0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan16 halaman
Pemimpin NU di daerah dan pusat kurang yakin dengan kekuatan organisasi. Mereka dipengaruhi propaganda yang menghasut bahwa NU lemah. Padahal kekuatan NU seperti meriam yang kuat, tetapi dipandang lemah oleh pemimpin yang tolol.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
3. RAGAM CORAK PEMIKIRAN KEBERISLAMAN DI INDONESIA
Pemimpin NU di daerah dan pusat kurang yakin dengan kekuatan organisasi. Mereka dipengaruhi propaganda yang menghasut bahwa NU lemah. Padahal kekuatan NU seperti meriam yang kuat, tetapi dipandang lemah oleh pemimpin yang tolol.
Pemimpin NU di daerah dan pusat kurang yakin dengan kekuatan organisasi. Mereka dipengaruhi propaganda yang menghasut bahwa NU lemah. Padahal kekuatan NU seperti meriam yang kuat, tetapi dipandang lemah oleh pemimpin yang tolol.
NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh oleh bisikan orang yang menghembuskan propaganda agar tidak yakin akan kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU itu ibarat senjata adalah meriam, betul-betul meriam. Tetapi digoncangkan hati mereka oleh propaganda luar yang menghasut seolah-olah senjata itu bukan meriam, tetapi hanya gelugu alias batang kelapa sebagai meriam tiruan. Pemimpin NU yang tolol itu tidak sadar siasat lawan dalam menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu akan kekuatan sendiri. Jakarta, 1950 KH. Wahab Hasbullah Pengantar Analisis kawan-lawan dalam kehidupan organisasi perjuangan seperti Nahdlatul Ulama adalah sesuatu yang tak terelakkan. Pada dasawarsa 1950-an saja KH. Wahab Chasbullah sudah mengingatkan siasat lawan yang cenderung memperdaya para pemimpin NU. Apalagi dalam kehidupan dewasa ini yang makin kompetitif, penuh persaingan. Hampir di semua lapangan kehidupan tak terhindari kita akan dihadapkan pada situasi kawan-lawan. Dalam situasi tertentu, menurut ahli strategi Robert Greene, lawan kita itu terkadang sampai bersedia melakukan tindakan apa pun demi meraih keunggulan.
Sebagai organisasi perjuangan, NU tak dapat mengelak
dari masalah kawan-lawan. Kemampuan dalam bekerjasama dengan kawan dan atau menentukan strategi menghadapi lawan akan menentukan daya bertahan dan keberlanjutan jam’iyah ini. Dalam kaitan itu keberanian membedakan kawan- lawan amat diperlukan agar dapat menentukan kebijakan organisasi yang jelas dan langkah taktis yang harus diambil. Analislis kawan-lawan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis stakeholders. Analisis stakeholders sendiri merupakan bagian dari perencanaan strategis. Analisis stakeholders merupakan alat untuk memperjelas pihak-pihak yang berkepentingan, yang berpengaruh, dan membuat pembedaan yang tegas (distingsi) siapa kawan seperjuangan dan siapa musuh atau lawan yang harus dihadapi. Pengertian Stakeholeders organisasi atau “Pemangku Kepentingan” adalah orang-orang, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, anggota-anggota atau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan yang dapat memberikan pengaruh atau mungkin dapat dipengaruhi oleh tindakan organisasi. Mereka semua disebut sebagai pemangku kepentingan (stakeholders). Para pemangku kepentingan adalah mereka yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam menentukan kebijakan, langkah dan segala daya upaya organisasi dalam mencapai tujuan.
Para penerima kepentingan adalah mereka
yang menerima manfaat (beneficiaries) baik dari kalangan internal/lokal, regional, nasional, maupun internasional Penggunaan Analisis Stakeholders Analisis ini sama sekali bukan alat analisis baru; analisis ini sudah sangat populer, lebih-lebih bagi mereka yang sudah terbiasa melakukan perencanaan strategis (strategic planning) seperti di berbagai perusahaan, instansi pemerintah atau organisasi kemasyarakatan/organisasi non – pemerintah. NU sendiri sudah terbiasa menggunakannya. Kriteria Kawan-Lawan
1.Secara ideologi sejalan -- bertentangan
2.Secara politik seiring – berlawanan 3.Secara ekonomi mendukung – menghambat 4.Secara sosial-budaya mengayomi - menghancurkan Lawan-Lawan NU • 1. Penentang Ahlussunnah wal-Jama’ah (Anti-Aswaja) • 2. Penentang Ideologi Negara Pancasila (Anti-Pancasila) • 3. Penentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (Anti- NKRI) • 4. Penentang lembaga keulamaan, pesantren dan tradisi nusantara (Anti-Pilar NU) • 5. Kekuatan asing yang menjadikan Indonesia sebagai jarahan dan atau negara jajahan (Anti-Kedaulatan RI). Hasil analisis tersebut menjadi bahan dan menentukan strategi apa yang akan digunakan untuk menjalankan roda dan program organisasi dalam rangka melayani pemangku kepentingan internal utama NU dan strategi apa yang diambil untuk mencegah pengaruh atau bahkan mengeleminir lawan atau musuh. Menarik memperhatikan peringatan seorang ahli strategi, Robert Greene, “Jangan naif: terhadap musuh tertentu tidak boleh ada kompromi, tidak boleh ada jalan tengah.” *** APENDIX 1: STRATEGI MENGHADAPI LAWAN • Strategi berasal dari kata “strategos” (bahasa yunani kuno) berarti “pemimpin pasukan”. Dalam pengertian ini strategi adalah : seni menjadi jenderal atau mengomandani keseluruhan perang, memutuskan formasi apa yang digunakan, keharusan untuk bertempur di medan perang apa, harus menggunakan manuver-manuver apa atau untuk meraih keunggulan. (Robert Greene) Lebih dari sekedar ilmu pengetahuan, strategi adalah ; penerapan pengetahuan terhadap kehidupan praktis, pengembangan pemikiran yang mampu memodifikasi gagasan pemandu semula menurut situasi yang selalu berubah-ubah ; strategi adalah seni bertindak dibawah tekanan kondisi-kondisi yang paling sulit (Helmouth Von Moltke, 1800-1891) Strategi dapat pula didefinisikan sebagai pola /arah / tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang menunjukkan bagaimana organisasi itu digerakkan, apa yang dikerjakannya dan mengapa organisasi itu mengerjakan hal tersebut (John M.Bryson) Strategi dapat dibedakan karena tingkat, fungsi, dan kerangka waktu. Dalam kontek ini strategi berarti ; cara bagaimana organisasi itu (atau komunitas) berhubungan dengan lingkungannya. Strategi memperkuat pertahanan (defensif). 1. Rapatkan barisan jama’ah 2. Efektifkan struktur komando 3. Perkuat pondasi organisasi 4. Tingkatkan kemandirian organisasi dan warga NU 5. Galakkan pengamalan amaliah ASWAJA 6. Bangun solidaritas sesama NAHDLIYIN STRATEGI MENYERANG 1. Lakukan silaturrahmi dengan tokoh-tokoh dari kalangan kawan-kawan pendukung. 2. Tempatkan / masukkan kader-kader NU diberbagai INSTANSI/Tempat, utamanya dilingkungan pemerintahan DPR/Pemerintahan TNI/POLRI, dll 3. Bangun jejaring sosial dengan kelompok-kelompok strategis dalam rangka melindungi jama’ah dari penetrasi lawan 4. Imbangi propaganda LAWAN yang merugikan NU 5. dll