Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIARE
TEORI

DIARE

ASUHAN
KEPERAWATAN
DEFINISI
ETIOLOGI
D TANDA dan GEJALA
I
PATOFISIOLOGI
A
MANIFESTASI KLINIS
R
E KLASIFIKASI
PEM. PENUNJANG
TULAR & CEGAH
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN
DEFINISI
ETIOLOGI
Diare adalah keadaan
frekuensi buang air besar
TANDA dan GEJALA lebih dari 4 kali pada bayi
PATOFISIOLOGI dan lebih dari 3 kali pada
MANIFESTASI KLINIS
anak, konsistensi feses encer,
dapat berwarna hijau atau
KLASIFIKASI dapat pula bercampur lendir
PEM. PENUNJANG dan darah/lendir saja
(Ngastiyah, 2005: 223).
TULAR & CEGAH
KOMPLIKASI
ENATALAKSANAAN
• Diare Akut atau Gastroenteritis adalah
inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus
dan patogen parasitik
lanjutan
• Gastroenteritis atau diare adalah
peningkatan volume, keenceran atau
frekuensi buang air besar dengan
kandungan air bisa mencapai lebih dari
90%. Berak encer biasanya 4 kali atau
lebih dalam sehari, kadang disertai
muntah, badan lemah lesu, panas, tidak
nafsu makan serta ada darah dan lendir
dalam kotoran
DEFINISI
ETIOLOGI Menurut Ngastiyah ,
TANDA dan GEJALA
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
KLASIFIKASI
PEM. PENUNJANG
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi
TULAR & CEGAH
KOMPLIKASI
ENATALAKSANAAN
Faktor makanan Faktor Psikologis
Faktor Penyebab
1. Faktor infeksi
• Penyebab diare dari faktor infeksi meliputi :
– Infeksi enteral; infeksi saluran
pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama pada anak. Meliputi hal
sebagai berikut :
Lanjutan
• Infeksi Virus: Entero virus (Virus ECHO,
Coxsakie, Poliomielitis), adenovirus, rotavirus,
astro virus.

• Infeksi Bacteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella,


Shigella, Compilobacter, Tersinia, Aeromonas
dan Yersinia enterocolitika.
Lanjutan
• Infeksi Parasit : Cacing ( ascaris, trichuris,
oxyuris, Strongiloides); protozoa ( Entamuba
histolitika, Giardia lambia, Trichomonas
hominis, Criptosporidium ).

• Jamur (Candida albican, Candidaenteritis).


Lanjutan
• Infeksi perentral ialah infeksi diluar alat
pencernaan makanan seperti : otitis media acut
(OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronchopneumoni, ensefalitis, campak, infeksi
tenggorokan, penyakit usus seperti colitis
ulserative, crohn disease, enterocolitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
Lanjutan
2. Faktor Malabsorbsi
– Malabsorbsi karbohidrat : disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);
Monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa).
– Malabsorbsi karena penyakit celiac, cystic
fibrosis pada pankreas
– Malabsorbsi lemak
– Malabsorbsi protein
Lanjutan
3. Faktormakanan : makanan basi , beracun,
alergi terhadap makanan
( susu, protein ). Atau alergi terhadap
obat tertentu dan iritasi langsung pada
saluran pencernaan oleh makanan.

4. Faktor Psikologis: rasa takut, mengalami


stres atau emosional dan mengalami
kecemasan.
DEFINISI
Gejala Klinis
ETIOLOGI
TANDA dan GEJALA  Defekasi cair 2 – 10 kali per
hari
PATOFISIOLOGI
 Demam lebih dari 38 derajat
MANIFESTASI KLINIS celsius
 Anoreksia
KLASIFIKASI  Iritabilitas
PEM. PENUNJANG  Membran mukosa kering
 Nadi cepat
TULAR & CEGAH  Kulit hangat dan haluaran urin
KOMPLIKASI normal

