Anda di halaman 1dari 17

ETIKA

PROFESI JAKSA
ETIKA PROFESI JAKSA
DISUSUN OLEH :
1. Vira Putri Afifah A.111.19.0011
2. Sulistya Widigdya Paramarta A.111.19.0012
3. PebriandiA.111.19.0019
4. Asha Ayu Lestari A.111.19.0020
5. Minanur Rohman A.111.19.0023
6. Citrawati A.111.19.0026
7. Fitriani A.111.19.0037
8. Huda Aldiansyah A.111.19.0040
9. Djohan Prasetyo A.111.19.0041
10. Aina Nashira Salsabila A.111.19.0043
11. Rheza Saputra A.111.19.0044
12. Sylvia Christie Permatasari A.111.19.0045
13. Munjarofah A.111.19.0048
14. Anjani Santoso A.111.19.0052
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika Profesi Jaksa dan ketentuan umum
kejaksaan berdasarkan PERJA Nomor :
PER-067/A/JA/07/2007 Tentang Kode Perilaku Jaksa?
2. Bagaimana tugas dan wewenang jaksa dalam
menyelesaikan suatu perkara?
3. Apa saja kendala jaksa dalam menerapkan kode
etiknya?
4. Apa contoh pelanggaran kode etik profesi jaksa beserta
penyelesaiannya?
Pengertian Etika Profesi Jaksa dan ketentuan umum kejaksaan
berdasarkan PERJA Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 Tentang Kode
Perilaku Jaksa
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
Jabatan fungsional jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi
kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas
kejaksaan. Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung yang merupakan
pimpinan dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan yang dipimpin, mengendalikan
pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan. Selanjutnya, Jaksa Agung merupakan
pejabat negera yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persyaratan
tertentu berdasarkan undang-undang.
Pengertian Etika Profesi Jaksa dan ketentuan umum
kejaksaan berdasarkan PERJA Nomor :
PER-067/A/JA/07/2007 Tentang Kode Perilaku Jaksa
Oleh karena Jaksa Agung diangkat oleh Presiden, maka dalam menjalankan tugasnya
Jaksa Agung menjalankan tugas negara. Karena, Presiden mengangkat Jaksa Agung
kedudukannya sebagai kepala negara (kekuasaan federatif) dan bukan sebagai kepala
pemerintahan (kekuasaan eksekutif). Demikian juga jaksa yang diangkat oleh Jaksa
Agung dalam menjalankan tugasnya adalah menjalankan tugas negara dan bukan tugas
pemerintahan.
Pengertian Etika Profesi Jaksa dan ketentuan umum kejaksaan
berdasarkan PERJA Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 Tentang
Kode Perilaku Jaksa

Dalam Pasal 1, kode Perilaku Jaksa ini yang dimaksud dengan :


a. Jaksa adalah Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang
b. Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian norma sebagai pedoman untuk mengatur perilaku Jaksa dalam
menjalankan jabatan profesi, menjaga kehormatan dan martabat profesinya serta menjaga hubungan
kerjasama dengan penegak hukum lainnya
c. Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif adalah Pejabat yang karena jabatannya
mempunyai wewenang untuk memeriksa dan menjatuhkan tindakan administratif kepada Jaksa yang
melakukan pelanggaran Kode Perilaku Jaksa.
d. Sidang pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pejabat yang
berwenang memberikan tindakan administratif terhadap Jaksa yang diduga melakukan pelanggaran
Kode Perilaku Jaksa.
e. Tindakan administratif adalah tindakan yang dijatuhkan terhadap Jaksa yang melakukan pelanggaran
Kode Perilaku Jaksa.
f. Yang dimaksud dengan perkara meliputi perkara pidana, perkara perdata dan tata usaha negara maupun
kasus-kasus lainnya.
Pengertian Etika Profesi Jaksa dan ketentuan umum kejaksaan
berdasarkan PERJA Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 Tentang
Kode Perilaku Jaksa
Pasal 2, Kode Perilaku Jaksa berlaku bagi jaksa yang bertugas di lingkungan kejaksaan
maupun dluar lingkungan kejaksaan. Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa wajib :
a. Mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan
yang berlaku
b. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan
c. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan
kebenaran
d. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan/ancaman opini publik secara
langsung atau tidak langsung
e. Bertindak secara obyektif dan tidak memihak
f. Memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka/terdakwa maupun korban
g. Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengertian Etika Profesi Jaksa dan ketentuan umum kejaksaan
berdasarkan PERJA Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 Tentang Kode
Perilaku Jaksa
Pasal 3, Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa wajib :
a. Mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dna peraturan kedinasan yang
berlaku
b. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan
c. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan
kebenaran
d. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan/ancaman opini publik secara langsung
atau tidak langsung
e. Bertindak secara obyektif dan tidak memihak
f. Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak hukum
dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu
g. Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan pribadi
atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai
nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung
Pengertian Etika Profesi Jaksa dan ketentuan umum kejaksaan
berdasarkan PERJA Nomor : PER-067/A/JA/07/2007 Tentang Kode
Perilaku Jaksa
Pasal 4, Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa dilarang :
a. Menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak
lain
b. Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara
c. Menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan secara fisik
dan/atau psikis
d. Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntunngan serta melarang keluarganya
meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya
e. Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai
hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara
langsung atau tidak langsung
f. Bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun
g. Membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan penegakan hukum
h. Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal teknis perkara yang
ditangani
Tugas dan Wewenang Jaksa
Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan
dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan
hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh karena itu
perlu dilakukan penataan kembali terhadap kejaksaan untuk menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan dan perkembangan zaman. Dalam melaksanakan fungsi, tugas,
dan wewenangnya, Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan harus mampu mewujudkan
kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan
mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan, serta wajib
menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Kejaksaan juga harus mampu terlibat sepenuhnya dalam proses pembangunan antara
lain turut menciptakan kondisi yang mendukung dan mengamankan pelaksanaan
pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila,
serta berkewajiban untuk turut menjaga dan menegakkan kewibawaan pemerintah dan
negara serta melindungi kepentingan masyarakat.
Tugas dan Wewenang Jaksa
Kejaksaan Republik Indonesia dibagi menjadi tiga. Pembagian ini tercantum dalam
Pasal 3 dan 4 UU Nomor 16 Tahun 2004. Berikut pembagiannya :
1. Kejaksaan Agung
Berkedudukan di Ibu kota Negara Indonesia dan daerah kekuasaan hukumnya
meliputi wilayah kekuasaan negara
2. Kejaksaan Tinggi
Berkedudukan di Ibu kota provinsi dan daerah kekuasaannya meliputi wilayah
provinsi tersebut
3. Kejaksaan Negeri
Berkedudukan di Ibu kota kabupaten kota atau daerah kekuasaan hukumnya
meliputi wilayah kabupaten tersebut.
Tugas dan Wewenang Jaksa
Secara khusus kejaksaan republik Indonesia merupakan lembaga yang menjalankan
kekuasaan negara di bidang penuntutan. Kejaksaan juga berperan sebagai salah-satunya
instansi pelaksana putusan atau executive ambteenar. Kejaksaan republik Indonesia
juga bisa berperan dalam ranah perkara hukum perdata dan tata usaha negara.
Artinya kejaksaan bisa mewakili pemerintah dalam ranah perkara serta tata usaha
negara. Sebagai jaksa pengacara negara, untuk tugas dan wewenang semuanya
disesuaikan dengan perundang-undangan yang berlaku. Kejaksaan republik Indonesia
memiliki beberapa tugas dan wewenang, yaitu pra penuntutan, pemeriksaan tambahan,
penuntutan pelaksanaan terhadap hakim serta putusan pengadilan. Tugas lain dari
kejaksaan ialah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan lepas bersyarat
dan tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak pidana umum. Berdasarkan
peraturan perundang-undangan serta kebijakan dari mahkamah agung.
Tugas dan Wewenang Jaksa
Pengaturan Tugas dan kewenangan kejaksaan secara juridis formal terdapat di dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 yaitu Pasal 30 ayat 1-3. Dari isi Pasal 30
tersebut maka tugas dan kewenangan kejaksaan dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu :
1. Di bidang Pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang
a. Melakukan penuntutan
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat
d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik
2. Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan dengan kuasa
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
terkendalanya penetapan kode etik jaksa yaitu
seratak internal dan eksternal
Faktor internal yaitu :
1. Kurangnya beribadah dan taat pada agama sehingga seseorang jaksa bisa goyah
imanya terhadap pengaruh yang berupa sogokan uang sehingga jaksa memiliki
kemungkinan besar melanggar kode etiknya sebagai jaksa dan melakukan perbuatan
curang di karenakan kurang taat pada Tuhan yang maha Esa
2. Kurangnya kesadaran dan rasa Nasionalisme yang menjunjung tinggi keadilan
sehingga ia merasa bahwa uang dan kekuasaan adalah segalanya
3. Kekuasaan yang dimiliki seorang jaksa membuatnya gila kekuasaan, uang dan
melupakan kode etiknya sebagai jaksa
Faktor eksternal yaitu :
4. Pengawasan terhadap tugas jaksa sebagai penuntut umum yang dilakukan oleh setiap
kepala masing-masing divisi dalam pelaksanaannya kurang efektif karena masih
terdapat oknum jaksa yang melanggar Kode Etik Jaksa.
5. Sanksi terhadap oknum jaksa yang melanggar Kode Etik Jaksa kurang memberikan
efek jera sehingga perlu disempurnakan karena masih terdapat oknum jaksa yang
melanggar Kode Etik Jaksa.
Contoh Pelanggaran Kode Etik Kejaksaan :
Kasus jaksa pinangki
Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan tiga orang
jaksa penyidik dalam kasus Pinangki ke komisi kejaksaan
pada Rabu, 14 Oktober 2020. Ketiga jaksa tersebut
dilaporkan karena diduga melakukan pelanggaran kode etik
saat menyidik perkara tersebut.
Kesimpulan
Etika adalah suatu sifat kepribadian, perasaan batin seseorang untuk dapat menilai
mana yang baik dan mana yang buruk. Etika akan memberi semacam batasan maupun
standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelomopok sosialnya. Dalam
perkembangannya dikenal etika profesi. Etika profesi adalah etika yang dinormakan
dan dipakai suatu kelompok profesi tertentu yang menjadi nilai-nilai yang harus
dijunjung tinggi oleh kelompok profesi tersebut. Profesi jaksa adalah profesi yang
sangat mulia, mewakili Negara dalam penegakan hukum dalam peradilan. Posisi ini
sangat penting sekaligus rawan berbagai penyimpangan. Betapa berat tantangan yang
harus dihadapi jaksa diantara idealisme dan realita. Sikap moral dan hati nurani sangat
penting bagi jaksa dalam menjalankan tugas profesinya. Sebaik apapun aturan yang
mengatur jaksa, tidak akan banyak berati saat tidak ada kesadaran jaksa untuk
menjalankan aturan tersebut. Jawaban permasalahan yang melanda jaksa adalah
dengan merealisasikan idealisme profesi jaksa sebagai penegak hukum dalam keadaan
apapun. “Meskipun langit runtuh, hukum harus tetap ditegakkan. “Sekiranya para
jaksa tetap mampu dan terus berusaha untuk merealisasikan kata-kata tersebut.

Anda mungkin juga menyukai