PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN SEDIAAN SALEP MATA Tujuan : Melakukan proses pengolahan, pengemasan dan sterilisasi sediaan salep mata DASAR TEORI Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yang dimaksud dengan salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik dan diagnostik, dapat mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid, antimikroba (antibakteri dan antivirus), antiinflamasi nonsteroid dan midriatik) yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai (Voight, 1994). Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana yang tertera pada compendia resmi. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi uji sterilitas. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah waktu kontak antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan salep mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Satu kekurangan bagi pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008). PEMBUATAN SEDIAAN SALEP MATA 1. Semua alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu 2. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan bobot penimbangannya 3. Basis salep (adeps lanae,vaselin flavum dan paraffin cair) diletakkan pada cawan porselen 4. Basis salep kemudian dilebur diatas penangas 5. Lelehkan basis salep diaduk perlahan hingga semua basis meleleh sempurna dan tercampur dengan homogen 6. Kloramfenikol digerus didalam mortar hingga halus 7. Sedikit demi sedikit lelehan basis dimasukkan ke dalam mortar yang telah berisi kloramfenikol kemudian digerus hingga homogen 8. Campuran bahan ditimbang sebanyak 10 gram, lalu dimasukkan kedalam pot salep yang telah disiapkan 9. Pot salep kemudian diberikan etiket dan dilakukan evaluasi sediaan fisik salep EVALUASI SEDIAAN Uji Homogenitas Uji Daya Lekat 1. Letakkan 0,25 g salep diatas objek 1. Sejumlah salep dioleskan pada kaca glass yang sudah terpasang pada alat objek lalu diamati homogenitasnya. uji 2. Salep yang homogen ditandai 2. Letakan objek glas yang lain diatas dengan tidak terdapatnya gumpalan salep tersebut pada hasil pengolesan, struktur yang rata dan warna yang seragam. 3. Ditekan dengan pemberat 50 gram selama 5 menit 4. Lepas pemberat dan catat waktu yang diperlukan objek glass pada saat terlepas Uji Daya Sebar
1. Sebanyak 0,5 gram salep mata kloramfenikol diletakkan dengan hati-
hati diatas kertas grafik yang dilapisi plastic transparan. Diamkan 1 menit 2. Luas daerah yang dihasilkan dihitung kemudian tutup lagi dengan plastic yang diberi beban tertentu masing-masing 50 gram, 100 gram dan 150 gram, biarkan selama 60 detik 3. Pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung PERHITUNGAN BAHAN Dibuat salep mata kloramfenikol 1% dengan bobot sediaan 10 gram a. Kloramfenikol (Zat Aktif) = 1% b/b x 10 gram =x 10 gr = 0,1 gram b. Basis salep 1. Adeps Lanae Berat basis salep = 99 % b/b x 10 gr = x 10 gr = 9,9 gram 2. Paraffin Cair Diperlukan 10% b/b dari vaselin flavum Berat vaselin flavum sebenarnya : 90 % b/b dari basis salep Berat vaselin flavum sebenarnya = x 9,9gr = 8,091 gram Penggantian 10 % b/b vaselin flavum dengan parafin cair : Parafin cair = x 8,91gr = 0,891 gram PERHITUNGAN BAHAN 2. Vaselin Flavum Berat vaselin flavum = berat total basis – (berat adeps + berat parafin cair) = 9,9 g – (0,99 g + 0,891 g) = 9,9 g – 1,881 g = 8,019 g HASIL PRAKTIKUM Jenis Evaluasi Sediaan Hasil Uji Hasil Teoritis Keterangan
Homogen Salep yang homogen ditandai
Uji Homogenitas 0,25g salep tidak terdapat dengan tidak adanya gumpalan Sesuai
gumpalan pada pengolesan
Jenis Evaluasi Sediaan Hasil Uji Hasil Teoritis Keterangan
Uji Daya Lekat 0,25g salep 1,19 detik >4 detik Tidak sesuai
Jenis Evaluasi Jenis Sediaan Hasil Uji Hasil Teoritis Keterangan
0,5g salep + beban 50g 3,35 cm Tidak sesuai
5 – 7 cm Uji Daya Sebar 0,5g salep + beban 100g 3,65 cm Tidak sesuai
