Anda di halaman 1dari 19

Mengelola Pelayanan Kebidanan pada

BBL Normal dan Deteksi Dini Komplikasi


dengan Pendekatan Riset Terkini
Kelompok 7
⦁ Kirana Aulia P P1337424721002
⦁ Elisda Fitriani P1337424721009
⦁ Siska Cahya W P1337424721012
⦁ Siti Zulhijjah P1337424721019
⦁ Hanna Nurul K P1337424721022
⦁ Katrin Dwi Purnanti P1337424721028
⦁ Claudia Nurapriliasari P1337424721029
⦁ Dwi Oktadiarini P1337424721034
⦁ Risa Yuliatri P1337424721038
⦁ Sitti Hadijah P1337424721042
⦁ Diah Widyatun P1337424721047
⦁ Angelina Dorcy Ndiked P1337424721053
⦁ Mara’atu Mutiah P1337424721057
Latar Belakang
Deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan sebagai upaya penjaringan
yang dilaksanakan secara komprehensif untuk mengetahui adanya
penyimpangan tumbuh kembang anak serta untuk mengoreksi adanya
faktor risiko sehingga tenaga kesehatan mempunyai waktu dalam
membuat rencana tindakan/yang tepat terutama ketika harus melibatkan
ibu intervensi/keluarga.

Deteksi dini dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah terampil dan mampu melakukan seperti tenaga professional
(dokter, perawat, bidan, psikolog), kader, bahkan orang tua atau anggota keluarganya dapat diajarkan cara melakukan
deteksi tumbuh kembang. Upaya deteksi ini dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan, posyandu, sekolah, atau
lingkungan rumah tangga.
• Bagaimanakah pelayanan kebidanan pada bayi
Tujuan baru lahir normal?

Penulisan • Apa sajakah contoh deteksi dini komplikasi


dikaitkan dengan pendekatan riset terkini?

• Menjelaskan mengenai pelayanan kebidanan


Manfaat pada bayi baru lahir normal

Penulisan • Memberikan contoh deteksi dini komplikasi


dengan pendekatan riset terkini
Bayi baru lahir atau neonatus adalah individu yang baru
saja mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ektrauterin.
Masa neonatus adalah 4 minggu pertama kehidupan seorang anak. Ini
adalah waktu ketika terjadi perubahan yang sangat cepat. Banyak peristiwa
kritis dapat terjadi pada periode ini: pola makan ditetapkan, ikatan antara
orang tua dan bayi dimulai, risiko infeksi yang mungkin menjadi lebih
serius lebih tinggi dan banyak cacat lahir atau kongenital yang pertama kali
dicatat pada masa ini.
Berdasarkan PMK No 53 Tahun 2014, pelayanan
kesehatan neonatal esensial bertujuan untuk
mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi,
terutama dalam 24 jam pertama kehidupan.
Dilakukan paling sedikit 3 kali kunjungan:
 1 kali pada umur 6-48 jam
 1 kali pada umur 3-7 hari
 1 kali pada umur 8-28 hari
Menjaga bayi tetap hangat, IMD, pemberian tanda
identitas
Pemotongan dan perawatan tali pusat
Pelayana Pemberian suntik vit K, salep mata, imunisasi
n HB0

neonatal Pemeriksaan fisik BBL

esensial Pemantauan tanda bahaya

0 - 6 jam Penanganan asfiksia


Rujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi
stabil
Jaga
Rujuk
hangat

