Anda di halaman 1dari 21

T E K N O LO G I S E D I A A N

STERIL

Sukmawati, M. Farm

1
SILABUS
1. CARA- CARA STERILISASI
2. SEDIAAN STERIL
3. HITUNGAN FARMASI SEDIAAN STERIL
4. CPOB SEDIAAN STERIL
5. PREFORMULASI SEDIAAN STERIL
6. FORMULASI SEDIAAN STERIL
7. PEMBUATAN DAN EVALUASI MUTU SEDIAAN STERIL
STERILI
SASI
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen,
nonpatogen, vegetatif, maupun nonvegetatif dari suatu objek atau material. Hal
tersebut dapat dicapai melalui cara penghilangan secara fisika semua organisme
hidup, misalnya penyaringan atau pembunuhan organisme dengan panas, bahan
kimia, atau dengan cara lainnya.
Penting diperhatikan bahwa cara apapun yang digunakan, tidak boleh ada
organisme hidup yang tertinggal.

2
CARA- STERILIS
( FI IV HAL.1112
CARA-1116) ASI
1. Sterilisasi uap

Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di suatu
bejana disebut otoklaf. Suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope, untuk media
atau pereaksi adalah selama 15 menit, 121oC, kecuali dinyatakan lain.

Prinsip dasar kerja alat : udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh, dan hal ini
dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus (FI Ed IV hal 1112).
Sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok, kemudian ditutup
kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 mL, sterilisasi dilakukan
dengan uap air jenuh pada suhu 115oC-116oC selama 30 menit. Jika volume dalam tiap
wadah lebih dari
100 mL, waktu sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada 115oC-
116oC selama 30 menit.

3
CARA-CARA
STERILISASI
( FI IV HAL.1112
2. Sterilisasi panas kering -1116)
Proses sterilisasi termal untuk bahan yang tertera di farmakope dengan
menggunakan panas kering biasanya dilakukan dengan suatu proses bets dalam
suatu oven yang didesain khusus untuk tujuan tersebut. Udara dari oven dipanaskan
dan disaring, kemudian distribusi panas dapat berupa sirkulasi atau radiasi
menggunakan suatu sistem yang disalurkan langsung dari suatu nyala terbuka.
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah lalu ditutup kedap atau
penutupan ini bersifat sementara untuk mencegah pencemaran. Jika volume dalam
tiap wadah tidak lebih dari 30 mL, panaskan pada suhu 150oC selama 1 jam. Jika
volume dalam tiap wadah lebih dari 30 mL, waktu 1 jam dihitung setelah seluruh
isi tiap wadah mencapai suhu 150oC.

4
CARA-CARA
3. Sterilisasi gas
STERILISASI
( FI IV HAL.1112
Pilihan untuk menggunakan sterilisasi -1116)
gas sebagai alternatif dari sterilisasi termal sering
dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada proses
sterilisasi uap atau panas kering.

Bahan aktif yang umumnya digunakan pada sterilisasi gas adalah etilen oksida.
Keburukan dari bahan ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagen dan
kemungkinan adanya residu toksik dalam bahan yang disterilkan terutama yang
mengandung ion klorida.
Proses sterilisasi umumnya berlangsung dalam bejana yang bertekanan yang didesain
sama seperti otoklaf tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya terdapat pada alat
sterilisasi yang menggunakan gas, sehingga perlu diperhatikan suhu, kelembapan, tekanan,
dan kadar etilen oksida.
Keterbatasan utama dari proses sterilisasi etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas
tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari bahan yang disterilkan.
Gas yang lain yang dapat dipakai yaitu formaldehid (seperti box sterilisasi)
5
CARA-CARA
STERILISASI
( FI IV HAL.1112
4. Sterilisasi dengan radiasi ion -1116)
Sterilisasi ini digunakan untuk bahan obat, sediaan akhir, atau alat kesehatan yang
tidak tahan terhadap sterilisasi panas atau pertimbangan keamanan akan
penggunaan etilen oksida.

Keunggulan sterilisasi radiasi meliputi reaktivitas kimia rendah, residu rendah


yang dapat diukur dan kenyataan yang membuktikan bahwa variabel yang
dikendalikan
lebih sedikit. Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif
dari radioisotop (radiasi γ) dan radiasi berkas elektron.

6
CARA-CARA
STERILISASI
( FI IV HAL.1112
5. Sterilisasi dengan penyaringan -1116)
Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan
menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, sehingga mikroba yang
dikandung dapat dipisahkan secara fisika.

Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori, bertutup kedap
atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel. Efektivitas suatu penyaring
media atau penyaring substrat tergantung pada ukuran pori bahan dan dapat
tergantung pada daya absorbsi bakteri pada atau dalam matriks penyaring atau
bergantung pada mekanisme pengayakan.
Penyaringan untuk tujuan sterilisasi umumnya dilaksanakan menggunakan
rakitan yang memiliki membran dengan porositas nominal 0,2 μm atau kurang.
7
METO STERILIS
DE ASI
Metode Karakteristik zat aktif, eksipien, wadah Kerugia
Sterilisasi panas basah Tahan panas (121oC selama 15 menit) dan n
Tidak depirogenasi
(autoklaf) tahan lembab, cairan bercampur dengan air,
wadah dapat ditembus oleh uap air
Sterilisasi panas Tahan panas (170oC selama 1 jam) tidak Dapat depirogenasi
kering tahan lembab, cairan tidak bercampur
(oven) dengan air
Filtrasi Tidak tahan panas, berbentuk cairan, larutan Tidak depirogenasi,
menggunakan sejati, bukan sistem dispersi (suspensi/ kemungkinan terjadi
membran emulsi) absorbsi
tidak dapat digunakan untuk wadah zat pada membran dan
Irradiasi Memiliki ikatan molekul stabil hiklleaching mahal
Tidak depirogenasi,
(gamma, terhadap dan dapatmembran
merusak ikatan
elektron) radiasi molekul beberapa zat
Sterilisasi gas Wadah polimer harus permeabel terhadap
udara,uap air,gas
8
METODE STERILISASI DITENTUKAN
OLEH SIFAT/STABILITAS ZAT
AKTIF DAN
SIFAT ZAT AKTIF SIFAT SEDIAANKETERANG
METODA STERILISASI

(TERMASUK
Zat padat tahan
panas Sterilisasi panasWADAH
Sterilisasi otoklaf
kering ) AN talk, bismuth
Zinc oxide, kalamin,
subnitrat,
dan tidak mudah bismuth subkarbonat, calomel (tahan pemanasan
menguap 160-180oC selama 1-2 jam) Sulfanilamid,
sulfadiazin, sulfathiazole, sulfamerazin
(tahan pemanasan 140-150oC selama 3
Larutan tahan Sterilisasi autoklaf (121oC selama 20 menit) jam)
panas,
dan
Zat lembab
padat sensitif panas Sterilisasi gas seperti formaldehid, atau 10-
20% etilen dioksida dicampur dengan
karbondioksida
Cairan sensitif panas Filtrasi menggunakan membran, secara aseptis
Cairan minyak Sterilisasi oven (120º-130º C selama 1-2 jam) Minyak mineral, petrolatum cair, gliserin.
(tidak Gliserin
bercampur dengan tidak dapat dipanaskan melebihi 150oC. minyak
air) dan petrolatum cair tahan pemanasan sampai
Salep (semisolida) Sterilisasi autoklaf (121oC selama 30 menit); 200oC
Sterilisasi oven (150º-160º C selama 1jam);
Pengerjaan aseptik
A.STERILI UMU
SASI M

1
0
B. STERILISASI
LARUTAN AIR
1. Pilihan pertama sterilisasi larutan adalah sterilisasi akhir dengan autoklaf.

2. Bila zat aktif tidak tahan panas maka bisa digunakan sterilisasi akhir radiasi
gamma kerena gamma dapat memiliki efektifitas sterilisasi tinggi dan dapat
menembus wadah.
3. Karena di Lab tidak terdapat alat gamma, penulisan di jurnal hanya berupa
USULAN, pengerjaan menggunakan metode filtrasi (aseptis).

11
STERILI LARUTA
SASI N AIR Zat aktif dan bahan
pembantu

Ya
Tahan panas Tdk
Tahan radaiasi
gamma?
Ya Tdk
Sterilisasi
akhir otoklaf S. akhir Filtrasi
Radiasi (aseptis)
gamma
-Zat aktif di S. awal
gas atau pakai filtrasi
diawal
-Bahan pembantu
Bila memungkinkan tahan panas,
untuk mengurangi dilarutkan dengan
‘bio burden’ maka pembawa air dan
zat-zat disterilisasi disterilisasi dengan
terlebih dahulu di otoklaf
awal

1
2
C. STERILISASI MINY
LARUTAN AK
1. Sediaan larutan minyak tidak bisa disterilkan dengan autoklaf, karena secara
umum minyak tidak dapat ditembus oleh uap air.
2. Larutan minyak biasanya dikemas dalam wadah vial, karena bila dikemas
diampul relatif sulit untuk dituangkan. Pengemasan dengan vial ini membuat larutan
minyak sulit untuk disterilisasi dengan oven (yang efektif untuk minyak) karena tutup
vial yang terbuat dari karet tidak stabil pada pemanasan oven.
3. Solusinya adalah dengan melakukan sterilisasi oven terhadap ‘produk ruahan’
yang belum dikemas. Setelah itu baru dilakukan pengisian terhadap vial steril
dengan metode aseptis.

1
3
STERILI LARUTAN
SASI MINYAK
Zat aktif dan bahan pembantu

Ya Tahan radiasi gamma Tdk


Tahan panas
Ya
Tdk
S. akhir
Radiasi gamma Sterilisasi akhir Filtrasi (aseptis)
oven (tapi ‘produk
ruahan’
-Filtrasi akhir untuk
Bila memungkinkan larutan minyak bisa
untuk mengurangi ‘bio dilakukan, tapi pada
burden’ maka zat-zat prakteknya sulit untuk
disterilisasi terlebih dilakukan. Sehingga Zat
dahulu di awal aktif sebaiknya di S. awal
gas
-Bahan pembantu tahan
panas, dilarutkan dengan
pembawa minyak dan
disterilisasi dengan oven
1
4
D. STERILISASI
SUSPENSI
1. Jika suspensi secara fisik dapat tetap atau tidak berubah ketika di otoklaf, maka
cara ini dapat dipakai untuk mensterilkan produk akhir (Ansel, hlm 421).

2. Seringkali dibutuhkan sterilisasi masing-masing komponen suspensi


secara terpisah sebelum dicampurkan karena keutuhan suspensi dapat dirusak
oleh pensterilan dengan otoklaf.
3. Pensterilan suspensi parenteral dengan otoklaf dapat merubah viskositas produk,
dengan demikian mempengaruhi kemampuan pembawa sebagai pensuspensi,
mengubah kelarutan zat aktif. Selain itu dapat merubah ukuran partikel yang
disuspensikan hal ini berarti merubah karakter farmasi sediaan (Ansel, hlm 421).
4. Pembuatan suspensi obat suntik umumnya secara aseptic untuk mencegah
kemungkinan perubahan fisik partikel tersuspensi jika digunakan sterilisasi
akhir.
1
5
STERILI SUSPE
SASI NSI
Zat aktif dan bahan
pembantu
Sterilisasi panas Ya
Tahan panas Tdk Tahan radiasi
diyakini tidak gamma?
akan merusak Tdk
suspensi? Ya Ya
Tdk
S. akhir gamma

Bila memungkinkan
S. akhir S. akhir untuk mengurangi ‘bio
otoklaf oven -Sterilisasi masing-
burden’ maka zat-zat
masing dengan cara
disterilisasi terlebih
yang sesuai (metode
dahulu di awal
Suspensi Suspensi aseptik)
air minyak -Bahan pembantu yang
larut air dilarutkan dan
disterilisasi dengan cara
Bila memungkinkan untuk
mengurangi ‘bio burden’ yang sesuai (otoklaf)
maka zat-zat disterilisasi
terlebih dahulu di awal

1
6
STERILISASI SUSPENSI
REKONSTITUSI
Serbuk kering pasti menggunakan wadah vial karena untuk mempermudah saat akan
dilarutkan. Karena itu sediaan akhir tidak mungkin disterilisasi menggunakan oven
(masalah tutup vial), jadi walaupun ingin memakai oven sebaiknya disterilisasi
sebelum dikemas (setelah dicampurkan), kemudian dilakukan pengisian dengan
metode aseptik.

1
7
STERILI SUSPENSI
SASI REKONSTITUSI
Zat aktif dan bahan pembantu

Ya Tahan radiasi gamma Tdk


Ya Tahan panas
Tahan panas Tdk
S. akhir
Radiasi gamma Zat aktif/bahan -Zat aktif/bahan
pembantu yang pembawa yang tidak
tahan panas tahan panassebaiknya di
disterilisasi sterilisasi awal gas
dengan oven -bila tidak bisa dilakukan
Bila memungkinkan
untuk mengurangi ‘bio sebelum pengisian digunakan metode filtrasi.
burden’ maka zat-zat (setelah dicampur) Zat aktif dilarutkan dapat
disterilisasi terlebih pelarut yang melarutkan,
dahulu di awal kemudian diliofilisasi
Dilakukan
pencampuran/
pengisian
dengan metode
aseptis

1
8
ALASAN MELAKUKAN
STERILISASI
Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi dan desinfeksi yaitu :
1. Untuk mencegah transmisi penyakit

2. Untu mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme


k
3. mencegah kompetisi nutrien dalam media pertumbuhan
Untu
memungkinkan kultur sehingga
organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (produksi
k atau untuk metabolitnya (produksi minuman dan antibiotika)
ragi)

1
9
DAFTAR
PUSTAKA
1. Agoes, G. 2013. Sediaan Farmasi Steril (SFI-4). ITB : Bandung.

2. Alley,Jr.L.V., Popovich,N. G.,and Ansel, H.C. 2005. Sterile Dosage Forms and
Delivery Systems, In : Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems, 8th ed.,p.443-569, Lippincott William & Wilkins : Philadelphia,
Baltimore, New York, London, Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo.
3. Avis, K.E., Lachman,L., and Lieberman, H.E. 1984. Parmaceutical Dosage Forms :
Parenteral Medications, Vol.1. Marcel Dekker Inc : New York, Basel.

2
0

Anda mungkin juga menyukai