Anda di halaman 1dari 39

Sesi 2

PENDIRIAN KOPERASI
TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

Pendirian Koperasi harus melalui akta autentik; yang


dibuat oleh para pendiri atau kuasanya dan
ditandatangani dihadapan Notaris Pembuat Akta
Koperasi dalam suatu rapat pembentukan koperasi yang
memuat anggaran dasar.

• Pendiri adalah orang-orang atau beberapa koperasi


yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan
menyatakan diri menjadi anggota serta hadir dalam
rapat pembentukan.
• Kuasa Pendiri adalah beberapa orang yang diberi kuasa
oleh para pendiri untuk menandatangani akta pendirian
dan sekaligus ditunjuk untuk pertama kalinya sebagai
Pengurus dan/atau pengawas Koperasi.
• Para pendiri wajib mengadakan rapat persiapan
pembentukan koperasi yang membahas semua hal yang
berkaitan dengan :
a. rencana pembentukan koperasi;
b. nama koperasi;
c. rancangan Anggaran Dasar Koperasi;
d. usaha koperasi;
e. besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib sebagi modal
awal;
f. pemilihan pengurus; dan
g. pemilihan pengawas.

• Dalam rapat persiapan pembentukan koperasi dilakukan


penyuluhan koperasi terlebih dahulu oleh penyuluh
perkoperasian baik dari instansi pemerintah maupun
dari non pemerintah.
• Dalam rapat pembentukan koperasi dapat dihadiri oleh
Notaris yang terdaftar di Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah.
• Rapat pembentukan koperasi primer dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang pendiri,
sedangkan rapat pembentukan koperasi sekunder
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) badan hukum
koperasi yang diwakili pengurus yang telah diberi kuasa
berdasarkan keputusan rapat anggota koperasi.
• Rapat pembentukan koperasi dipimpin oleh seorang
atau beberapa orang yang ditunjuk oleh para pendiri,
dengan menetapkan anggaran dasar koperasi.
• Para pendiri koperasi atau kuasanya mengajukan
permohonan pengesahan akta pendirian koperasi secara
tertulis kepada Pejabat yang berwenang melalui Notaris
kepada Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
• Permohonan pengesahan Akta pendirian koperasi
diajukan kepada Menteri dengan melampirkan dokumen
antara lain, berupa:
(a) surat keterangan persetujuan penggunaan nama koperasi dari
Pejabat;
(b) 2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi, 1 (satu) diantaranya
bermaterai cukup;
(c) surat kuasa pendiri;
(d) notulen rapat PembentukanK;
(e) berita acara rapat Pembentukan Koperasi;
(f) akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh
Notaris;
(g) surat bukti jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib
sebagai modal awal;
(h) surat keterangan domisili;
(i) rencana kegiatan usaha koperasi minimal 3 (tiga) tahun ke depan
dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan Koperasi;
(j) surat permohonan Izin Usaha Simpan Pinjam/Unit Usaha Simpan
Pinjam, bagi Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi jenis lain yang
memiliki unit simpan pinjam.

 Pejabat yang berwenang melakukan penelitian dan verifikasi


terhadap dokumen permohonan tersebut diberikan jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima.
 Pengesahan akta pendirian Koperasi tersebut ditetapkan dalam
jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
permintaan pengesahan Akta pendirian koperasi diterima secara
lengkap.
JENIS KOPERASI

• Koperasi Konsumsi
Jenis koperasi konsumen, di mana anggota memeroleh
barang dan jasa dengan harga lebih murah, lebih
mudah, lebih baik dan dengan pelayanan yang
menyenangkan.

• Koperasi Produksi
Disebut juga koperasi pemasaran, didirikan oleh
anggota yang bekerja di sektor usaha produksi seperti
peternak, pengrajin, petani dan sebagainya.
• Koperasi Jasa
Koperasi yang didirikan bagi anggota yang menjual
jasa, misalnya usaha distribusi, angkutan, usaha
perhotelan dll.