Perawata
n tali

Pelayanan
pusat

neonatal
esensial Pemeriks
aan BBL
6 jam – 28
hari Pemeriks
aan
Penanganan BBL status Vit
sakit K dan
Imunisas
i
Tujuan melakukan pemeriksaan fisik pada BBL adalah:
1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam
uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu
tindakan segera.
3. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu
(rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.
Dinamic Light


scattering (DLS)
untuk Pemantauan
Detak Jantung
Neonatus

Deteksi Dini Komplikasi


dengan Pendekatan Riset Metode Penilaian Keparahan
Asfiksia Perinatal dan Alat
Prognostik Dini pada
Terkini Neonatus dengan
Ensefalopati Hypoxi-Ischemic
yang Diobati dengan Terapi
Computer Vision untuk Hipotermia
deteksi penyakit kuning
pada neonatus
menggunakan Graphic
User Interface 10
Dinamic Light scattering (DLS)
untuk Pemantauan Detak Jantung Neonatus
Adalah inovasi miniature sensor dalam pemantauan parameter
hemodinamik non-invasif yang bekerja mendeteksi gerakan hemoglobin
dalam tubuh dengan dioda laser yang memancarkan sinar cahaya sempit
seperti HR dan aliran darah.

Cahaya menghamburkan hemoglobin yang bergerak, menciptakan pola


bintik yang berubah-ubah waktu. Pola bintik dianalisis secara real time
dan memberikan informasi tentang, misalnya, kecepatan dan ukuran
partikel hemoglobin, dan menerjemahkannya ke bentuk gelombang
aliran pulsatil

Alat yang biasa digunakan dalam melakukan pengukuran HR yaitu


Elektrokardiografi (EKG) dan oximetry nadi banyak digunakan untuk pemantauan
HR noninvasif di unit perawatan intensif neonatal (NICU).
Keterbatasan dari teknologi DLS ini membutuhkan
kekuatan sinyal yang sangat baik.
Jika sinyal DLS buruk akan mengakibatkan
pencatatan frekuensi yang salah, amplitudo,
dan fluktuasi yang disebabkan oleh pernapasan
(pengembaraan dasar), serta salah mendeteksi
bentuk gelombang pernapasan sebagai detak
jantung.
DLS juga masih sulit mendeteksi pergerakan
ekstremitas yang tiba-tiba yang berlangsung
singkat sehingga mengakibatkan hilangnya
deteksi HR.
Computer Vision untuk Deteksi Penyakit Kuning pada
Neonatus Menggunakan Graphic User Interface

apakah bayi memerlukan


terapi UV atau tidak
berdasarkan analisis
warna kulit

Rentang yang dipilih untuk kulit ikterus dan non-ikterus digunakan oleh lingkungan
MATLAB 2020a (MathWorks, NSW, Australia) dan menentukan status kulit dan mengirimkan
output digital (1 atau 0) ke sirkuit mikrokontroler yang mengontrol sirkuit LED biru. Panel
GUI MATLAB yang diusulkan dijalankan di bawah sistem operasi Microsoft Windows 10
dengan CPU Intel® Core™ i7-6700HQ 2,6 GHz, RAM 16 GB.
Ini memungkinkan pengguna (dokter atau
perawat) untuk memuat sampel gambar bayi,
memilih ROI secara manual dan menjalankan
algoritme untuk menentukan keadaan kulit dan
apakah memerlukan terapi UV atau tidak.
GUI yang diusulkan menyediakan alat yang
mudah untuk melihat histogram RGB dan nilai
kecerahannya, status kulit (kulit kuning atau
tidak kuning) dan kontrol LED biru.
Panel utama GUI dari sistem deteksi ikterus
yang diusulkan untuk bayi normal tanpa ikterus
di unit perawatan intensif.
bayi normal tidak memerlukan terapi UV karena kulitnya
normal tanpa kekuningan (dalam kisaran normal biru
yang dipilih >105), dan LED UV dalam kasus ini OFF.
Pada gambar diatas, panel GUI eksperimental dapat
menentukan kebutuhan terapi UV karena kulit bayi
mengalami ikterus (dalam kisaran biru yang dipilih <104),
dan LED UV menyala.
Metode Penilaian Keparahan Asfiksia Perinatal dan Alat Prognostik Dini pada
Neonatus dengan Ensefalopati Hypoxi-Ischemic yang Diobati dengan Terapi
Hipotermia
metode pengobatan untuk melindungi otak dari efek iskemia/hipoksia pada
neonatus pasca aspeksia yang dianjurkan untuk BBL dengan cukup bulan atau
Terapi hipotermia dekat dengan kriteria kualifikasi dan kontraindikasi terhadap terapi hipotermia
di sesuaikan pada kemajuan pengetahuan serta dimasukan kedalam
rekomendasi standar untuk perawatan bayi baru lahir.

