Anda di halaman 1dari 11

Assalamualaikum

Perkembangan
Ekonomi Syariah dan
Berbagai Perundang -
undangannya di
Indonesia
———— Kelompok 1 ———

Oleh :
Abdul Hadi
Ai Hilma Mawarni
Ilham Nurul Fauzi
Muhammad Zamzam
Sipa Siti fatimah
Perkembangan ekonomi syariah adalah
Pengertian
tinjauan perubahan ekonomi secara
Perkembangan Ekonomi keseluruhan berbasis syariah baik di
Syariah bidang perbankan maupun sosial.
Indonesia merupakan salah satu negara Islam terbesar di dunia.
Dengan kata lain umat muslim di Indonesia sangat membutuhkan
segala sesuatu yang halal. Termasuk hukum syariah dalam
ekonomi Islam. Dalam perkem-bangannya menuju kemajuan
ekonomi syariah, Indonesia memiliki beberapa tantangan yang
harus dihadapi diantaranya, kurangnya sum-berdaya insani,
terbatasnya regulasi, kurangnya infrastruktur baik dalam bentuk
Perkembangan fisik maupun non fisik, serta kurangnya sosialisasi untuk
membumikan ekonomi islam di Indonesia.
Ekonomi Syariah
Namun semua tantangan tersebut dapat di atasi dengan segala
potensi yang di miliki oleh bangsa Indonesia seperti jumlah
penduduk yang mayoritas muslim, kepedulian pemerintah serta
Struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia yang
sifatnya independen.
Hal tersebut di buktikan dengan keber-hasilan perkembangan ekonomi islam yang terus
meningkat dari sejak awal pemben-tukannya, diantaranya: di sektor perbankan, hingga
januari 2015 sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS) dengan jumlah kantor bank syariah
umum sebanyak 2.145 kantor. Dengan aset bank umum syariah dan unit usaha syariah
tercatat senilai Rp273,48 triliun per juli 2015. Sedangkan di sektor pasar modal, bahwa
sampai dengan Mei 2015, jumlah produk reksadana syariahAdd meningkat
your title dari hanya 3
produk di tahun 2003 menjadi 80 produk. Kemudian untuk sektor saham, OJK mencatat
saat ini 336 saham syariah diperdagangkan dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 3.011
triliun. Dan untuk sektor asuransi, Asosiasi.
Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mencatat, pendapatan premi industri asuransi syariah
hingga Juni 2015 sebesar Rp 5,13 triliun atau naik 15,59% dibandingkan periode sama
tahun sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk
menjadi kiblat Ekonomi Syariah Dunia.
Faktor-faktor perkembangan ekonomi syariah
Dalam perkembangan ekonomi syariah terdapat
beberapa hal yang memicu perkembangan pada
ekonomi syariah, antara lain sebagai berikut :
Faktor-faktor 1. No riba
2. Kesadaran masyarakat terhadap rasionalnya
rkembangan Ekonomi
keuangan syariah
Syariah 3. Sesuai dengan hukum syara
4. Tidak ada bunga
5. Terbuka lebarnya perekonomian syariah yang
telah menyebar luas
Peran perbankan syariah yang memiliki tujuan
pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai
terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berlandaskan nilai keadilan,
Eksistensi kebersamaan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip
syariah. Kondisi Perbankan di Indonesia mengalami tren
Perkembangan untuk pergeseran preferensi investasi dari konvensional ke
Ekonomi Syariah saham Syariah sejak krisis keuangan. Mulai dari krisis
keuangan Asia tahun 1997-1998 dan krisis keuangan global
2006-2009. Kehadiran Perbankan syariah menjadi pelengkap
sistem perbankan konvensional yang telah ada sebelumnya.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia sampai pada Tahun 2015 telah
mengalami tren penurunan dikarenakan komitmen pemerintah masih dilihat
kurang, minimnya sosialisasi tentang perbankan syariah serta tingkat literasi
dan inklusi masih kurang. Untuk menghadapi hal tersebut perlu kiranya
dilakukan upaya yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Islam dan
Perbankan Syariah pada khususnya melalui regulasi yang tidak membatasi
peran serta masyarakat, masifikasi gerakan pengenalan Perbankan Syariah dan
membangun kepercayaan terhadap masyarakat dengan mengedepankan
ketaatan terhadap Syariah. Sampai dengan Tahun 2015 terdapat 12 (dua
belas) Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 161 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Secara keseluruhan jaringan kantor Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berjumlah 2.881 Kantor
perundang-undangan yang terkait di bidang ekonomi syariah
seperti Undang-Undang.N0.7 Tahun. 1992 tentang Perumahan
dan Pemukiman,Undang-Undang N0.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan dan Undang- Undang N0.10 Tahun 1998 tentang
Berbagai Perubahan atas Undang-Undang N0.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, Undang-Undang N0.21 Tahun 2008 tentang
Perundang - Perbankan Syari’ah, Undang-Undang N0.25 Tahun. 1992 tentang
undangannya Koperasi, Undang-Undang N0.19 Tahun 2003 tentang BUMN, dan
di Indonesia Undang-Undang N0.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah,sejak diamandemennnya Pasal 33 UUD
1945,terjadi pergeseran makna yang terkandung dalam Pasal 33
sebelumnya.
Dalam ayat (4) Pasal 33 UUD 1945 (pasca amandemen keempat),kata demokrasi
ekonomi memang muncul kembali, tetapi kedudukan dan pengertiannya berubah,
karena diletakkannya kata demokrasi ekonomi sebagai salah satu ayat saja dalam
Pasal 33 UUD 1945.Pasal 33 UUD 1945 merupakan cerminan kedaulatan rakyat di
bidang ekonomi. Menurut Jimly Asshiddiqie,25 Pasal 33 ayat (4) sangat jelas
mengembangkan pengertian demokrasi yang tidak hanya mengandung pengertian
politik, tetapi juga ekonomi. Artinya,rakyat Indonsia di samping berdaulat di
bidang politik juga harus berdaulat di bidang ekonomi. Itulah makna hakiki dari
konsep demokrasi ekonomi, yaitu kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Hal ini
sejalan juga dengan pandangan Ginanjar Kartasasmita,26 bahwa politik Indonesia
dengan menganut paham demokrasi harus disertai pula dengan demokrasi
ekonomi. Dengan demokrasi ekonomi ingin dijamin bahwa negara ingin
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Wassalamu'alaiku
m

Anda mungkin juga menyukai