Fani Okta Fitri Gelsi Anggra Monita Nurma Mutia Yusman Rini Andriani A. Hubungan antara Budaya dengan Makanan
• Budaya dan makanan hubungan sangat erat ,
Makanan berfungsi mempertahankan, meningkatkan dan mengembalikan kes yang optimal. Pemilihan bahan pengelolahan, penyajian dan pengomsumsiannya berkaitan dengan budayaindividu, keluarga, dan komunitas tempat. 1. Budaya pengaruhi individu dan keluarga dalam menentukan makanan yang dikonsumsi. 2. Makanan dikaitatkan dgn jenis kelamin, makanan maskulin atau feminim. 3. Makanan juga dikaitkan dengan usia. 4. Makanan berkaitan dengan kondisi kesehatan. 5. Makanan memperat hubungan kekerabatan. 6. Makanan dpt membangun dan mempertahankan hubungan antar manusia . B. Pantangan Makanan Karena Budaya Di Bogor masih ada percaya bayi dan balita laki-laki tidak boleh diberikan pisang ambon alat kelamin/skrotumnya bengkak. Balita perempuan tidak boleh makan pantat ayam ketika mereka sudah menikah bisa diduakan suami. Sementara di Indramayu, makanan gurih yang diberikan kepada bayi dianggap pertumbuhannya menjadi terhambat. Untuk balita perempuan, mereka dilarang untuk makan nanas dan timun. Makanan yg mempengaruhi alat reproduksi wanita/laki-laki dewasa sayur dan buah yg banyak mengandung air : nanas, pepaya, semangka, timun, dan labu siam. Menyebabkan keputihan mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri. Laki-laki dewasa dilarang makan terung membuat lemas dan mudah lelah. Balita perempuan dan laki-laki tdk boleh mengkonsumsi ketan anak menjadi cadel. Tekstur ketan yg lengket menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan aksara ‘r’ dengan benar. C. Kebiasaan Makan
Unsur budaya menciptakan kebiasaan makan
penduduk yang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Kebiasaan makan tingkah laku / kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan: sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan ( Khumaidi , 1989). Suhardjo (1989) : kebiasaan makan individu /kelompok memilih pangan, mengkonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis , psikologis , sosial dan budaya . Tiga faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan ketersediaan pangan, 1. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari kebiasaan makan konsumsi pangan (kuantitas dan kualitas), kesukaan makanan tertentu, kepercayaan, pantangan, atau sikap terhadap makanan tertentu (Wahyuni, 1988). 2. Khumaidi (1989) dari segi gizi, kebiasaan makan yang baik terpenuhi kecukupan gizi, buruk (menghambat kecukupan gizi) pantangan atau tabu yang berlawanan dengan konsep- konsep gizi. 3. Menurut Williams (1993), Masalah yang menyebabkan malnutrisi tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurang pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. D. Tradisi keagamaan dan keperayaan yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan
1. Manusia ( Paradigma kesehatan )
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. 2. Transkultural Nursing Transkultural Nursing merupakan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lainnya. 3. Agama Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 ( tiga ) unsur, yaitu : manusia, penghambaan dan Tuhan. E. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Keperawatan
Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya
perhatian khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia lari kepada agama karena rasa ketidak berdayaannya menghadapi bencana. Dengan demikian segala bentuk prilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman. F. Kebutuhan Manusia
Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan
yang paling dasar hingga yang paling puncak, yaitu : 1. Fisiologis 2. Rasa aman dan nyaman 3. Cinta dan kasih saying 4. Harga diri, dan 5. Aktulitas diri G. Terapi Keagamaan
• Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta
tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan mereka secaralancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaniatau juga kebutuhan social. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusiaakan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada bahwa mereka harus berusahalebih keras lagi untuk memenuhi kekurangan dari kebutuhan mereka. Sehingga segalamacam cara mereka lakukan guna terpenuhinya kebutuhan tersebut. F. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing
Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai
berikut : Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan. Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan danmengkomunikasikan masalahnya. Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa. Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa. Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya. Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental. (Perry AG dan Potter PA,2006) G. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan
• Agama dan kepercayaan spiritual sangat
mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri da penderitaan serta kehidupan dan kematian. Banyak budaya tidak memedakan antara agama dan spiritual, tetapi sebagian lain membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat harus memahami perspektif emic kliennya.(Perry AG dan Potter PA,2006)