Metode
Hipotermia
Kepala Selektif Metode Hipotermia
Seluruh Tubuh
Beberapa tes labolatorium digunakan untuk
melihat keseimbangan asam basa karena ada
asidosis metabolic yang dimana menjadi
kriteria prakualifikasi dalam terapi hipotermia.

Dengan tes labolatrium juga dapat melihat


consensus tingkatan keparahan academia laktat
untuk menjadi bayangan tingkat hipoksia janin
iskemia. Dengan pengukuran system laktat
tunggal tidak dapat memberi informasi yang
pasti durasi asfiksia. Bebrapa publikasi atas
dasar asumsi tes labolatorium dapat meilihat
keparahan HIE serta memprediksi prognosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sembiring, J. B. Buku ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah - Julina Br Sembiring - Google Books. 500 https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=ZAyfDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=neonatus&ots=4sYa9LpTjo&sig=Q22DGOTfggGRsyrGo4kekDtJPac&redir_esc=y#v=onepage&q=n
eonatus&f=false (2019).
2. KesehNeonate: MedlinePlus Medical Encyclopedia. https://medlineplus.gov/ency/article/002271.htm.
3. WHO. Newborn health. https://www.who.int/westernpacific/health-topics/newborn-health.
4. Sholih, M. PMK No. 53 ttg Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
5. siti patimah, D. PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III. (kementerian kesehatan republik indonesia, 2016).
6. atan, D., Direktorat, K., Kesehatan, J. & Kementerian Kesehatan, M. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI KEGIATAN.
(2020).
7. Djajakusli, S. et al. Profil Kematian Neonatus di RSUD dr. Soetomo. Sari Pediatr. 18, 474–80 (2017).
8. Anggraini, A., Sumadiono, S. & Wandita, S. Faktor Risiko Kematian Neonatus dengan Penyakit Membran Hialin. Sari Pediatr. 15, 75 (2016).
9. Awhonn, E. H. S. Core Curriculum for Neonatal Intensive Care Nursing E-Book. 800 https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=aD_YDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=neonatus+care&ots=Y-
SoBania3&sig=q56jvSLnODuu6Qk0AbLYrq9YwSM&redir_esc=y#v=onepage&q=neonatus care&f=false (2020).
10. Agustin L. (2019). Gambaran Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Di Kediri. Jurnal Kebidanan, 7(2), 126–130.
https://doi.org/https://doi.org/10.35890/jkdh.v7i2.105
11. Walas, W. et al. (2020) ‘Methods for assessing the severity of perinatal asphyxia and early prognostic tools in neonates with hypoxic-ischemic
encephalopathy treated with therapeutic hypothermia’, Advances in Clinical and Experimental Medicine, 29(8), pp. 1011–1016. doi: 10.17219/acem/124437.
12. Hashim W, Al-Naji A, Al-Rayahi IA, Oudah M. Computer Vision for Jaundice Detection in Neonates Using Graphic User Interface. IOP Conf Ser Mater Sci
Eng. 2021;1105(1):012076. doi:10.1088/1757-899x/1105/1/012076
13. Gangaram-Panday NH, Van Essen T, Goos TG, De Jonge RCJ, Reiss IKM, Van Weteringen W. Dynamic Light Scattering: A New Noninvasive Technology for
Neonatal Heart Rate Monitoring. Neonatology. 2020;117(3):279-286. doi:10.1159/000506771
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai