. Nilai penting didapatkan dari hasil
penjumlahan Densitas relatif, Dominansi relatif, dan Frekuensi relatif yang jika dijumlahkan
bernilai 300 persen.
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan salah suatu indeks yang dihitung berdasarkan
jumlah yang didapatkan untuk menentukan tingkat dominasi jenis dalam suatu komunitas
tumbuhan. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan pada 16 titik pengamatan terlihat
bahwa ada perbedaan nilai Indeks Nilai Penting pada setiap jenis pohon penyusun, dimana
pada jenis Bipa memiliki INP paling tinggi sebesar 91,34499758 dan INP terendah sebesar
3,872643221 dimiliki Rambutan.

Tingginya Indeks nilai penting dikarenakan pada .Indeks Nilai Penting (INP)
menunjukkan kisaran Indeks yang menggambarkan struktur komunitas dan pola penyebaran
Perbedaan indeks nilai penting vegetasi ini dikarenakan adanya kompetisi pada setiap jenis
untuk mendapatkan unsur hara dan sinar cahaya matahari pada lokasi penelitian.

Bedasarkan hasil praktikum acara 3 yang dilaksanakan di Arboretum UGM diketahui


bahwa terdapat 16 jenis pohon penyusun di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM. Jenis
pohon penyusun tersebut antara lain Bipa, Flamboyan, Bipa, Keruing, Randu, Ketapang,
Saga, Sengon, Mahoni Afrika, Mahoni, Waru, Jati Putih, Rambutan, Meranti, serta Eboni.
Jenis pohon penyusun diketahui dengan menggunakan metode kuadran dimana terdapat 16
titik dengan masing-masing 4 kuadran. Setiap kuadran berisikan 1 pohon terdekat dari titik
atau pohon pusat.

Dari ke-16 jenis pohon penyusun jika diurutkan INP dari yang terbesar hingga terkecil
akan tersusun sebagai berikut: Bipa 64,8060635, Switenia mahagoni 34,47136272, Saga
30,96530618, Meranti 28,37914828, Mahoni Afrika 26,81057971, Flamboyan 19,41626887,
Switenia macrophylla 18,11185724, Ketapang 16,12531736, Eboni 15,44501839, Pohon x
11,38681637, Randu 7,91500431, Keruing 6,267232145, Jati putih 5,836383316, Sengon
4,938781587, Waru 4,719510308, Rambutan 4,405349703.

Dari perhitungan INP tertinggi yaitu Bipa Pterygota alata sebesar 64,8060635
memiliki jumlah akumulasi 15 pohon dengan Frekuensi jenis 0,5 Frekuensi relatif
23,80952381 Densitas jenis 20,05756145 Densitas relatif 23,4375 Dominansi jenis
72417,67252 Dominansi relatif 23,59078572. Serta INP terendah yaitu Rambutan Nephelium
lappaceum sebesar 4,405349703 memiliki jumlah akumulasi 1 pohon dengan Frekuensi jenis
0,0625 Frekuensi relatif 2,222222222 Densitas jenis 5,014390363 Densitas relatif 1,5625
Dominansi jenis 1905,167475 Dominansi relatif 0,620627481.

Hal ini berbanding lurus dengan nilai densitas, dominansi, dan frekuensi,
semakin tinggi tingkat kelimpahan ataupun dominansinya maka semakin tinggi pula nilai INP
suatu spesies tersebut, dan dapat dikatakan bahwa spesies Bipa (Pterygota alata)
memiliki pengaruh yang tinggi pada area vegetasi transek.
3.5 KESIMPULAN

Bedasarkan hasil praktikum acara 3 yang dilaksanakan di Arboretum UGM diketahui


bahwa terdapat 16 jenis pohon penyusun di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM. Jenis
pohon penyusun tersebut antara lain Bipa, Flamboyan, Bipa, Keruing, Randu, Ketapang,
Saga, Sengon, Mahoni Afrika, Mahoni, Waru, Jati Putih, Rambutan, Meranti, serta Eboni.
Jenis pohon penyusun diketahui dengan menggunakan metode kuadran dimana terdapat 16
titik dengan masing-masing 4 kuadran. Setiap kuadran berisikan 1 pohon terdekat dari titik
atau pohon pusat.
Hasil dari pengamatan didapatkan data berupa diameter, koordinat, jarak serta jenis
pohon penyususun yang digunakan untuk menghitung Indeks Nilai Penting (INP). Indeks
nilai penting bergantung pada beberapa faktor yaitu kerapatan relatif, frekuensi relatif, serta
dominansi relatif. Indeks Nilai Penting (INP) dihitung berdasarkan hasil perhitungan besaran:
Densitas, Frekuensi,dan Dominansi. Nilai penting didapatkan dari hasil penjumlahan
Densitas relatif, Dominansi relatif, dan Frekuensi relatif yang jika dijumlahkan bernilai 300
persen. Dari jenis pohon penyusun yang didapat masing masing jenis memiliki INP yang
bervariasi antara lain Bipa 64,8060635, Switenia mahagoni 34,47136272, Saga 30,96530618,
Meranti 28,37914828, Mahoni Afrika 26,81057971, Flamboyan 19,41626887, Switenia
macrophylla 18,11185724, Ketapang 16,12531736, Eboni 15,44501839, Pohon x
11,38681637, Randu 7,91500431, Keruing 6,267232145, Jati putih 5,836383316, Sengon
4,938781587, Waru 4,719510308, Rambutan 4,405349703. Dari perhitungan INP tertinggi
yaitu Bipa Pterygota alata sebesar 64,8060635 memiliki jumlah akumulasi 15 pohon dengan
Frekuensi jenis 0,5 Frekuensi relatif 23,80952381 Densitas jenis 20,05756145 Densitas relatif
23,4375 Dominansi jenis 72417,67252 Dominansi relatif 23,59078572. Serta INP terendah
yaitu Rambutan Nephelium lappaceum sebesar 4,405349703 memiliki jumlah akumulasi 1
pohon dengan Frekuensi jenis 0,0625 Frekuensi relatif 2,222222222 Densitas jenis
5,014390363 Densitas relatif 1,5625 Dominansi jenis 1905,167475 Dominansi relatif
0,620627481.Hal ini berbanding lurus dengan nilai densitas, dominansi, dan frekuensi,
semakin tinggi tingkat kelimpahan ataupun dominansinya maka semakin tinggi pula nilai INP
suatu spesies tersebut, dan dapat dikatakan bahwa spesies Bipa (Pterygota alata)
memiliki pengaruh yang tinggi pada area vegetasi transek.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ratih, Tri Anti, Merti, Susanti, Hj. Ivoni. Analisis Vegetasi Strata semak di Bukit
Cogong, Kabupaten Musi Rawa. STKIP-PGRI Lubuk Linggau, hh 1-12.

Aini, Hida, Rizki, Supriyanto Agung, Hendranto Boedi. 2016. Hubungan Tekstur Sdimen
dengan Mangrove di Desa Mojo Kcamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
Dipongoro Jurnal of Marquars. Vol.5 No.4, hh 209-215.

Aprianto, Joko, Widoretno, Sri, Nurmiyati, Agustin, Putri. Studi Biodiversitas Tanaman
Pohon di 3 resort Polisi Hutan (RPH) di Bawah Kesatuan Pemngku Hutan (KPH)
Telawa Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Seminar Nasional IX
Pendidikan Biologi FKIP UNS, hh 502-512.

Cahyanto, Tri, Chairunnisa, Destiana, Sudjarwo, Tony. 2014. Analisis Vegetasi Pohon Hutan
Alam Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. Jurnal Biologi FST. Vol.8 No.2 hh,
145-161.

Marisa, Hanifa. 2015. Application of Point-Centered Quarter Method for Measurement the
Beach Crab (Ocypode spp) Density. Biovalentia : Biological Research Jurnal. Vol.1
No.1, hh 1-6.

Mitchell, Kevin. 2007. Quantitative Analysis by the Point-Centerd Quarter Method. New
York: Hobart and William Smith Collegs.

Siappa, Hariany, Hikmat, Agus , Kartono, Agus Priyono. 2016. Komposisi Vegetasi, Pola
Sebaran, dan Faktor Habitat Ficus magnoliifolia (Nunu Pisang) Di Hutan
Pangale,Desa Toro, Sulawesi Tengah. Jurnal.krbogor.lipi.go.id. Vol. 19 No.1 hh, 36-
46.
LAMPIRAN

Foto Kegiatan
Lampiran 1.

Lampiran 2.
Lampiran 3.

Lampiran 4.
Lampiran 5.

Lampiran 6.

lL
Data Kelompok 8

Koordinat
NO Kuadran Jenis Pohon Jarak (m) Diameter (cm) Akumulasi Jenis LBDS
x y
1. I Saga (Adenanthera pavonina) 5,54 39,5 3 1224,79 4,9 4
II Saga (Adenanthera pavonina) 6,8 22 379,94 2,7 -6,2
III Sengon (Albizia chinensis) 8,3 30 706,5 -8,2 -1,2
IV Bipa (Pterygota alata) 7,4 20 314 -2,4 7
2. I Bipa (Pterygota alata) 1,7 30 3 706,5 1,7 0,5
II Randu (Ceiba pentandra) 3,8 33 854,86 3,6 -4,3
III Randu (Ceiba pentandra) 3,5 54 2289,06 -1,8 -2,4
IV Saga (Adenanthera pavonina) 7,4 22 379,94 -5,4 3,1

Anda mungkin juga menyukai