Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 7

GAMBARAN MASYARAKAT DENGAN


KASUS NUTRISI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN BUDAYA

Axcel Triadi Putra


Fani Okta Fitri
Gelsi Anggra Monita
Nurma Mutia Yusman
Rini Andriani
A. Hubungan antara Budaya dengan Makanan

• Budaya dan makanan hubungan sangat erat ,


Makanan berfungsi mempertahankan,
meningkatkan dan mengembalikan kes yang
optimal. Pemilihan bahan pengelolahan,
penyajian dan pengomsumsiannya berkaitan
dengan budayaindividu, keluarga, dan komunitas
tempat.
1. Budaya pengaruhi individu dan keluarga dalam menentukan
makanan yang dikonsumsi.
2. Makanan dikaitatkan dgn jenis kelamin, makanan maskulin
atau feminim.
3. Makanan juga dikaitkan dengan usia.
4. Makanan berkaitan dengan kondisi kesehatan.
5. Makanan memperat hubungan kekerabatan.
6. Makanan dpt membangun dan mempertahankan hubungan
antar manusia .
B. Pantangan Makanan Karena Budaya
Di Bogor masih ada percaya bayi dan balita laki-laki tidak boleh
diberikan pisang ambon alat kelamin/skrotumnya bengkak. Balita
perempuan tidak boleh makan pantat ayam ketika mereka sudah
menikah bisa diduakan suami.
Sementara di Indramayu, makanan gurih yang diberikan kepada
bayi dianggap pertumbuhannya menjadi terhambat. Untuk balita
perempuan, mereka dilarang untuk makan nanas dan timun. Makanan
yg mempengaruhi alat reproduksi wanita/laki-laki dewasa sayur dan
buah yg banyak mengandung air : nanas, pepaya, semangka, timun, dan
labu siam. Menyebabkan keputihan mengganggu keharmonisan
hubungan suami dan istri. Laki-laki dewasa dilarang makan terung
membuat lemas dan mudah lelah. Balita perempuan dan laki-laki tdk
boleh mengkonsumsi ketan anak menjadi cadel. Tekstur ketan yg lengket
menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan aksara ‘r’ dengan benar.
C. Kebiasaan Makan

Unsur budaya menciptakan kebiasaan makan


penduduk yang bertentangan dengan prinsip ilmu
gizi. Kebiasaan makan tingkah laku / kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan:
sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan
( Khumaidi , 1989). Suhardjo (1989) : kebiasaan
makan individu /kelompok memilih pangan,
mengkonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologis , psikologis , sosial dan budaya .
Tiga faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan
ketersediaan pangan,
1. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari kebiasaan makan
konsumsi pangan (kuantitas dan kualitas), kesukaan makanan
tertentu, kepercayaan, pantangan, atau sikap terhadap
makanan tertentu (Wahyuni, 1988).
2. Khumaidi (1989) dari segi gizi, kebiasaan makan yang baik
terpenuhi kecukupan gizi, buruk (menghambat kecukupan
gizi) pantangan atau tabu yang berlawanan dengan konsep-
konsep gizi.
3. Menurut Williams (1993), Masalah yang menyebabkan
malnutrisi tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurang
pengertian tentang kebiasaan makan yang baik.
D. Tradisi keagamaan dan keperayaan yang berhubungan
dengan peningkatan kesehatan

1. Manusia ( Paradigma kesehatan )


Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan
dan melakukan tindakan.
2. Transkultural Nursing
Transkultural Nursing merupakan lintas budaya yang mempunyai
efek  bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lainnya.
3. Agama
Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Dalam pengertian agama terdapat 3 ( tiga ) unsur, yaitu : manusia,
penghambaan dan Tuhan.
E. Hubungan antara Manusia, Agama,
dan Transkultural Keperawatan

Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya


perhatian khusus para ahli psikologi terhadap peran
agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia
lari kepada agama karena rasa ketidak berdayaannya
menghadapi bencana. Dengan demikian segala bentuk
prilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang
timbul dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya
dan dapat memberikan rasa aman.
F. Kebutuhan Manusia

Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan


yang paling dasar hingga yang paling puncak, yaitu :
1. Fisiologis
2. Rasa aman dan nyaman
3. Cinta dan kasih saying
4. Harga diri, dan
5. Aktulitas diri
G. Terapi Keagamaan

• Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta


tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau
mentalnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan
dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan
mereka secaralancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaniatau juga kebutuhan
social. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka
manusiaakan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada
bahwa mereka harus berusahalebih keras lagi untuk memenuhi
kekurangan dari kebutuhan mereka. Sehingga segalamacam
cara mereka lakukan guna terpenuhinya kebutuhan tersebut.
F. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing

Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai


berikut :
 Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan.
 Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan
danmengkomunikasikan masalahnya.
 Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
 Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.
 Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog
yangsensitive budaya.
 Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental. (Perry AG dan
Potter PA,2006)
G. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan

• Agama dan kepercayaan spiritual sangat


mempengaruhi pandangan klien tentang
kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri da
penderitaan serta kehidupan dan kematian.
Banyak budaya tidak memedakan antara agama
dan spiritual, tetapi sebagian lain membedakan
dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat harus
memahami perspektif emic kliennya.(Perry AG
dan Potter PA,2006)

Anda mungkin juga menyukai