Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

KSM Ilmu Kesehatan Anak

TONSILITIS KRONIS
Nama : Dedian Fajar Rachman
NIM :

Pembimbing : dr.
TONSILI Merupakan peradangan pada Cincin Waldeyer : tonsil faringeal (adenoid), tonsil
TIS palatina tonsil lingual, tonsil tuba Eustachius

Disebabkan oleh infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil.
Bakteri penyebab tonsilitis : Streptococcus β hemolyticus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes.
Tonsilitis

Tonsilitis
Tonsilitis

Tonsilitis
Tonsilitis

Di Indonesia, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8%


Total penyakit pada telinga hidung dan tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk
dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis.
IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. D
• Jenis kelamin : Perempuan
• Umur : 13 Tahun
• Alamat : Dusun Gendogo, Balesari, Ngajum, Malang
• Pekerjaan : Pelajar
• Status maternal: Belum Menikah
• Agama : Islam
• No RM : 482208

• Nama Orang Tua : Ny Sri Utami


• Pekerjaan : Swasta
ANAMNESIS
3 Desember 2019

• Keluhan Utama
Panas dan Nyeri Telan

• Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien An. D usia 13 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 30 November
2019 dengan demam naik turun sejak 4 hari yang lalu disertai nyeri telan sejak 3 hari
yang lalu. Nyeri telan dirasakan ketika makan. Keluhan tersebut dirasakan hilang timbul
dan disertai dengan hidung berair. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah.
ANAMNESIS
3 Desember 2019

• Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-)
Diabetes Mellitus (-)
Asma (-)
Tuberkulosis (-)
Trauma (-)
MRS (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga (-)
• Riwayat Alergi (-)
• Riwayat Pengobatan (-)
• Riwayat Gizi : Pasien makan dan minum seimbang, sering jajan setelah pulang sekolah.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Kompos mentis


GCS :E4 V5 M6
Tanda Vital : TD 110/70 mmHg Nadi 122x/menit RR 20 x/menit Suhu 38 oC
reguler

Antropometri : BB - Kg TB - Cm BMI -
Kepala : Bentuk lonjong Warna rambut : hitam, Rambut mudah Deformitas (-)
mudah dicabut (-) dicabut (-)
Mata : konjungtiva anemis (-) Sklera ikterik (-/-) Reflek pupil (+/+) Edema Palpebrae (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK (Orofaring)

Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)


Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda
Geligi Warna kuning gading, caries (-), gangren(-)
Ginggiva Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-), dalam batas normal
Uvula Bentuk normal, letak di tengah, hiperemi (-), edema (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-)
PEMERIKSAAN FISIK (Orofaring)

Tonsila palatine Kanan Kiri


Ukuran T1 T2
Warna Hiperemis(+) Hiperemis(+)
Permukaan Tidak Rata Tidak Rata
Kripte Melebar (+) Melebar (+)
Detritus (-) (+)
Peri Tonsil Abses (-) Abses (-)
Fossa Tonsillaris dan Arkus hiperemi (-) hiperemi (-)
Faringeus
PEMERIKSAAN FISIK (Leher)

Kelenjar submandibular Tidak teraba membesar


Kelenjar Cervikalis (superior, media, inferior) Tidak teraba membesar

Kelenjar cervikalis posterior Tidak teraba membesar


Kelenjar supraclavicular Tidak teraba membesar
Kelenjar Tiroid Tidak teraba membesar
Tumor (-)
Abses submandibular (-)
Abses cervical (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax  Jantung : Inspeksi (iktus kordis tampak pada sela iga V linea midclavicularis sinistra)

: Palpasi (iktus kordis teraba pada sela iga V linea midclavicularis sinistra)

: Perkusi (dalam batas normal)

: Auskultasi (S1/S2 reguler, gallop (-), murmur (-), lain-lain (-)

Thorax  Paru-paru : Inspeksi (bentuk dada (normal), retraksi (-))

: Palpasi (Ekspansi paru (normal), fremitus (normal))

: Perkusi (Sonor (+), Redup (-), Hipersonor (-))


: Auskultasi (Vesikuler +++/+++, Wheezing -/-, Ronchi -/-, lain-lain -)
Abdomen : Inspeksi (bentuk abdomen (normal), striae (-), pelebaran vena (-), caput medusa (-), venegtasi (-))
: Palpasi (distensi (-), Nyeri Hepar tidak teraba Lien tidak teraba Renal tidak teraba
tekan (-)
: Pekusi (asites (-))
: Auskultasi (bising usus (normal), meteorismus (-))
Ekstremitas : Akral (HKM) Edema (-)
DIAGNOSA

DIAGNOSA BANDING
• Tonsilitis difteri
• Limfoma tonsil
• Infeksi HIV stadium 2
 
DIAGNOSA KERJA
• Tonsillitis folikularis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi Lengkap pg/ml
Hemoglobin 12,7 gr/dl 11,4 ⁓15.1
Eritrosit 4,63 juta/uL 4,0 – 5,0
Leukosit 9920 Sel/cmm 4700-11200
Trombosit 250.000 Sel/cmm 142000 ⁓424000
Hematokrit 36,3 % 38 ⁓42
Index Eritrosit pg/ml
MCV 78,4 fL 80 ⁓93
MCH 27,4 Pg 27 ⁓31
MCHC 35,0 % 32 ⁓36
Hitung Jenis Leukosit pg/dl
Basofil 0,4 % 0 ~ 1
Neutrofil 73,0 % 51 – 67
Limfosit 16,0 % 25 – 33
Eosinofil 0,0 % 0 ~ 4
Monosit 10,6 % 2 ⁓5
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 89 mg/dl <200
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Mikrobiologi Swab Tenggorok


Kultur dan Sensitifitas Pus
Bahan Pemeriksaan : Swab Tenggorok
Hasil Sediaan Direk : Kokus Gram Positif
Hasil biakan : Staphylococcus epidermidis
Mikrobiologi
Pewarnaan Gram : Ditemukan kuman batang gram negatif dan coccus
gram negatif
PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS

Medikamentosa Prognosis
• Infus D5NS 20 tpm • Quo ad vitam : ad bonam
• Inj PPC 2 juta IU I.M • Quo ad functionam : ad bonam
• Inj Antrain 400 mg • Quo ad sanactionam : ad bonam
• Inj Gentamycin 1 x 200 mg
• Oral Betadine Kumur

• Non-medikamentosa
• Edukasi :
• Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan olahraga teratur
• Selalu menjaga kebersihan mulut
• Menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : ad bonam


• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanactionam : ad bonam
RESUME

• Pasien An. D usia 13 tahun datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 30 November 2019 dengan demam naik
turun sejak 4 hari yang lalu disertai nyeri telan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri telan dirasakan ketika makan. Keluhan
tersebut dirasakan hilang timbul dan disertai dengan hidung berair. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual dan
muntah. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal, riwayat pengobatan sebelumnya dan riwayat alergi
juga disangkal.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil vital sign: Tensi: 110/70 mmHg, Nadi: 122 x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 38,0
°C. Berat badan pasien 40 kg dan keadaan umum tampak sakit sedang. Pemeriksaan tonsil didapatkan ukuran
tonsil T1/T2 dan terdapat detritus yang jelas pada tonsila kanan.
• Pada pemeriksaan penunjangn darah lengkap didapatkan Hb 12,7 g/dl (N: 11,4-15,1), dan peningkatan neutrofil
73,0 (N: 51-67) dan monosit 10,6 (N: 2-5).
• Pada pemeriksaan mikrobiologi swab tenggorok didapatkan hasil sediaan direk kokus gram positif dan hasil biakan
staphylococcus epidermidis. Dari data yang sudah ada diagnosa kerja dari pasien adalah tonsilitis folikularis.
• Terapi yang diberikan pada pasien adalah Infus D5NS 20 tpm, Inj PPC 2 juta IU I.M, Inj Antrain 400 mg, Inj
Gentamycin 1 x 200 mg, dan Oral Betadine Kumur. Edukasi yang diberikan adalah menjaga daya tahan tubuh
dengan mengonsumsi makanan bergizi dan olahraga teratur, selalu menjaga kebersihan mulut, dan menghindari
makanan dan minuman yang mengiritasi.
Subjektif Objektif Assesment Planning
       