0,5g salep + beban150g 3,90 cm Tidak sesuai PEMBAHASAN Pada praktikum ini dibuat salah satu jenis sediaan semisolida untuk penggunaan topikal yaitu sediaan salep mata dengan bahan aktif kloramfenikol sebesar 1%, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam literatur yakni kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam sediaan (Ansel, 2008). Pada praktikum ini dibuat sediaan salep mata kloramfenikol dengan bobot 10 gram. Sediaan salep mata kloramfenikol merupakan sediaan steril yang tidak tahan terhadap panas, sehingga tidak dapat dilakukan sterilisasi akhir terhadap sediaan ini. maka selama proses produksi harus dilakukan secara aseptis, dimana semua alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan saat proses pembuatan salep mata harus disterilisasi terlebih dahulu kemudian dalam pengerjaannya dijaga seminimal mungkin dari kontaminasi mikroba. Basis salep yang terdiri dari adeps lanae, vaselin flavum dan paraffin cair dapat disterilisasi sekaligus dilebur dengan cara melebur basis salep dengan menggunakan oven selama 60 menit pada suhu 60°C. Namun pada praktikum kali ini di sterilisasi menggunakan spiritus dan tidak menggunakan oven di karena kan menghemat waktu pada saat praktikum. Evaluasi yang pertama adalah uji homogenitas. Pengujian homogenitas sediaan salep mata kloramfenikol 1% dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang akan di uji pada sekeping kaca atau bahan transparan lainyang cocok. Dari pengujian ini diketahui bahwa salep mata kloramfenikolmemiliki homogenitas yang baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak terdapatnya butiran-butiran kasar pada sediaan yang menandakan zat aktif kloramfenikol terdispersi secara homogen. Selanjutnya dilakukan uji evaluasi sediaan salep yaitu uji daya lekat. Semakin lama daya lekat salep maka absorbsi obat akan semakin besar karena ikatan yang terjadi antara salep dengan kulit semakin lama, sehingga basis dapat melepaskan obat lebih optimal (Natalia Dyan dkk, 2019). Dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil 1,19 detik dimana uji daya lekat salep tidak memenuhi persyaratan dimana daya lekat salep yang baik menurut literatur yaitu lebih dari 4 detik (Nevi S, 2011). Salah satu faktor yang menyebabkan daya lekat salep tidak memenuhi persyaratan yaitu basis yang digunakan memiliki kualitas yang kurang baik. Pengujian yang terakhir yaitu uji daya sebar, suatu dasar salep sebaiknnya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang memuaskan. Daya sebar sangat berpengaruh pada kecepatan difusi zat aktif dalam melewati membran. Semakin besar daya sebar suatu sediaan maka makin baik pula koefisien difusinya (Sari, 2016). Percobaan pertama dengan menambahkan beban sebesar 50g diperoleh diameter yaitu 3,35cm. Kemudian pada percobaan kedua dengan penambahan beban sebesar 100g diperoleh 3,65 cm. Pada percobaan terakhir ditambahkan beban seberat 150g diperoleh diameter 3,90 cm. Dari uji evalusi daya sebar ini, dapat diketahui bahwa salep mata kloramfenikol memiliki daya sebar yang tidak memenuhi persyaratan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya cairan dalam formula sehingga viskositas salep yang dihasilkan terlalu tinggi. Jika viskositas terlalu tinggi, salep akan sulit menyebar pada kulit (Suherman dan Dewi, 2019). KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada uji homogenitas sediaan salep mata kloramfenikol yang dibuat homogen yang berarti bahan aktif dan pengisinya terdistribusi dengan baik. 2. Pada uji daya lekat sediaan salep mata kloramfenikol yang dibuat belum memenuhi standar karena sediaan terlepas pada kurun waktu 1,19 detik, seharusnya standarnya yaitu tidak kurang dari 4 detik. 3. Pada uji daya sebar sediaan salep mata kloramfenikol yang dibuat belum memenuhi standar karena daya sebar sediaan didapatkan rata-rata 3,93 cm, seharusnya standarnya yaitu 5-7 cm. DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : UI Press. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Natalia Dyan,dkk,2019 Uji Evaluasi Salep Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas Merah Basis Lemak dan Basis Larut Air Terhadap Aktivitas Candida albicans. STIKES Duta Gama, Klaten Nevi, S. Formulasi Sabun Transparan Minyak Nilam Sebagai Obat Jerawat. PT Penebar Swadaya. Jakarta.2011 Sari, A dan Maulidya, A. 2016. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.). Poltekkes Kemenkes Aceh, Aceh, SEL Vol.3, No.1:16-23. Suherman, B., dan Isnaeni, Dewi. 2019. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kaktus Pakis Fakultas Farmasi. Universitas Indonesia Timur Makassar Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. TERIMA KASIH