Anda di halaman 1dari 39

KEBUTUHAN SEKSUAL

Sulastri,S.Kep,.Ns., M.Kep
Anatomi Genetalia Wanita
Anatomi Genetalia Pria
Pengertian

• Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar


manusia berupa ekspresi perasaan dua orang
individu secara pribadi yang saling
menghargai, memperhatikan, dan
menyayangi sehingga terjadi sebuah
hubungan timbal balik antara kedua individu
tersebut
Tinjauan seksual dari berbagai aspek
1. Aspek biologi
memandang dari segi biologi seperti pandangan
anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi
(seksual), kemampuan organ seks, dan adanya
hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atu
berhubungan dengan kebutuhan seksual
2. Aspek psikologis
Pandangan terhadap identitas jenis kelamin,
sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap
kesadaran identitasnya, serta memandang
gambaran seksual
3. Aspek sosial budaya
Pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku
di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta
perilakunya di masyarakat
Perkembangan Seksual

• Perkembangan seksual diawali dari


masa pranatal dan bayi, kanak -
kanak, masa pubertas, masa dewasa
muda dan pertengahan umur serta
dewasa
Masa pranatal dan bayi

• Pada masa ini komponen fisik atau biologis


sudah mulai berkembang
• Berkembangnya organ seksual mampu
merespon rangsangan
• Adanya ereksi penis dan adanya pelumas
vagina pada wanita, perilaku ini terjadi
ketika mandi, bayi merasakan adanya
perasaan senang
Tahap perkembangan psikoseksual
(Sigmund Freud)
1. Tahap Oral (umur 0 – 1 tahun)
• Kepuasan, kesenangan Atau kenikmatan
dapat dicapai dengan cara menghisap,
menggigit, mengunyah atau bersuara
• Anak mempunyai ketergantungan sangat
tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman
• Masalah pda tahap ini : menyapih dan
makan
2. Tahap Anal (umur 1 – 3 tahun)
• Kepuasan pada tahap ini terjadi pada
saat pengeluaran feses
• Anak mulai menunjukkan keakuannya,
sikapnya sangat narsistik dan egois
• Anak mulai mempelajari struktur
tubuhnya
• Anak sudah dapat dilatih dalam hal
kebersihan
Masa kanak - kanak

• Masa ini dibagi dalam usia toddler,


prasekolah dan sekolah
• Perkembangan seksual pada masa ini
diawali secara biologi atau fisik
Taha perkembangan psikoseksual pada masa
kanak - kanak
1. Tahap Oedipal/phalik (umur 3- 5 tahun)
• Kepuasan anak terletak pada rangsangan
otoerotis
• Anak mulai menyukai lawan jenis
• Anak mulai dapat mengidentifikasi jenis
kelamin dirinya
• Belajar melalui interaksi dengan figur ortu
• Mulai mengembangkan peran sesuai jenis
kelaminnya
2. Tahap laten (umur 5-12 tahun)
• Kepuasan anak mulai terintegrasi
• Memasuki masa pubertas dan berhadapan
langsung pada tuntutan sosial
• Dorongan libido mulai mereda
• Sudah banyak bertanya tentang hal seksual
melalui interaksi dengan orang dewasa,
membaca atau berfantasi
Masa pubertas

• Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari


aspek seksual dan akan terjadi kematangan secara
psikososial
• Perubahan secara psikologis ditandai dengan:
Adanya perubahan dalam citra tubuh, perhatian
yang cukup besar terhadap perubahan fungsi tubuh
• Kepuasan mengarah pada perasaan cinta yang
matang terhadap lawan jenis
Masa dewasa muda dan
pertengahan umur

• Umur 18 – 30 tahun
• Perkembangan secara fisik sudah cukup dan
ciri sek sekunder mencapai puncaknya
• Dari perkembangan psikososial sudah mulai
terjadi hubungan intim antara lawan jenis,
proses pernikahan, memiliki anak sehingga
terjadi perubahan peran
Masa dewasa tua

• Wanita : atropi pada vagina dan jaringan


payudara, penurunan cairan vagina,
penurunan intensitas orgasme pada
• Pria : penurunan produksi sperma,
berkurangnya intensitasorgasme,
terlambatnya pencapaian ereksi, dan
pembesaran kelenjar prostat
Penyimpangan Seksual Pada Orang Dewasa

 Pedofilia : kepuasan seksual dicapai dengan


menggunakan ojek anak – anak.
Penyimpangan ini ditandai dengan adanya
fantasi berhubungan seksual dengan anak di
bawah usia pubertas
 Eksibisionisme : Kepuasan seksual dicapai
dengan cara mempertontonkan alat kelamin di
depan umum.
 Fetisisme : kepuasan seksual dicapai dengan
menggunakan benda seks seperti sepatu hak
tinggi, pakaian dalam, stocking
 Transvestisme : Kepuasan seksual dicapai
dengan memakai pakaian lawan jenis dan
melakukan peran seks yang berlawanan
 Transeksualisme : Bentuk penyimpangan
seksual ditandai dengan perasaan tidak
senang terhadap alat kelaminnya, adanya
keinginan untuk berganti kelamin
 Voyerisme/skopofilia : kepuasan seksual
dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain
atau aktivitas seksual yang dilakukan orang
lain
 Masokisme : kepuasan seksual dicapai
melalui kekerasan atau disakiti terlebih dahulu
secara fisik atau psikologis
 Sadisme : Kepuasan seksual dicapai dengan
menyakiti objeknya, baik secara fisik atau
psikologis dengan memyiksa pasangan
Homoseksual dan Lesbianisme :
Penyimpanan seksual yg ditandai dengan
ketertarikan secara fisik maupun emosi
kepada sesama jenis.
Zoofilia : Kepuasan seksual yang dicapai
dengn menggunakan objek binatang.
Sodomi : Kepuasan seksual yang dicapai
dengan hubungan anus
Nekropilia : Kepuasan seksual yang dicapai
dengan objek mayat.
Koprofilia : Kepuasan seksual yang dicapai
dengan objek fases.
Urolagnia : Kepuasan seksual dengan
menggunakan objek urine yang diminum.
Oral Seks/Kunilingus : kepuasan seksual yang
dicapai dengan menggunakan mulut pada alat
kelamin wanita.
Felaksio : Kepuasan seksual yang dicapai
menggunakan mulut pada alat kelamin laki-
laki.
Frotorisme/Friksionisme : Kepuasan seksual
yang dicapai dengan cara menggosok-kan
penis pada pantat wanita atau badan yang
berpakaian di tempat yang penuh sesak
manusia.
Goronto : Kepuasan seksual yang dicapai
melalui hubungan dengan lansia.
Frottage : Kepuasan seksual yang dicapai
dengan cara meraba orang yang disenangi
tanpa diketahui lawan jenis.
Pornografi : Gambar/tulisan yang dibuat
secara khusus untuk memberi rangsangan
seksual (Maramis WF, 2004).
Bentuk Abnormalitas Seksual Akibat
Dorongan Seksual Abnormal
o Prostitusi : bentuk penyimpangan seksual
dengan pola dorongan seks yang tidak wajar
dan tidak terintegrasi dalam kepribadian,
sehingga relasi seks bersifat impersonal tanpa
adanya afeksi dan emosi yang berlangsung
cepat dan tanpa adanya orgasme pada wanita
o Perzinahan : bentuk relasi seksual antara laki-
laki dan wanita yang bukan suami istri
o Frigiditas : ketidakmampuan wanita
mengalami hasrat seksual atau orgasme
selama senggama
o Impotensi : ketidakmampuan pria untuk
melakukan relasi seks atau senggama atau
ketidakmampuan pria dalam mencapai atau
memepertahankan ereksi
o Ejakulasi prematur : kondisi dimana terjadinya
pembuangan sperma yang terlalu didi
sebelum zakar melakukan penetrasidalam
liang senggama atau berlangsung ejakulasi
beberapa detik sesudah penetrasi
o Vaginismus : peristiwa yang ditandai dengan
kejang yang berupa penegangan atau
pengerasn yang sangat menyakitkan pada
vagina atau kontraksi yang sangat kuat
sehingga penis terjapit dan tidak bisa keluar
o Dispareunia : keadaan yang ditandai dengan
timbulnya kesulitan dalam senggama atau
perasaan sakit pada saat koitus
o Anorgasme : kondisi kegagalan dalam
mencapai klimaks selama bersnggama,
biasanya bersifat psikis ditandai dengan
pengeluaran sperma tanpa mengalami puncak
kepuasan
o Kesukaran koitus pertama : keadaan dimana
terjadi kesulitan dalam melakukan koitus
pertama
Siklus Respon Seksual
1. Tahap suka cita
tahap awal dalam respon seksual
2. Tahap kestabilan
• Pada tahap ini wanita mengalami retraksi
di bawah klitoris , adanya lendir yang
banyak dari vagina dan labia mayora,
elevasi dari serviks dan uterus, serta
meningkatnya otot – otot pernapasan
• Pada laki – laki ditandai dengan
meningkatnya ukuran glans penis dan
tekanan otot pernapasan
3. Tahap orgasme atau puncak
• Tahap puncak dalam siklus seksual pada
wanita ditandai dengan adanya kontraksi
yang tidak disengaja dari uterus, rektal
dan spinchter, uretra dan otot – otot
lainya, terjadi hiperventilasi dan
meningkatnya denyut nadi
• Pada pria : ditandai dengan relaksasi
pada spinchter kandung kencing,
hiperventilasi dan meningkatnya denyut
nadi
4. Tahap resolusi (peredaan) : merupakan tahap
terakhir dalam siklus respon seksual
FAKTOR-FAKTOR YANG MEPENGARUHI
MASALAH SEKSUAL
1. Tidak adanya panutan (role model).
2. Gangguan stuktur dan fungsi tubuh, seperti adanya
trauma,obat,kehamilan,atau abnormalitas anatomi
genitalia.
3. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai
masalah seksual.
4. Penganiayaan secara fisik.
5. Adanya penyimpangan psikoseksual.
6. Konflik terhadap nilai.
7. Kehilangan pasangan akibat perpisahan atau kematian.
Masalah Keperawatan pada Seksualitas

1. Pola Seksual
Suatu kondisi sorang individu mengalami
atau beresiko mengalami perubahan
kesehatan seksual, sedangkan kesehatan
sekual sendiri adalah integrasi dari aspek
somatis, emosional, intelektual, dan sosial
dari keberadaan seksual yang dapat
meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan
kepribadian.
2. Disfungsi Seksual
Keadaan di mana seseorang mengalami
atau beresiko mengalami perubahan fungsi
seksual yang negatif, yang dipandang
sebagai tidak berharga dan tidak
memadainya fungsi seksual.
Asuhan Keperawatan Pada Masalah Seksual

A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan : riwayat penyakit
yang berhubungandengan masalah seksual
seperti : penyakit DM yang kronis, adanya
trauma pada alat genetalia,terjadi
peradangan dan adanya penyakit pada alat
kelamin (HIV/AIDS, shipilis)atau penyakit
yang dapat mempengaruhi seksual.
2. Riwayat psikososial
B. Diagnosis Keperawatan
• Perubahan disfungsi seksual berhubungan
dengan stres.
• Efek penyakit akut dan kronis.
• Perubahan atau kehilangan anggota tubuh.
• Perubahan pascapartum.
• Perasaan takut hamil.
• Penyakit hubungan seksual.
• Ketakutan pada efek koitus (adanya serangan
jantung).
• Trauma tulang belakang.
• Perubahan neurologi seperti impotensi.
• Pandangan negatif terhadap perubahan tubuh
seperti (masektomi).
• Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
karna hubungan seksual.
• Ketakutan bayi cacat akibat koitus.
• Penggunaan alkohol yang berlebihan.
• Perasaan yang bersalah.
• Pengalaman traumatik.
• Ketakutan ketidakmampuan memuaskan
pasangan.
• Rasa nyeri karna tidak cukupnya cairan vagina.
C. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan.
1. Tujuan
• Agar pasien mampu mempertahankan
atau menolong individu untuk mencapai
integritas seksual serta dapat
menggembangkan kesadaran diri terhadap
sikap, keyakinan, dan pengetahuan tentang
seksual.
• Memahami berbagai informasi dan
pendidikan seksual yang akurat
• Mampu mengidentifikasi masalah seksual.
• Meningkatkan body image serta harga diri
pasien.
2. Rencana dan Intervensi
a. Memberikan pendidikan dan konseling
tentang kebutuhan dan masalah seksual.
b. Mencegah isolasi sosial.
c. Mengurangi dorongan seksual.
d. Meningkatkan citra diri dan harga diri
pasien

Anda mungkin juga menyukai