(30/11/19) Muntah (-) Mual (-) Tonsilitis follicularis Pro DL HJ
Demam sejak 4 hari yll GCS 456 Pewarnaan gram
Nyeri telan BB 20 kg Kultur swab tenggorok 
TD: 110/70 N: 122x/m T: 38,7oC RR :20x/m Infus D5NS 20 tpm
Tonsil T1/T2 hiperemis Inj PPC 2 juta IU I.M 
Detritus + Inj Antrain 400 mg
Oral Betadine Kumur
 

Subjektif Objektif Assesment Planning


(3/12/19) Tonsil T1/T2 hiperemis Tonsilitis follicularis Terapi lanjut
Panas (-) Detritus + Inj Gentamycin 1x200 mg
Nyeri Telan (+) Neutrofil 73 (N: 51-67)
Monosit 10,6 (N:2-5)

Subjektif Objektif Assesment Planning


(5/12/19) Bercak putih pada tonsil Tonsilitis follicularis Lanjutkan terapi
Nyeri telan berkurang Mikrobiologi swab tenggorok : kokus gram positif KRS
Panas (-) dan hasil biakan staphylococcus epidermidis Eritromisin 3x500 mg
 
ANATOMI
Kronis Akut

Tonsilitis merupakan terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan
leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri pathogen dalam kripta.

Tonsilitis Membranosa Tonsilitis Bacterial


Tonsilitis Viral

Angina Plaut Tonsilitis Septik Tonsilitis Difteri


Vincent
TANDA DAN GEJALA

Demam mendadak
Nyeri tenggorokan Mendengkur
Resulitan menelan Nyeri pada telinga
Rasa gatal/ kering di tenggorokan Lesu
Suara serak Nyeri sendi

Pada pemeriksaan tampak faring hiperemisis, dan tonsil membengkak.


Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronis Tonsilitis Kronis
Eksaserbasi akut
Hiperemis dan edema Hiperemis dan edema Memebesar/ mengecil tapi
tidak hiperemis

Kripte tak melebar Kripte melebar Kripte melebar

Detritus (+ / -) Detritus (+) Detritus (+)

Perlengketan (-) Perlengketan (+) Perlengketan (+)

Antibiotika, analgetika, Sembuhkan radangnya, Jika perlu Bila mengganggu lakukan


obat kumur lakukan tonsilektomi 2 – 6 minggu Tonsilektomi
setelah peradangan tenang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram
• Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan
KOH
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :

Jika penyebab bakteri : Antibiotik peroral 10 hari, jika mengalami kesulitan


menelan diberikan dalam bentuk injeksi.

Tonsilektomi dilakukan jika:


1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut Mansjoer (2000) adalah :

Penatalaksanaan tonsilitis akut :


• Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan.
• Kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
• Pasien diisolasi bila menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi selama 2
sampai 3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif.
• Pemberian antipiretik

Penatalaksanaan tonsillitis kronik :


• Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
• Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium
tahun (1995) menetapkan Indikasi Tonsilektomi yaitu:

 Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.
 Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
orofasial.
 Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep apnea,
gangguan menelan, dan gangguan bicara.
 Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak berhasil hilang dengan
pengobatan.
 Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
 Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus β hemoliticus
 Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
 Otitis media efusa atau otitis media supurataif
KOMPLIKASI
Abses Peritonsil
Otitis peritonsil
Mastoiditis akut
Laringitis
Sinusitis
Rhinitis
Penegakan Diagnosa berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
• Demam tinggi selama 4 hari, nyeri tenggorokan terutama saat menelan,
terdapat sekret dari hidung, ada sedikit nyeri kepala, rasa lemah dan rasa
nafsu makan berkurang.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan ukuran tonsil kanan T2 dan tonsil kiri T1
dengan kondisi hiperemis dan terdapat detritus yang jelas
• Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan peningkatan
neutrofil dan monosit yang menandakan adanya infeksi bakteri. Pada
pemeriksaan mikroskopik swab tenggorok didapatkan hasil sediaan direk
kokus gram postif dengan hasil biakan Staphylococcus epidermidis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai