Anda di halaman 1dari 16

Banyak pemimpin Nahdlatul Ulama di daerah-daerah

dan juga di pusat yang tidak yakin akan kekuatan


NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain.
Orang-orang ini terpengaruh oleh bisikan orang yang
menghembuskan propaganda agar tidak yakin akan
kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU itu ibarat
senjata adalah meriam, betul-betul meriam. Tetapi
digoncangkan hati mereka oleh propaganda luar
yang menghasut seolah-olah senjata itu bukan
meriam, tetapi hanya gelugu alias batang kelapa
sebagai meriam tiruan. Pemimpin NU yang tolol itu
tidak sadar siasat lawan dalam menjatuhkan NU
melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu akan
kekuatan sendiri.
Jakarta, 1950
KH. Wahab Hasbullah
Pengantar
 Analisis kawan-lawan dalam kehidupan organisasi
perjuangan seperti Nahdlatul Ulama adalah sesuatu
yang tak terelakkan. Pada dasawarsa 1950-an saja
KH. Wahab Chasbullah sudah mengingatkan siasat
lawan yang cenderung memperdaya para pemimpin
NU. Apalagi dalam kehidupan dewasa ini yang makin
kompetitif, penuh persaingan. Hampir di semua
lapangan kehidupan tak terhindari kita akan
dihadapkan pada situasi kawan-lawan.
 Dalam situasi tertentu, menurut ahli strategi Robert
Greene, lawan kita itu terkadang sampai bersedia
melakukan tindakan apa pun demi meraih keunggulan.

 Sebagai organisasi perjuangan, NU tak dapat mengelak


dari masalah kawan-lawan. Kemampuan dalam
bekerjasama dengan kawan dan atau menentukan strategi
menghadapi lawan akan menentukan daya bertahan dan
keberlanjutan jam’iyah ini. Dalam kaitan itu keberanian
membedakan kawan- lawan amat diperlukan agar dapat
menentukan kebijakan organisasi yang jelas dan langkah
taktis yang harus diambil.
 Analislis kawan-lawan dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis stakeholders. Analisis
stakeholders sendiri merupakan bagian dari
perencanaan strategis. Analisis stakeholders merupakan
alat untuk memperjelas pihak-pihak yang
berkepentingan, yang berpengaruh, dan membuat
pembedaan yang tegas (distingsi) siapa kawan
seperjuangan dan siapa musuh atau lawan yang harus
dihadapi.
Pengertian
Stakeholeders organisasi atau “Pemangku
Kepentingan” adalah orang-orang,
kelompok-kelompok, organisasi-organisasi,
anggota-anggota atau pihak-pihak lainnya
yang berkepentingan yang dapat
memberikan pengaruh atau mungkin
dapat dipengaruhi oleh tindakan
organisasi. Mereka semua disebut sebagai
pemangku kepentingan (stakeholders).
Para pemangku kepentingan adalah mereka
yang secara langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam menentukan
kebijakan, langkah dan segala daya upaya
organisasi dalam mencapai tujuan.

Para penerima kepentingan adalah mereka


yang menerima manfaat (beneficiaries) baik
dari kalangan internal/lokal, regional,
nasional, maupun internasional
Penggunaan Analisis Stakeholders
Analisis ini sama sekali bukan alat analisis baru;
analisis ini sudah sangat populer, lebih-lebih
bagi mereka yang sudah terbiasa melakukan
perencanaan strategis (strategic planning)
seperti di berbagai perusahaan, instansi
pemerintah atau organisasi
kemasyarakatan/organisasi non – pemerintah.
NU sendiri sudah terbiasa menggunakannya.
Kriteria Kawan-Lawan

1.Secara ideologi sejalan -- bertentangan


2.Secara politik seiring – berlawanan
3.Secara ekonomi mendukung – menghambat
4.Secara sosial-budaya mengayomi -
menghancurkan
Lawan-Lawan NU
• 1. Penentang Ahlussunnah wal-Jama’ah (Anti-Aswaja)
• 2. Penentang Ideologi Negara Pancasila (Anti-Pancasila)
• 3. Penentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (Anti-
NKRI)
• 4. Penentang lembaga keulamaan, pesantren dan tradisi
nusantara (Anti-Pilar NU)
• 5. Kekuatan asing yang menjadikan Indonesia sebagai
jarahan dan atau negara jajahan (Anti-Kedaulatan RI).
Hasil analisis tersebut menjadi bahan dan
menentukan strategi apa yang akan digunakan
untuk menjalankan roda dan program
organisasi dalam rangka melayani pemangku
kepentingan internal utama NU dan strategi
apa yang diambil untuk mencegah pengaruh
atau bahkan mengeleminir lawan atau musuh.
Menarik memperhatikan peringatan seorang
ahli strategi, Robert Greene, “Jangan naif:
terhadap musuh tertentu tidak boleh ada
kompromi, tidak boleh ada jalan tengah.”
***
APENDIX 1: STRATEGI
MENGHADAPI LAWAN
• Strategi berasal dari kata “strategos” (bahasa
yunani kuno) berarti “pemimpin pasukan”.
Dalam pengertian ini strategi adalah : seni
menjadi jenderal atau mengomandani
keseluruhan perang, memutuskan formasi apa
yang digunakan, keharusan untuk bertempur
di medan perang apa, harus menggunakan
manuver-manuver apa atau untuk meraih
keunggulan. (Robert Greene)
Lebih dari sekedar ilmu pengetahuan,
strategi adalah ; penerapan
pengetahuan terhadap kehidupan
praktis, pengembangan pemikiran
yang mampu memodifikasi gagasan
pemandu semula menurut situasi yang
selalu berubah-ubah ; strategi adalah
seni bertindak dibawah tekanan
kondisi-kondisi yang paling sulit
(Helmouth Von Moltke, 1800-1891)
Strategi dapat pula didefinisikan
sebagai pola /arah / tujuan, kebijakan,
program, tindakan, keputusan atau
alokasi sumber daya yang
menunjukkan bagaimana organisasi
itu digerakkan, apa yang dikerjakannya
dan mengapa organisasi itu
mengerjakan hal tersebut (John
M.Bryson)
Strategi dapat dibedakan karena
tingkat, fungsi, dan kerangka
waktu. Dalam kontek ini strategi
berarti ; cara bagaimana organisasi
itu (atau komunitas) berhubungan
dengan lingkungannya.
Strategi memperkuat pertahanan
(defensif).
1. Rapatkan barisan jama’ah
2. Efektifkan struktur komando
3. Perkuat pondasi organisasi
4. Tingkatkan kemandirian organisasi
dan warga NU
5. Galakkan pengamalan amaliah
ASWAJA
6. Bangun solidaritas sesama
NAHDLIYIN
STRATEGI MENYERANG
1. Lakukan silaturrahmi dengan tokoh-tokoh dari
kalangan kawan-kawan pendukung.
2. Tempatkan / masukkan kader-kader NU diberbagai
INSTANSI/Tempat, utamanya dilingkungan
pemerintahan DPR/Pemerintahan TNI/POLRI, dll
3. Bangun jejaring sosial dengan kelompok-kelompok
strategis dalam rangka melindungi jama’ah dari
penetrasi lawan
4. Imbangi propaganda LAWAN yang merugikan NU
5. dll

Anda mungkin juga menyukai