Anda di halaman 1dari 23

PRINSIP-PRINSIP LEGAL

PRAKTIK PERAWAT
Malpraktek

Pengertian

Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan


“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”,
sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang
salah”.

Batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang


ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau
berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang
tugas/pekerjaannya.
Ellis dan Hartley (1998)
Malpraktek
Kelalaian Tenaga Kesehatan mempergunakan
kompetensi dan ilmu pengetahuan dalam
Tindakan pada klien yang lazim dipergunakan
menurut ukuran dan dilingkungan yang sama
(Valentin v. La Society)
Batasan malpraktik

 Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak


boleh dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan;
 Tidak melakukan apa yang seharusnya
dilakukan atau melalaikan kewajibannya.
(negligence); dan
 Melanggar suatu ketentuan menurut atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan
malpraktek hukum atau yuridical
malpractice

Criminal • Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan
tercela.

malpractice
• Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).

• Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

Civil • Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.

malpractice
• Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.
• Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Administrative
• dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga tersebut
telah melanggar hukum administrasi
• Pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
malpractice kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga kesh untuk menjalankan
profesinya (STR,SIPP), batas kewenangan serta kewajiban tenaga kesh

BACK
Tindakan-tindakan yang termasuk Malpraktik

1. Kesalahan Diagnosa
2. Penyuapan
3. Penyalahgunaan obat
4. Pemberian dosis obat yang salah
5.Alat-alat yang tidak memenuhi standart
kesehatan atau tidak steril
6. Kesalahan produser operasi
7. Percobaan cara pengobatan baru suatu penyakit
pada pasien 
Dampak Malpraktek
1. Merugikan pasien terutama bisa menimbulkan
cacat permanen
2. Bagi perawat dapat dijerat hukum pidana

3. Dari segi sosial dapat dikucilkan dari


masyarakat
4. Dari segi agama berdosa
5. Dari segi etika keperawatan melanggar etika
dan merupakan tindakan yang tidak
profesional
Pembuktian Malpraktek

Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice


pembuktianya dapat dilakukan dengan 2 cara
1.Cara langsung
Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok
ukur
a. Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien,
dokter haruslah bertindak berdasarkan:
1) Adanya indikasi medis
2) Bertindak secara hati-hati dan teliti
3) Bekerja sesuai standar profesi
4) Sudah ada informed consent.
b.  Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang
dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka
dapat dipersalahkan.

c. Damage (kerugian)
Tenaga kesehatan untuk dapat dipersalahkan haruslah
ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal)
dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan
tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan
hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome)
negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan nakes
Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka
pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus
diberikan oleh si penggugat (pasien).
2. Cara tidak langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian
yang mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan
fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil
layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila
fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
 Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tidak

lalai
  Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung

jawabnya
  Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien

dengan perkataan lain tidak ada contributory


negligence.
transaksi terapeutik ada beberapa macam
tanggung gugat, antara lain:

 Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak
dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual
yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan,
kewajiban yang harus dilaksanakan adalah daya
upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena
health care provider baik tenaga kesehatan
maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab
atas pelayanan kesehatan yang tidak sesuai standar
profesi/standar pelayanan.
 Vicarius liability

Vicarius liability atau respondeat superior ialah


tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang
dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam
tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya
rumah sakit akan bertanggung gugat atas
kerugian pasien yang diakibatkan kelalaian
perawat sebagai karyawannya.
 Liability in tort

Liability in tort adalah tanggung gugat atas


perbuatan melawan hokum (onrechtmatige daad).
Perbuatan melawan hukum tidak terbatas haya
perbuatan yang melawan hukum, kewajiban
hukum baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga
yang berlawanan dengan kesusilaan atau
berlawanan dengan ketelitian yang patut
dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang
lain atau benda orang lain
PELANGGARAN STR & SIPP

UU NO. 36 TAHUN 2014


tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 85 ayat 1 Pasal 86 ayat 1

Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan Setiap Tenaga Kesehatan yang


sengaja menjalankan praktik tanpa menjalankan praktik tanpa memiliki
memiliki STR sebagaimana dimaksud izin sebagaimana dimaksud dalam
dalam Pasal 44 ayat (1) dipidana Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan
dengan pidana denda paling banyak pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

14
UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTEK DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
Upaya Pencegahan Malpraktik dalam
Pelayanan Kesehatan dengan adanya
kecenderungan masyarakat untuk
menggugat tenaga Kesehatan karena
adanya malpraktek diharapkan nakes
dalam menjalankan tugasnya selalu
bertindak hati-hati,
Langkah-langkah
Langkah-langkah

1) Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan


keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis)
bukan perjanjian akan berhasil
(resultaatverbintenis).

2) Sebelum melakukan intervensi agar selalu


dilakukan informed consent dengan benar dan
lengkap
.

3) Mencatat semua tindakan yang dilakukan


dalam rekam medis dengan lengkap

4) Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan


kepada penanggung jawab atau katim
5) Memperlakukan pasien dengan
memperhatikan segala kebutuhannya

6) Menjalin komunikasi yang baik dengan


pasien, serta keluarganya.
7.Memonitor melaporkan dan mencatat setiap
perubahan yang terjadi pada kondisi pasien

Sesuai proses keperawatan, perawat terus-


menerus menilai kondisi pasien . Setelah perawat
telah melakukan penilaian awal, membuat sebuah
diagnosis, dan memprakarsai sebuah rencana
perawatan, perawat harus terus mengevaluasi
kondisinya dan mengkomunikasikan dengan
efektif.
Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila tuduhan merupakan criminal


malpractice, maka tenaga kesh dapat
melakukan :
Informal Formal/legal
defence, defence, melakukan
pembelaan dengan
mengajukan bukti
mengajukan atau
untuk menangkis/
menunjuk pada
menyangkal tuduhan
doktrin-doktrin
hukum

mengajukan alasan mengajukan bukti


bahwa dirinya tidak bahwa yang
mempunyai sikap dilakukan adalah
batin (men rea) pengaruh daya paksa.
ketentuan informed consent yang diatur antara lain pada peraturan pemerintah no 18 tahun
1981 yaitu:
1. Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa
yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Tenaga kesh tidak berhak melakukan
tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk
kepentingan pasien sendiri. 
2. Semua tindakan medis (diagnostic, terapuetik maupun paliatif) memerlukan
informed consent secara lisan maupun tertulis.

3. Setiap tindakan medis yang mempunyai resiko mengharuskan adanya persetujuan


tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien memperoleh
informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta
resikonya.

4. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta oleh pasien. Menahan informasi tidak boleh, kecuali bila
tenaga kesh menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien. Dalam hal ini nakes dapat memberikan informasi kepada keluarga
terdekat pasien. Dalam memberikan informasi kepada keluarga terdekat dengan
pasien, kehadiran seorang nakes lain sebagai saksi adalah penting.

5. Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yang


direncanakan, baik diagnostic, terapuetik maupun paliatif. Informasi biasanya
diberikan secara lisan, tetapi kemtdian di dokumentasikan secara tertulis (berkaitan
dengan informed consent).
Salam PPNI.......

Wassalamu’alaikum wrwb

Anda mungkin juga menyukai