ENATALAKSANAAN
Pada kondisi lanjut gejala klinis :
• Diare hijau encer setiap beberapa menit
• Bising usus berlebihan
• Demam lebih dari 39 derajat celcius
• Takipnea
• Nadi cepat dan lemah
• Kulit dingin
• Malas dan letargi
• Fontanela depresi
• Mata cekung
• Turgor kulit buruk
• Haluaran urin berkurang
• Berat jenis urin pekat
DEFINISI
ETIOLOGI
TANDA dan GEJALA Terjadi gangguan
osmotik
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Terjadi gangguan
KLASIFIKASI
sekresi
PEM. PENUNJANG
TULAR & CEGAH
Terjadi gangguan
KOMPLIKASI motilitas usus
ENATALAKSANAAN
Patofisiologi
1. Terjadi gangguan osmotik

Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat


diabsorbsi akan menyebabakan tekanan osmotik
meningkat, sehinggga air dan elektrolit akan
terdorong ke dalam rongga usus . Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Lanjutan
2. Terjadi gangguan sekresi

Akibat adanya rangsangan tertentu (misal Toxin)


pada dinding usus yang akan menyebabkan
terjadinya peningkatan sekresi air dan elektrolit oleh
mukosa usus ke dalam rongga usus , selanjutnya
timbul diare.
Lanjutan
3. Terjadi gangguan motilitas usus atau diare yang
disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik usus
(biasanya karena penyakit usus inflamasi),
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan atau terjadi penurunan absorbsi
usus sehingga timbul diare. Sebaliknya dapat pula
terjadi penurunan peristaltik usus yang mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan dan selanjutnya timbul
diare
DEFINISI KLASIFIKASI Diare dengan dehidrasi ringan
MENURUT KEHILANGAN
CAIRAN
ETIOLOGI
TANDA dan GEJALA Diare dengan dehidrasi ringan
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Diare dengan dehidrasi ringan
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
PEM. PENUNJANG ( who )
DIARE AKUT
TULAR & CEGAH
KOMPLIKASI DIARE KRONIK DESENTRI

ENATALAKSANAAN
PERSISTEN
Klasifikasi
1. Dehidrasi ringan
– Keadaan umum: baik, sadar
– Berat badan: turun 3 - 5 %
– Mata: normal
– Air mata: ada
– Mulut dan lidah: basah
– Rasa haus: pasien minum biasa, tidak haus
– Turgor kulit: kembali cepat
Lanjutan
2. Dehidrasi sedang
– Keadaan umum: gelisah, rewel
– Berat badan: turun 6 – 9 %
– Mata: cekung
– Air mata: ada
– Mulut dan lidah: kering
– Rasa haus: pasien ingin minum banyak
– Turgor kulit: kembali lambat
Lanjutan
3. Dehidrasi
berat
- Keadaan umum: lesu, lunglai atau tidak sadar

– Berat badan: turun lebih dari 10 %


– Mata: sangat cekung
– Air mata: tidak ada
– Mulut dan lidah: sangat kering
– Rasa haus: pasien malas minum atau tidak
bisa minum
– Turgor kulit: kembali sangat lambat
Tubuh Kehilangan cairan
• PWL : Previus Water Losses (ml/kgBB) (Cairan yang
hilang karena muntah)
• NWL : Normal Water Losses (ml/KgBB) (karena urin ,
penguapan kulit, pernafasan )
• CWL : Concomitant Water Losses (ml/KgBB) (karena
diare dan muntah – muntah terus)
KLASIFIKASI
• .   Menurut WHO diare dapat diklasifikasikan
kepada:
– Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-
waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan
pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat
atau tanpa disertai lendir dan darah
– Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
– Diare persisten, adalah diare yang berlangsung
15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut
atau peralihan antara diare akut dan kronik.
– Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu.
Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang
kronik lazim disebabkan oleh penyebab non
infeksi seperti allergi dan lain-lain.
Makroskopis Mikroskopis
DEFINISI
ETIOLOGI
Pemeriksaan
TANDA dan GEJALA Tinja
PATOFISIOLOGI
Duodeual PH dan kadar
MANIFESTASI KLINIS Intubation gula
PEMERIKSAA
KLASIFIKASI N
Pemeriksaan PENUNJANG Pemeriksaan
PEM. PENUNJANG
darah lengkap asam basa
TULAR & CEGAH Pemeriksaan
KOMPLIKASI kadar urin &
kreatinin
ENATALAKSANAAN
Pemeriksaan penunjang
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Pemeriksaan Tinja
– Makroskopis

• Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
– Mikroskopis

• Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-
95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja
( normal : 14-31 mEq/l ).
– PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining
test bisa diduga terjadi intoleransi gula.
– PH normal kurang dari 6
– Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
– Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah, Dalam pemeriksaan gas darah nilai
jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis
respiratorik maka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai
O2, sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik
alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih rendah
dari O2.
– Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk
mengetahui fool ginjal
– Urium normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi
peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
– Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi
peningkatan menunjukan adanya penurunan
fungsi ginjal.
– Pemeriksaan darah lengkap
• Darah lengkap meliputi elektroda serum,
kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi.Nilai
normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl,
hematokrit 40-48 Hemoglobin dan hematokrit
biasanya mengalami penurunan diare akut.
– Duodeual Intubation
• Gunanya untuk mengetahui kuman secara
kuantitatif terutama pada diare
kronik.Penyebab yang ditemukan tidak ada
yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E.
Colienteroagregatif.
• Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa
+++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman
bakteri yang menjadi penyebab diare.
DEFINISI
PENULARAN
 Menggunakan sumber air yang
ETIOLOGI tercemar
 BAB sembarang tempat
TANDA dan GEJALA  Pencemaran makanan oleh
serangga atau oleh tangan kotor
PATOFISIOLOGI  Fecal oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar
MANIFESTASI KLINIS  Melalui makanan yang
terkontaminasi oleh penyaji
KLASIFIKASI makanan yang mengidap viral
PEM. PENUNJANG gastroenteritis
 Mengkonsumsi ikan mentah/tidak
TULAR & CEGAH dimasak yang diambil dari air
yang terkontaminasi.
KOMPLIKASI  Kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi virus
ENATALAKSANAAN
DEFINISI
PENCEGAHAN
 Mencuci tangan
ETIOLOGI sebelum makan untuk
TANDA dan GEJALA mengurangi infeksi
 Mendesinfeksi
PATOFISIOLOGI
permukaan peralatan
MANIFESTASI KLINIS rumah tangga.
KLASIFIKASI  Mencuci pakaian kotor
dengan segera sampai
PEM. PENUNJANG
bersih
TULAR & CEGAH  Hindari makanan dan
KOMPLIKASI air yang
terkontaminasi.
ENATALAKSANAAN
DEFINISI KOMPLIKASI
ETIOLOGI  Hipernatremia
TANDA dan GEJALA  Hiponatremia
 Demam
PATOFISIOLOGI  Asidosis Metabolic
MANIFESTASI KLINIS  Hipokalemia
 Ileus paratukus
KLASIFIKASI  Intoleransi laktosa
 Kejang
PEM. PENUNJANG
 Malnutrisi energi
TULAR & CEGAH protein
 Cardiac
KOMPLIKASI
dysrhythmias
ENATALAKSANAAN  Muntah
• Hipernatremia
Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan
intake cairan atau makanan kurang / cairan yang
diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi
juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi
oralit dalam jumlah berlebihan.
• Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan
/ tidak mengandung Na. Penderita gizi buruk
mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia
• Demam
Pada demam umumnya akan timbul jika penyebab
diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam
juga dapat juga terjadi karena dehidrasi. Demam
yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak
tinggidan akan turun setelah mengalami hidrasi yang
cukup.
• Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa
cairan ekstra seluler. Sebagai kompensasi terjadi
asidosis respirasi , yang ditandai dengan pernafasan
cepat dan dalam.
• Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K selama dehidrasi yang tidak cukup,
maka akan terjadi kekurangan K yang ditandai
dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan
ginjal, dan aritmia jantung
• Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa
usus dan defisiensi enzim lactase
• Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak
kecil sebagai akibat penggunaan obat anti motilitas.
• Intoleransi laktosa
pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak
bertambah, tanda dan gejala dehidarasi memburuk
dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup
banyak.
• Kejang, terjadi karena :
– Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
– Kejang demam
– Hipernatremia dan hiponatremia
– Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan
diare seperti meningitis, ensefalitis/epilepsi.
• Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare,
jika lama atau kronik)
• Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan
hipokalemi.
• Mutah
Penatalaksanaan Medis
DEFINISI
Dasar pengobatan diare adalah:
ETIOLOGI
1. Pemberian cairan
TANDA dan GEJALA
a. Belum ada dehidrasi
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
b. Dehidrasi ringan
KLASIFIKASI
c. Dehidrasi sedang
PEM. PENUNJANG
d. Dehidrasi berat
TULAR & CEGAH
KOMPLIKASI
ENATALAKSANAAN
REHIDRASI
– Pemberian cairan
– Belum ada dehidrasi
• Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau
1 gelas tiap defekasi
– Dehidrasi ringan
– 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral
(intragastrik)
– selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
– Dehidrasi sedang
• 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik
(sonde)
• selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
– Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

1 jam pertama
• 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml =
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut:
• 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

16 jam berikut:
• 125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1
ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
•  
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-
15 kg.
1 jam pertama:
• 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya:
• 10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya:
• 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak
tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa
intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
• 1 jam pertama
• 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
• 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
• 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau
minum dapat diberikan DG aa intravena 1
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½
tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
• Kebutuhan cairan:
• 125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
• Jenis cairan:
• Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan:
• 4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit
(1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan
kurang dari 2 kg .
Kebutuhan cairan:
• 25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
• Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
– CARA PEMBUATAN ORALIT
• Bahan dan Peralatan
– Satu gelas belimbing air matang hangat 200
cc
– Satu sendok makan gula pasir
– Satu jimpit atau sepucuk sendok teh garam
dapur
Cara membuat
• Masukan gula dan garam ke dalam gelasd yang
telah berisi air matang hangat, aduk hingga
rata kemudian minumkan kkepada penderita
DEFINISI
ETIOLOGI
2. Pengobatan dietetik
TANDA dan GEJALA Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7
PATOFISIOLOGI kg, jenis makanannya:
• Susu (ASI dan atau formula yang mengandung
MANIFESTASI KLINIS
laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh).
KLASIFIKASI • Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi
PEM. PENUNJANG tim).
• Susu khusus sesuai dengan kelainannya
TULAR & CEGAH
misalnya tidak mengandung laktosa/asam
KOMPLIKASI lemak berantai sedang atau jenuh.
ENATALAKSANAAN
DEFINISI
ETIOLOGI
TANDA dan GEJALA
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Pengobatan
3. Obat-obatan
KLASIFIKASI
• Obat anti – sekresi
PEM. PENUNJANG • Obat spasmolitik
TULAR & CEGAH • Antibiotik, diberikan jika jelas
KOMPLIKASI penyebabnya misal oleh
ENATALAKSANAAN bakteri
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

• DATA SUBYEKTIF
• DATA OBYEKTIF
Pengkajian
1. Pada pasien diare ditemukan frekuensi buang air besar
(BAB) lebih dari 3 kali dalam sehari.
2. Volume feses kurang lebih jumlahnya 250 mg dalam
sehari.
3. Bau feses didapatkan bau amis/busuk.
4. Pada pasien diare dapat ditemukan panas, muntah, dan
kejang.
5. Berat badan sebelum, selama, dan sesudah sakit. Berat
badan selama menderita diare cenderung menurun.
Untuk mengetahui berat badan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antropometri (tinggi badan, berat badan,
lingkar kepala).
lanjutaUntuk pengkajian keadaan umum didapatkan
hasil :

• 1). Kesadaran/keadaan umum menurun.


• 2). Rasa haus meningkat.
– Pada pengkajian sirkulasi pasien diare, didapatkan hasil :

• 1). Nadi cepat.


• 2). Turgor kulit buruk.
• 3). Mukosa kering.
• 4). Bibir pecah-pecah.
• Pada pemeriksaan respirasi ditemukan adanya
peningkatan respiratory rate.

– Pada pengkajian pasien diare ditemukan adanya


tanda-tanda dehidrasi, diantaranya adalah :
• 1). Ubun-ubun cekung
• 2). Mata lebih cekung.
• 3). Turgor dan tonus kurang baik.
• 4). Diuresis lebih sedikit.
• 5). Selaput lendir lebih kering.
PEMERIKSAAN FISIK

* Pada pemeriksaan fisik pasien diare akut dehidrasi


sedang didapatkan hasil :
• 1). Pada inspeksi didapatkan hasil : ubun-ubun agak
cekung, mata agak cekung, mukosa bibir agak kering,
turgor kulit menurun, pasien gelisah, pernapasan
meningkat, adanya lendir atau darah pada feses.
• 2). Pada palpasi ditemukan adanya massa pada abdomen,
nadi meningkat dan kecil.
• 3). Pada perkusi ditemukan perut kembung.
• 4). Pada auskultasi ditemukan adanya peningkatan bising
usus, tekanan darah menurun.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan dan elektrolit pada tubuh.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorbsi.
c) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering de
fekasi.
e) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi
III. INTERVENSI
a) Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit pada tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
NOC : Fluid balance
KH :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik.
Membran mukosa lembap, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
NIC : Fluid manajement
• Timbang pokok/pembalut jika diperlukan
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
• Monitor status hidrasi (kelemahan membran mukosa, nadi adekuat)
• Monitor vital sign
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorbsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
NOC : Nutritional status food and fluid intake
KH :
• Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal)
• BB ideal sesuai dengan tinggi badan
• Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (pasien mengerti jadwal
makanan dan jenis makanan)
NIC : Nutrition management
Intervensi : - Kolaborasi dengan gahli gizi untuk menentukan nurisi
yang dibutuhkan pasien.
- Berikan makanan yang terpilih udah dikonsultasikan dengan
ahli gizi.
NIC : Nutrition monitoring
Intervensi : - BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan BB pasien.
3.Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri
berkurang
NOC : Control nyeri
KH :
• Mengenal faktor penyebab (makanan dan frekuensi BAB)
• Menggunakan metode pencegahan non analget (ditraksi, relaksasi)
• Mengenali gejala-gejala nyeri (mules, cengeng, gelisah, eksprewi wajah
merintih, memegangi perut)
NIC : Pain management
Intervensi :
• Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik dan
durasi frekuensi, kualitas/ beratnya nyeri.
• Observasi, isyarat-isyarat non verbal dari ketidak-nyamanan, khususnya
dalam ketidakmampuan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk
komunikasi secara efektif.
• Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri.
• Evaluasi tentang keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan integritas kulit kembali normal.
NOC : Tissue integrty: skind and mucous membranes.
KH :
Integritas kulit yang baik, bisa dipertahankan/kulit elastis, tidak.
Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak kering).
NIC : Pressure management
Intervensi :
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang normal
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
• Monitor kulit akan adanya kemerahan
• Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
• Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
5.Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindak akun keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5o C)
NOC : Thermoregulation
KH :
Suhu tumbuh dalam rentang normal (36,5o C)
Nadi dan RR dalam rentan normal (nadi: 80-100 x/mnt, R: 15 – 20
x/mnt).
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
NIC : Fever treatment
Intervensi :
• Monitor suhu sesering mungkin
• Monitor IWL
• Beri cairan intravena (infus RL 20 tetes/mm)
• Beri anti piretik
• Beri kompres pada lipat paha dan aksila

Anda mungkin juga menyukai