Anda di halaman 1dari 16

POKOK-POKOK HUKUM KEUANGAN NEGARA DAN

DAERAH

• A. Sejarah Perkembangan Hukum Keuangan Negara


• Hukum keuangan negara secara historis yuridis dimulai pada masa Hindia Belanda .
• Keuangan negara dalam bentuk anggaran pendapatan dan belanja Hindia Belanda
(begrooting) diatur dalam RR1 maupun IS2 yang dapat dikatakan semacam Undang-undang
Dasar Hidia Belanda.anggaran pendapatan dan belanja Hindia Belanda diatur dalam pasal 28
sub c RR 1854 sebagai berikut gubernur jendral meminta nasihat pada Dewan penasihat
Hiundia Belanda atas semua masalah kepentingan umum atau khusus, yang dianggapnya
perlu.
• Menurut Arifin P.Soeria Atmadja, Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 mengandung 2 (dua) unsur
pokok, Yakni :
• 1. Unsur priodisitas, hal ini terlihat dari kata-kata” tiap-tiap tahun”
• 2. Unsur yuridis, hal ini dapat terlihat dari kata-kata “Undang-Undang.
• Oleh kalimat kedua pada ayat (1) pasal 23 UUD 1945,unsur yuridis tersebut diuraikan lebih
lanjut, yang menentukan apabila tidak terdapat kata sepakat antara pemerintah dengan DPR
mengenai usulan APBN yang diajukan oleh pemerintah, maka pemerintah harus menjalankan
anggaran pada tahun yg lalu,sebagai jalan keluar, kalimat kedua ayat (1) Pasal 23 Tahun 1945
ini telah memberikan pemecahan sementara,namun hal ini masih harus dituangkan dalam
bentuk ketentuan perundang-undangan, yaitu mengenai bentuk yuridis anggaran yang tidak
disetujui oleh DPR tersebut.
• Dalam amandemen UUD 1945.
Bhwa,dalam hal keuangan negara telah memuat beberapa ketentuan baru yang jauh lebih
komprehensif jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum amandemen. Didalam Pasal 23
UUD Negara Republik Indondesia tahun 1945 Bab V111 menyebutkan:
1. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Rancangan undang-undang anggaran dan pendapatan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas Bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengna memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaranpendapatan dan belanja
L negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Ndegara tahun yang lalu.
B. Keuangan Negara Dalam Sistem Pemerintahan Negara RI

Negara adalah suatu Lembaga kemasyarakatan yang mempunyai wilayah dan pemerintahan yang
berkuasa yang didukung oleh warganya diwilayah itu guna mencapai tujuan tertentu,secara filosofis,
negara didirikan dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya, melindungi rakyatnya, serta
memenuhi berbagai kepentingan rakyatnya, hal tersebut sejalan dengan pandangaan para filsup
mengenai tujuan negara, antara lain:

1.Plato, yang berpendapat bahwa tujuan negara adalah untuk memenuhi keanekaragaman kebutuhan
yang tidak dapat dipenuhi oleh manusia secara individual selain itu:

2.Aristoteles, berpendapat bahwa tujuan negara adalah untuk menyelenggarakan kehidupan yang baik
warga negaranya.

Rumusan tujuan negara pada umumnya terdapat dalam konstitusi negara.


Di Indonesian,Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan
kehidupan bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Kekuasaan Presiden dalam pengelolaan keuangan negara meliputi kekuasaan otoritas,
ordonansi,dan kebendaharaan:
a. Kekuasaan otoritasa adalah kekuasaan untuk mengambil Tindakan atau keputusan yang dapat
mengakibatkan kekayaan negara menjadi berkurang atau bertambah.Kekuasaan otoritas dibagi dua:
1.Kekuasaan otoritas yang bersifat umum diwujudkan dalam bentuk kekuasaan membuat peraturan yang
bersipfat umum seperti menetapkan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belaja Negara,
Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan sebagainya.
Kekuasaan otoritas yang bersifat umum ini menurut sistem pemerintahan negara RI,harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari DPR.
2. Kekuasaan Ordonansi adalah kekuasaan untuk menerima, meneliti, menguji
keabsahan,dan menertibkan surat perintah menagih dan membayar tagihan yang membebani
anggaraan penerimaan dan pengeluaran negara sebagai akibat dari Tindakan ” otorisator.”
Pengujian dan penelitian yang dilakukan oleh “ordonotor “ meliputi dasar haknya (wetmatigheids)
Dasar Hukum tagihannya(rechtmatigheids) dan tujuannya (doelmatigheids).
3.Kekuasaan Kebendaharawanan adalah kekuasaan untuk menerima, menyimpan,
atau membayar/mengeluarkan uang atau barang, serta mempertanggungjawabkan uang atau
barang yang berada dalam pengelolaanya.
• Kekuasaan kebendaharwanan di delegasikan kepadas orang atau badan yang menjalankan tugas
sebagai bendaharawanan yang meliput:
1, Bendaharawan umum
Tugas bendaharawan Umum adalah melakukan penerimaan uang yang disetorkan kepada Kas
Negara(APBN).Bendaharawanan ini juga berwenang mengeluarkan atau membayar uang atas
perintah yang diterimanya, yaitu surat Perintah yang diterimanya, yaitu surat perintah membayar
(SPM)dalam pelaksanaan APBN. contoh bendaharaan umum adalah Kantor pembendaharaan
umum adalah Kantor Pembendaharaan dan kas negara (KPKN).
2. Bendaharawanan Khusus Penerima
Bendaharawanan khusus hanya bertugas menerima uang pajak dan penerimaan bukan pajak.
Uang yang diterimanya harus negara disetorkan ke kas negara.
3. Bendaharawanan khusus Pengeluaran
Bendaharawanan ini hanya bertugas mengeluarkan uang .
Berdasarkan peruntukan uang yang diurusnya dapat dibedakan
Bendaharawanan ini dalam kelompok bendaharawanan Rutin Belanja Pegawai,Bendaharawanan
Non Belanja Pegawai,Bendaharawanan Proyek, Bendaharawanan Pemegang uang Muka
Cabang.
4. Bendaharawanan Barang
Tugas Bendaharawanan Barang adalah menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang atas
dasar perintah pejabat yang berwenang.

C. Pengertian Hukum Keuangan Negara


Pengertian keuangan negara dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan maupun
pendapat pakar hukum sehingga terdapat variasi pengertian keuangan negara.Beberapa pakar
hukum menyamakan pengertian keuangan negara dengan anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN) misalnya Harun Al Rasid dan Wirjono Prodjodikoro.
Pakar lainnya berbeda pendapat,misalnya Hamid S.Attamimi dan Padmo Wahyono yang
mengkonstruksikan pengertian keuangan Negara tidak hanya APBN tetapi meliputi juga APBD, dan
anggaran perusahaan milik negara atau daerah misalnya, BUMN dan BUMD.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Arifin P.Soeria Atmadja, yang memberikan pengertian
keuangan negara dalam dua arti yaitu:
1. Keuangan negara dalam arti luas meliputi:
APBN,APBD,Perjan,Perum,PN,dan sebagainya;
2. Keuangan negara dalam arti sempit adalah hanya meliputi setiap badan hukum yang berwenang
mengelola dan mempertanggungjawabkannya.
Keuangan negara yang meliputi APBN,APBD dan BUMN serta BUMD,tidaklah tepat apabila
menggunakan istilah keuangan negara,yang lebih tepat adalah menggunakan istilah Keuangan
Publik.
• Menurut jimly Assiddiqie,setelah reformasi terjadi penggeseran yang medasar dalam pemberian
makna terhadap perkataan” uang dan keuangan negara “ yang dapat dibekan dalam 5 (lima)
katagori pengertian;
• 1.pengertian pertama dalam arti semua hak dan kewajiban yang menyangkut kekayaan milik
negara atau dikuasai oleh negara baik yang berupa uang,barang,atau berupa apa saja yang
bernilai ekonomis atau dapat dinilai dengan uang, baik yang bersifat nyata dan konkrit atau
masih bersifat potensial dan abstrak;
• 2. pengertian ke dua dalam arti semua kekayaan milik negara yang dapat dinilai dengan uang dan
memiliki nilai buku atau yang termasuk dalam catatan kekayaan akuntansi negara.
• 3.pengertian ke tiga dalam arti hak dan kewajiban yang menyangkut keuangan atau dana milik
negara yang pengelolaannya dilakukan melalui APBN,APBD dan/atau melalui anggaran
perusahaan negara dan perusahaan daerah,serta badan-badan lain,termasuk badan swasta, yang
mengelola uang negara.
• 4. Pengertian ke empat dalam arti anggaran pendapatan dan belanja negara baik tingkat pusat
(APBN) ataupun tingkat provinsidan Kabupaten/Kota (APBD);
• 5. Pengertian ke lima dalam arti anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tingkat pusat
saja;

C.Ruang lingkup Hukum Keuangan Negara


Pada hakikatnya keuangan negara sebagai sumber pembiayaan dalam rangka mencapai tujuan
negara tidak boleh dipisahkan dengan ruang lingkup yang dimilikinya.
Dari aspek yuridis, ruang lingkup keuangan negara diatur dalam Pasal 2 ndang-Undang Nomor17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara sebagai berikut:
• 1) Hak negara untuk memungut pajak;
• 2) Hak negara untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang;
• 3) Hak negara untuk melakukan perpinjaman;
• 4) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah negara;
• 5) Kewajiban negara untuk membayar tagihan pihak ketiga;
• 6) Penerimaan negar;
• 7) Pengeluaran negara;
• 8) Penerimaan Daerah;
• 9) Pengeluaran Daerah;
• 10) Kekayaan negara atau kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihka lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang,serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan daerah;
• 11) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
• 12) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah;
• Namun, ruang lingkup keuangan negara tersebut menimbulkan kerancuan dari aspek yuridis,
menurut Muhamad said, kerancuan itu dapat dikatagorikan sebagai suatu hal yang menyimpang
apabila dilakukan pengkajian dan penelusuran peraturan perundang-undangan yang berlaku
• Pasal 2 Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menegaskan
Kekayaan negara atau kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang,surat
berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan daerah.
• Ketentuan ini tidak mengikat secara yuridis takala dikaitkan dengan Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, bahwa perusahaan pesero,yang
selanjutnya disebut persero terbatas yang modalnya terbagi saham yang seluruh atau paling
sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan.
• Kemudian Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 yang menegaskan modal
usaha milik negara merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, sementara itu,
penjelasannya menentukan bahwa yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan
kekayaan negara dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk dijadikan penyertaan
modal negara pada badan usaha milik negara untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya
tidak lagi didasarkan pada system anggaran pendapatan dan belanja negara namun pembinaan
dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai