Anda di halaman 1dari 14

Tokoh Pendidikan Dunia dan

Nasional
Disusun oleh kelompok 3
Yesi Ika Sundari 23010200011
Choliza Febriana 23010200002
Sandy aditya rahman 23010200017
Eko Ulya Winarno 23010200028
Wafiq Nur Azizah 23010200008
Moh Nur Faqih 23010190189
M taufiqi rohman 23010180119
 Dalam bahasa Yunani pendidikan berasal dari kata pedagogik
yaitu ilmu menuntun anak.
 Menurutt UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Pengertian
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
Pendidikan kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
 Berdasarkan pemaparan-pemaparan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak
sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani,
dalam interaksi alam beserta lingkungannya.
Tokoh Pendidikan Dunia
dan Pemikirannya
1. Imam Al Ghazali
2. John Locke
3. John Dawei
4. Ibnu Sina
 Pemikiran al-Ghazali mengenai pendidikan secara umum
bersifat religiusetis
 Menurut al-Ghazali pendidikan yang benar merupakan sarana
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Pendidikan juga
dapat menghantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan

1. Imam Al-
di dunia dan akhirat.Pendidikan juga sarana menebar
keutamaan.Maka untuk mencapai hal itu dunia pendidikan
Ghazali harus memperhatikan beberapa faktor yang cukup
urgen.AlGhazali berpandangan bahwa pendidikan harus
menempatkan ilmu pengetahuan pada posisi yang sangat
terhormat.Maka penghormatan atas ilmu merupakan sesuatu
keniscayaan dan pasti.
 Dalam dunia pendidikan ada 4 point pemikiran John Locke,
yaitu:
1. pertama, tentang kebaikan yaitu pendidikan bertujuan untuk
mengarahkan diri manusia kepada hal yang lebih baik dari
sebelumnya sehingga bisa mengendalikan nafsu (kejahatan).
Ini lebih ditekankan kepada individual.
2. Kedua, kealiman dan kearifan yakni menjadikan manusia
2. John locke yang bijaksana dalam menjalani kehidupan baik pribadi
maupun sosial.
3. Ketiga, menjadikan manusia mampu memimpin diri sendiri
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial, artinya manusia
bisa menempatkan dirinya sebagaimana semestinya.

4. Keempat, pengatahuan yakni manusia memperolah kebenaran


tentang segala sesuatunya, Tuhan, alam maupun manusia.
 Bagi John Dewey, pendidikan pada hakekatnya merupakan
suatu proses penggalian dan pengolahan pengalam- an secara
terus-menerus. Inti pendidikan tidak terletak dalam usaha

3. John daway menyesuaikan dengan standar kebaikan, kebenaran dan


keindahan yang abadi, melainkan dalam usaha untuk terus-
menerus menyusun kembali (reconstruction) dan menata ulang
(reorganization) pengalaman hidup subjek didik.
 Menurut Ibnu Sina bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan
pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang
kea rah perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti.Selain
itu, tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus dirahkan pada
4. Ibnu Sina upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di
masyarakat secara bersama dengan melakukan pekerjaan atau
keahian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kecenderungan
dan potensi yang dimilikinya.
Tokoh Pendidikan Nasional
dan Pemikirannya
Ki Hajar Dewantara

Raden Ayu Lasminingrat

Raden Ayu Kartini

K. H Ahmad Dahlan

Mohammad Syafei
 Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai usaha
yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, dalam
memberikan tuntunan hidup yang bermanfaat, agar anak
tersebut bisa mendapatkan kebahagiaan hidup yang sempurna
1. Ki Hajar dengan menggunakan tuntunan yang sudah diberikan. Ki
Hadjar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan
Dewantara untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri
Pusat Pendidikan: (1) pendidikan keluarga; (2) pendidikan
dalam alam perguruan; dan (3) pendidikan dalam alam pemuda
atau masyarakat.
 Lasminingrat secara khusus adalah pelopor kemajuan wanita
Sunda, tokoh perempuan berintelektual yang menjadi pelopor
kemajuan pendidikan wanita di Indonesia dan pendiri Sakola
Kautamaan Istri. Lasminingrat sudah fasih menulis buku untuk
bacaan anak-anak sekolah
 Berdasarkan kesadaran pentingnya pendidikan, maka
2. Raden Ayu Lasminingrat mendirikan Sakola Kautamaan Istri pada tahun
1907 di ruang gamelan Pendopo Kabupaten Garut.
Lasminingrat  Di Sakola Kautamaan Istri, perempuan Sunda diajarakan
membaca, menulis, menghitung, hingga membuat kerajinan
tangan. Selain itu, Lasminingrat mengajarkan pekerjaan yang
berkaitan dengan kerumah tanggaan, seperti cara memasak,
merapikan pakaian, menjahit pakaian, dan lainnya dengan
tujuan agar bisa hidup mandiri
 Kartini memandang bahwa Pendidikan adalah suatu hal yang
sangat penting, dengan pendidikan mampu mengangkat derajat
dan mampu mengangkat martabat bangsa Indonesia baik itu
pendidikan untuk laki-laki maupun untuk perempuan dan cita-
cita yang diinginkan R.A. Kartuni
 Bagi R.A Kartini, Pendidikan adalah alat yang digunakan untuk

3. R. A. Kartini membuka pikiran masyarakat ke arah modernitas. Suatu


langkah menuju peradaban yang maju, dimana laki-laki dan
perempuan saling bekerjasama untuk membangun bangsa
 Tujuan pendidikan perempuan Kartini adalah menjadikan
perempuan sebagai perempuan yang cakap dan baik, yang
sadar akan panggilan budinya, sanggup menjalankan
kewajibannya yang besar dalam masyarakat.
Pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan hendaknya diarahkan
pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti
luhur, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan serta
bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat
 Gagasan K. H. Ahmad Dahlan tentang pendidikan berawal dari

4. K. H. Ahmad ketidakpuasan dirinya ketika melihat adanya dualisme sistem


pendidikan, yaitu sistem pendidikan Islam yang berbasis di
Dahlan pesantren-pesantren dan sistem pendidikan sekuler (Barat) yang
berbasis di sekolah-sekolah yang dikelola oleh pemerintah
kolonial Belanda. K.H. Ahmad Dahlan memandang kedua jenis
pendidikan tersebut dengan kaca mata tersendiri. Ia tidak
cenderung kepada salah satunya, tetapi melihat segi-segi
posistif dari keduanya
 Sjafe’i melalui INS-nya mengusung pendidikan yang ditujukan
pada zendings arbeid, yaitu mencari bentuk pendidikan yang
selaras dengan bangsa Indonesia, dan sesuai dengan watak anak
Indonesia. Konsepsi pemikiran pendidikan Sjafe’i lebih menitik
beratkan pada keselarasan kerja antara otak, hati dan tangan.
Bagi Sjafe’i, bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu

5. Mohammad hidup dari hasil kerjanya sendiri, dan tidak tergantung pada
bangsa lain.
Syafei  Adapun tujuan sekolah yang diselengarakan oleh Mohammad
Syafei adalah: (1) mendidik anak-anak agar mampu berpikir
secara rasional, (2) mendidik anak-anak agar mampu bekerja
secara teratur dan bersungguh-sungguh, (3) mendidik anak-
anak agar menjadi manusia yang berwatak baik, (4)
menanamkan rasa persatuan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai