Anda di halaman 1dari 9

Hiperbilirubinemia

Kelmpok 5 :
1. Anggun Risfuna ( 203210038 )
2. Defilia Putri ( 203210040 )
3. Fitriya Lailatul Qomariyah ( 203210044 )
4. Putri Wulan Ndari ( 203210056 )
5. Rismawati ( 203210058 )
6. Sendy Amelia ( 203210061 )
DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar bilirubin dalam
darah secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru
lahir yaitu warna kuning pada mata, kulit (ikterus fisiologis) dan mata atau biasa
disebut dengan jaundice

Hiperbilirubin atau ikterus terbagi menjadi:


1. Ikterus prehepatik
2. Ikterus hepatic
3. Ikterus kolestatik
4. Ikterus fisiologis
5. Ikterus patologis/hiperbilirubinemia
6. Kern ikterus
• Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai
berikut;
- Polychetemia
- Isoimmun Hemolytic Disease
- Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
- Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
- Hemolisis ekstra vaskuler
- Cephalhematoma
- Ecchymosis
- Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia
biliary), infeksi, masalah metabolic galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI
- Adanya komplikasi asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin;
lahir premature, asidosis.
 
Patofisiologi

1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan


hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen
pereduksi nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial
2. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh
protein intraselular Y protein dalam hati. Pengambilan tergantung pada
aliran darah hepatic dan adanya ikatan protein.
3. Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh
enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid
(UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida
yang polar, larut dalam air (bereaksi direk).
4. Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui
ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane
kanalikular. Kemudian ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri
menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi
kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
5. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut
lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi indirek).
6. Pada bayi dengan hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari
difisiensi atau tidak aktifmya glukuronil transferase. Rendahnya pengambilan
dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein hepatic sejalan dengan
penurunan aliran darah hepatic.
Tanda dan Gejala
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir,
sepsis, atau ibu dengan diabetic atau infeksi.
3. Jaundice tampak pada hari ke dua atau ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga sampai hari ke
empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice
fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning terang
atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak bewarna kuning kehijauan atau
keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul.
6. Perut membuncit, pembesaran pada lien dan hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar.
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap.
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis, yang
disertai ketegangan otot.
11. Nafsu makan berkurang
12. Reflek hisap hilang
13. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
Komplikasi

1. Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).


2. Kernicterus; kerusakan neurologis; cerebral palsy,
retardasi mental, hyperaktif, bicara lambat, tidak ada
koordinasi otot, dan tangisan yang melengking.
3. Gangguan pendengaran dan penglihatan
4. Asfiksia
5. Hipotermi
6. Hipoglikemi
7. Kematian
Pemeriksaan Penunjang
● Visual
● Laboratorium (Pemeriksaan darah)
● Pemeriksaan radiologi
● Ultrasonografi
● Biopsi hati
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hiperbilirubinemia di Ruang Perina Rumah Sakit Eka BSD
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hiperbilirubinemia di Ruang Perina Rumah Sakit Eka BSD
Deskripsi:
Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi neonatus dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada
minggu pertama ditandai ikterus, dikenal dengan ikterus neonatorum patologis (Hidayat, 2008). Register Perina
2014 menunjukkan dari 204 bayi yang dirawat, 98 (48%) mengalami hiperbilirubinemia dan dilakukan fototerapi.
Studi kasus dilakukan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan meliputi pengkajian, intervensi,
implementasi dan evaluasi serta menemukan hal-hal baru terkait hiperbilirubinemia. Subjek dalam studi kasus ini
adalah bayi yang mengalami peningkatan bilirubin . Data-data yang dikumpulkan antara lain terdiri dari usia bayi,
usia gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir, status kelahiran, etiologi, manisfestasi klinis, hasil pengkajian fokus,
dan hasil pemeriksaan penunjang yang diperoleh dari hasil observasi langsung. Sampel yang digunakan adalah 5
bayi dengan hiperbilirubinemia, dilakukan melalui observasi partisipatip, studi dokumentasi dan kepustakaan,
wawancara terhadap keluarga bayi. Pengolahan data dilakukan dengan persentase. Hasil studi kasus menunjukkan
bahwa hiperbilirubinemia sebagian besar terjadi pada usia 4-5 hari, anak pertama dan berat badan 2500-3000 gram,
seluruh bayi memiliki gestasi ≥ 37 minggu. Terjadi karena produksi bilirubin yang berlebihan dan gangguan dalam
ekskresi. Nilai bilirubin total ≥ 12 mg/dl dan dilakukan fototerapi dengan penggunaan linen putih. Ditemukan 4
masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan, gangguan perlekatan orangtua-bayi, potensial komplikasi :
kern ikterus, risiko gangguan integritas kulit. 5 bayi menunjukan teratasinya kekurangan volume cairan,
terpenuhinya bounding attachment, terkendalinya potensial komplikasi dan 2 bayi menunjukkan terjadinya
gangguan integritas kulit. Selanjutnya perlu dilakukan studi kasus dengan sampel yang lebih banyak dan penelitian
terhadap ide baru yang ditemukan sehingga diketahui pengaruh atau efektifitasnya terhadap penurunan kadar
bilirubin.

Anda mungkin juga menyukai