Anda di halaman 1dari 32

KOMUNIKASI

TERAPEUTIK
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
 Pengertian
 Tujuan
 Prinsip
 Perbedaan dengan komunikasi social
 Tahap/ Fase
 Tugas Perawat dan Klien
 Sikap
 Teknik komunikasi
 Hambatan
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
 Hubungan/komunikasi terapeutik merupakan
serangkaian situasi /suasana yang tercipta
antara individu yang memerlukan dan individu
yang memberi bantuan pada suatu pelayanan
kesehatan, yang dilandasi tujuan tertentu.
Sesuai konsep keperawatan, tujuan ini adalah
memenuhi kebutuhan dasar klien. Hubungan
ini dikenal juga sebagai hubungan perawat –
klien (nurse-client relationship).
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

 Meningkatkan kemandirian klien melalui proses


yang memungkinkan realisasi diri, penerimaan
diri dan penghargaan sendiri.
 Meningkatkan penghargaan terhadap klien
 Meningkatkan kesejahteraan klien dengan
meningkatkan fungsi dan kemampuan perawat
untuk memuaskan kebutuhan dan mencapai
tujuan personal yang realistis.
PRINSIP
 Saling menerima
 Saling percaya dan menghargai
 Perawat memahami dan menghayati nilai
yang dianut klien
 Perawat menyadari kebutuhan pasien
fisik dan mental
.Perbedaan hubungan terapeutik
dengan hubungan sosial
Komponen Hubungan Sosial Hubungan
Hubungan Terapeutik
Kesengajaan Spontan Terencana
Tujuan Kurang Jelas Jelas dan ditujukan
pada individu
tertentu
Isi Informasi Sosial Profesional
Fokus Informasi Perhatian pada kedua Perhatian pada klien
belah pihak
Waktu Tidak terbatas Terbatas
Empat Tahap Hubungan
Terapeutik
 Tahap prainteraksi
 Tahap orientasi atau perkenalan ,
 Tahap kerja dan
 Tahap terminasi (pengakhiran hubungan).
Tahap Prainteraksi
 Terjadi sebelum kontak pertama perawat dan klien.
 Dua kegiatan utama: internal dan kegiatan eksternal.
 Kegiatan internal:kegiatan yang berhubungan dengan
diri sendiri (orientasi tugas, peningkatan kesadaran
terhadap peran dan fungsi dalam membina hubungan
dalam menilai kekuatan dan kelemahan diri).
 Tugas perawat pada masa ini secara eksternal adalah
mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang klien
yang akan dihadapinya sekaligus meningkatkan
pengetahuan tentang pengelolaan berbagai masalah
kesehatan yang dialami klien secara konseptual.
Tahap Orientasi (1)
Perawat dan klien bertemu dan mengidentifikasi
masing-masing individu dan melakukan kontrak
dengan klien meliputi:
 Nama individu yang terlibat (perawat dan klien).
 Peran.tanggung jawab perawat dengan klien.
 Harapan perawat dan klien.
 Tujuan hubungan.
 Tempat pertemuan.
 Waktu dan lama pertemuan.
 Situasi terminasi.
 Kerahasiaan.
Tahap Orientasi (2)
 Pada fase ini perawat berperan melakukan
eksplorasi pikiran, perasaan, tindak-tanduk
klien
 Mengidentifikasi masalah serta menetapkan
tujuan bersama klien dalam konteks
hubungan profesional.
 Tujuan akhir pada fase ini ialah tercapai
kepercayaan antara kedua belah pihak
(terbina hubungan saling percaya).
Tahap Kerja (1)

 Perawat dan klien menggali masalah yang dialami


klien untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah
diidentifikasi sebelumnya.

 Pada tahap ini, perawat dan klien bertemu untuk


menyelesaikan masalah dan membentuk hubungan
yang saling menguntungkan secara profesional,
yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 Tugas perawat pada fase ini adalah memenuhi


kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif
klien.
Tahap Kerja (2)

 Pada tahap kerja perawat memberi


bantuan yang dibutuhkan (ADL, Penkes
dll)

 Interaksi yang memuaskan akan


menciptakan situasi/ suasana yang
meningkatkan integritas klien dengan
meminimalisasi ketakutan, kecemasan,
ketidakpercayaan, dan tekanan pada klien.
Tahap Terminasi

 Dimulai ketika klien dan perawat memutuskan


untuk mengakhiri hubungan dengan klien.
 Jenis: permanen dan temporer
 Klien dan perawat bersama-sama meninjau
kembali proses hubungan yang terbentuk,
pencapaian hasil tujuan yang telah dibuat, serta
menggali perasaan yang timbul akibat terminasi,
misalnya, penolakan, kesedihan, dan sekaligus
juga mengekspresikan perasaan-perasaan
diatas.
Tugas-tugas selama hubungan
terapeutik
TAHAP TUGAS PERAWAT
HUBUNGAN
Prainteraksi  Menggali perasaan, fantasi, dan ketakutan sendiri.
 Menganalisis kekuatan dan kelemahan
profesionalisme individu.
 Mendapatkan data tentang klien jika memungkinkan.
 Merencanakan pertemuan pertama.
Perkenalan atau  Menentukan alasan klien memerlukan pertolongan.
Orientasi  Membina hubungan saling percaya, menerima, dan
menjalin komunikasi terbuka.
 Merumuskan kontrak bersama.
 Menggali pikiran, perasaan, dan perbuatan klien.
 Mengidentifikasi masalah klien.
 Merumuskan tujuan hubungan dengan klien.
Kerja  Menggali stresor yang tepat.
 Mendorong peningkatan kesadaran diri klien
dan penggunaan mekanisme koping yang
konstruktif.
 Mengatasi penolakan perilaku adaptif.

Terminasi  Menciptakan realitas perpisahan.


 Membicarakan proses terapi dan pencapaian
tujuan.
 Saling menggali perasaan penolakan dan
kehilangan, sedih, marah, dan perilaku lain.
Tujuan klien pada hubungan
terapeutik.
TAHAP HUBUNGAN TUJUAN KLIEN

Prainteraksi -
Orientasi  Klien akan memanggil perawat dengan menyebut nama.
 Klien dapat menjelaskan secara akurat peran klien dan perawat
dalam hubungan.
 Klien dan perawat membuat kesepakatan tentang:
1. Tujuan hubungan.
2. Lokasi, frekuensi, dan lama hubungan.
3. Durasi hubungan.
Kerja  Klien akan berpartipasi aktif untuk membina hubungan.
 Klien akan kooperatif dalam aktifitas kerja untuk mencapai tujuan
yang dapat diterima.
 Klien akan mengungkapkan perasaannya dan memiliki perhatian
terhadap perawat.
Terminasi  Klien akan berpartisipasi dalam mengidentifikasi pencapaian
tujuan dan atau perkembangan pencapaian tujuan.
 Klien akan mengungkapkan perasaanya terhadap terminal
hubungan.
Sikap perawat dalam melakukan
hubungan
Lima sikap atau cara menghadirkan diri
secara fisik untuk memfasilitasi komunikasi
terapeutik, yaitu:
1. Berhadapan
Posisi berhadapan menunjukkan atau memberi
isyarat” Saya siap untuk anda”. Posisi yang tidak
lurus menunjukkan keterlibatan yang kurang
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata sejajar menunjukkan perawat
menghargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi.
Lima sikap atau cara menghadirkan
diri secara fisik
3. Membungkuk ke arah klien
Posisi membungkuk ke arah klien memberi
makna ada keinginan untuk mengatakan atau
mendengarkan sesuatu.

4.Mempertahankan postur terbuka


Tidak melipat kaki atau tangan, jarak
hubungan intim nol (kontak tubuh) sampai 45 cm,
hubungan personal 45-120 cm, hubungan sosial
1,2-3,6 meter dan hubungan publik > 3,6 meter.
Lima sikap menghadirkan diri
secara fisik
5.Rileks
Sikap rileks menciptakan iklim yang
kondusif bagi klien untuk tetap melakukan
komunikasi dan memungkinkan
pengembangan komunikasi. Situasi yang
rileks tercipta melalui posisi tubuh yang
digunakan selama komunikasi, intonasi
pembicaraan dan menggunakan kata-kata
yang mengandung humor. Pemilihan kata
juga penting untuk menimbulkan kesan
rileks bagi klien.
Teknik Komunikasi Terapeutik
TEKNIK PENGERTIAN CONTOH
V Diam Tenang Tidak Melakukan Duduk atau berjalan bersama
pembicaraan selama beberapa klien dengan tenang sambil
detik atau menit menunggu klien
menyampaikan pikiran dan
perasaannya
V Men Proses aktif penerimaan informasi Oh...ya...
dengar dan penelaahan reaksi seseorang mmm... ehhh
terhadap pesan yang diterima
Mengha Menggunakan pernyataan atau “Mungkin ada yang ingin Bapak
dir-kan topik pertanyaan yang mendorong diskusikan dengan saya?“
pembica klien untuk berbicara. “Adakah yang ingin saudara
raan Memilih topik pembicaraan sampaikan?”
yang Memfasilitasi kelanjutan “Baik...Saya akan dengarkan
umum pembicaraan. apapun yang ibu katakan
nantinya..”
“Lalu, kemudian... apa lagi?”
TEKNIK PENGERTIAN CONTOH
Menspesifi Membuat pernyataan yang lebih spesifik “Tampaknya anda sedang tidak ingin
kasikan tentatif bicara?” (tentatif)
“Anda kok diam saja?” (umum)
“Apa sekarang anda tidak nafsu
makan?” (umum)
“Apakah anda tidak menyukai
makanan yang tadi saya
sajikan?” (tentatif)

V Pertanya Menanyakan sesuatu yang bersifat luas, “Saya ingin mendengar lebih banyak
an terbuka yang memberi pasien kesempatan tentang mengapa anda dirawat di
untuk mengeksplorasikan sini.”
(mengungkapkan, klarifikasi, “Ceritakan kepada saya keluhan
menggambarkan, membandingkan, anda.”
atau mengilustrasikan) “Apa yang anda rasakan saat ini?”
“Apa pendapat bapak?”
V Sentuhan Melakukan kontak fisik untuk Meletakan tangan di atas tangan
meningkatkan kepedulian. klien.
Mengecek Metode yang sama dengan klarifikasi, Klien : “Suami Saya tidak pernah
persepsi tetapi pengecekan dilakukan memperhatikan saya.”
atau terhadap kata – kata khusus yang Perawat : “Apakah Maksud Ibu
memvali disampaikan klien. selama menikah sampai sekarang
dasi suami tidak memberi perhatian
kepada Ibu?”
Klien : “Bukan begitu, tetapi saya
merasa begitu dua bulan
terakhir.”
V Menawar Menawarkan kehadiran, perhatian, dan “bolehkah saya menemani ibu di
kan diri pemahaman tentang sesuatu. sini?”
“Saya akan membantu ibu berjalan
menuju kamar mandi.”
V Memberi Memberi informasi faktual secara “Anda akan merasa mual sedikit
informasi spefisik tentang klien walaupun tidak setelah obat dimasukkan.”
diminta. Apabila tidak mengetahui “Operasi akan dilaksanakan jam 10
informasi yang dimaksud, perawat besok pagi.”
menyatakan ketidaktahuannya dan Saya kurang tahu rencana tindakan
menanyakan orang yang dapat berikutnya, tapi akan saya
dihubungi konfirmasikan dengan perawat
kepala.”
TEKNIK PENGERTIAN CONTOH
Menyata Secara aktif mendengrkan pesan utama Klien : “Saya tidak mau makan lagi!”
kan kembali yang disampaikan klien dan Perawat : “apakah anda tidak mau
dan kemudian menyampaikan kembali makan karena merasa mual?”
menyim pikiran dan perasaan itu dengan Klien : “Saya tidak bisa tidur tadi
pulkan menggunakan kata-kata serupa. malam!”
Perawat : “apakah bapak tidk bisa
tidur karena banyak nyamuk di
ruang rawat?”
Mengklari- Metode membuat inti seluruh pesan dari “Maaf, bisakah Ibu mengulangi
fikasikan pernyataan klien lebih dimengerti. perkataan Ibu?”
Klarifikasi dapat dilakukan bila “Saya agak bingung dengan
perawat tidak dapat melakukan pernyataan bapak.”
klarifikasi dengan menyatakan “Tampaknya saya belum begitu
kembali pesan dasar/meminta klien mengerti, tolong jelaskan
mengulang atau menyatakan kembali kembali.”
pesan yang disampaikan. “Apakah yang dimaksud tadi adalah
yang diberikan lewat selang
infus? Tolong beritahu saya.”
Refleksi Mengembalikan ide, perasaan, Klien : “apa yang dapat saya
pertanyaan kepada klien untuk lakukan?”
memungkinkan eksplorasi ide dan Perawat : “Menurut bapak, kira-kira
perasaan mereka terhadap situasi. apa yang bapak dapat lakukan?”
Menyim Menyatakan poin utama dalam diskusi “Selama setengah jam kita telah
pulkan dan untuk mengklarifikasikan hal-hal mendiskusikan persiapan operasi
me- relevan yang perlu didiskusikan. yang ada.”
rencanakan Teknik ini berguna untuk akhir “Besok kita akan mencoba
wawancara atau mengevaluasi mendiskusikan cara melakukan
penguasaan klien terhadap program penyuntikan insulin.”
pengajaran kesehatan. Teknik ini
sering digunakan pada pendahuluan
untuk menentukan rencana perawatan
berikutnya.
Menyatakan Membantu klien membedakan antara “Telepon yang berbunyi dari berasal
realitas yang nyata dan yang tidak nyata. dari program televisi.”
“Benda yang ada di pojok kamar itu
bukan bangkai tikus, Cuma kain
kotor.”
Pengaku Memberi komentar dengan teknik “Usahakan untuk tidak terlalu
an tidak menghakimi terhadap kuat bernafas dengan hidung
perubahan perilaku seseorang agar perdarahan tidak terjadi
atau usaha yang telah dilakukan. lagi.”
“Usahakan gunakan teknik batuk
efektif yang telah saya
ajarkan tadi.”
Klarifikasi Membantu klien mengklarifikasi Klien : “Saya muntah tadi pagi.”
waktu waktu atau kejadian, situasi, Perawat : “Apakah setelah
kejadian dan hubungan antara makan atau sebelumnya?”
peristiwa dan waktu.”
Memfokus- Membantu klien mengembangkan “Saya rasa ini saatnya bagi kita
kan topik yang penting. Penting bagi untuk membicarakan rencana
perawat untuk menunggu klien perawatan luka bapak.”
beberapa saat tentang tema apa
yang mereka sampaikan
(perhatikan) sebelum
memfokuskan pembicaraan
HAMBATAN
 Ketidaksabaran perawat
 Wawasan perawat kurang
 Pasien Dominasi pembicaraan
 Pasien penglihatan berkurang
 Pasien keterbatasan fisik ( pendengaran <)
 Pasien mudah tersinggung
 Pasien trauma masa lalu
 Pasien menganggap sepele
 Pasien menyerang perawat
 Pasien lupa/pikun
DAFTAR PUSTAKA
 Anas Tamsuri. 2005. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta; Penerbit
EGC.
 BPPSDM (2017). Modul Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : BPPSDM
 Maulana, H. (2009), Promosi kesehatan, EGC, Jakarta
 Suliha, U.dkk. (2002) Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, EGC,
Jakarta
 Notoatmojo, S (1993)., Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, penerbit
Andi Offset, Ypgyakart
 Siti Rochana (2010). Teknik Komunikasi pada Keadaan Khusus.
http:/sitirochana.blogspot.com.Diunduh 28 Januari 2015.
 Suliha, U.dkk. (2002) Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, EGC,
Jakarta
SELAMAT BELEJAR SEMOGA SUKSES

 Selamat belajar semoga sukses

Anda mungkin juga menyukai