• Koperasi Simpan Pinjam


Koperasi yang didirikan untuk mendukung kepentingan
anggota yang membutuhkan dan kebutuhan finansial
lainnya.
ANGGARAN DASAR KOPERASI

Anggaran Dasar Koperasi adalah aturan tertulis sebagai


dasar pengelolaan operasi yang disusun berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Pasal 16 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 yang memuat
sekurang-kurangnya:
a. Nama dan Tempat Kedudukan;
b. Wilayah Keanggotaan;
c. Tujuan, Kegiatan usaha, dan Jenis Koperasi;
d. Jangka waktu berdirinya Koperasi;
e. Ketentuan mengenai modal Koperasi;
f. Tata cara Pengangkatan, Pemberhentian, dan
Penggantian Pengawas dan Pengurus;
g. Hak dan Kewajiban Anggota, Pengawas, dan Pengurus;
h. Ketentuan mengenai Syarat Keanggotaan;
i. Ketentuan mengenai Rapat Anggota;
j. Ketentuan mengenai penggunaan Selisih Hasil Usaha;
k. Ketentuan mengenai Perubahan Angaran Dasar;
l. Ketentuan mengenai Pembubaran;
m. Ketentuan mengenai Sanksi;
n. Ketentuan mengenai Tanggungan Anggota.
KEANGGOTAAN KOPERASI

Anggota Koperasi merupakan pemilik dan sekaligus


pengguna jasa Koperasi. Keanggotaan Koperasi dapat
diperoleh atau diakhiri setelah persyaratan sebagaimana
diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi. Keanggotaan
Koperasi tidak dapat dipindahtangankan.

Anggota Koperasi mempunyai Kewajiban:


(a) Mematuhi Anggaran Dasar, Angaran Rumah Tangga,
dan keputusan Rapat Anggota.
(b) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha yang
diselenggarakan oleh Koperasi;
(c) Mengembangkan dan memelihara :
1. Nilai yang mendasari kegiatan Koperasi yang terdiri
dari: kekeluargaan, mendorong diri sendiri,
bertanggung awab, demokrasi, persamaan,
berkeadilan, dan kemandirian.
2. Nilai yang diyakini Anggota Koperasi yang terdiri
dari: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, dan
kepedulian terhadap orang lain.
Anggota Koperasi mempunyai Hak:
(a) Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan
suara dalam Rapat Anggota.
(b) Mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus
di luar Rapat Anggota baik diminta atau tidak.
(c) Memilih dan/atau dipih menjadi Pengawas atau
Pengurus.
(d) Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan
dalam Anggaran Dasar.
(e) Memanfaatkan jasa yang disediakan oleh Koperasi.
(f) Mendapat keterangan mengenai perkembangan
Koperasi sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran
Dasar.
(g) Mendapatkan Selisih Hasil Usaha Koperasi dan
kekayaan sisa hasil penyelesaian Koperasi.

Koperasi dapat menjatuhkan sanksi kepada Anggota yang


tidak melaksanakan kewajiban. Sanksi tersebut dapat
berupa: Tegoran tertulis paling banyak 2 (dua) kali;
dan/atau Pencabutan status keanggotaan.
PERANGKAT ORGANISASI KOPERASI

Pasal 31 Undang-Undang Republik Indonesia No. 17


Tahun
2012, menyebutkan bahwa Koperasi mempunyai
perangkat
organisasi Koperasi yang terdiri atas:

A. Rapat Anggota
 Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam Koperasi. Rapat Anggota berwenang:
a. Menetapkan kebijakan umum Koperasi.
b. Mengubah Anggaran dasar.
c. Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas
dan Pengurus.
d. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran
pendapatan dan belanja Koperasi.
e. Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat
dilakukan oleh Pengurus dan atas nama Koperasi.
f. Meminta keterangan dan mengesahkan
pertanggungjawaban Pengawas dan Pengurus dalam
melaksanakan tugas masing-masing.
g. Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha.
h. Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan
pembubaran Koperasi.
i. Menetapkan keputusan lain dalam batas yang
ditentukan oleh Undang-Undang ini.

 Rapat Anggota diselenggarakan oleh Pengurus,


dihadiri
oleh Anggota, Pengawas dan Pengurus. Rapat Anggota
diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
 Dalam Rapat Anggota, Pengurus wajib mengajukan
laporan pertanggungjawaban tahunan berisi:
a. Laporan mengenai keadaan dan jalannya Koperasi serta
hasil yang telah dicapai.
b. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
memengaruhi kegiatan Koperasi.
c. Laporan keuangan sekurang-kurangnya terdiri dari
neraca akhir dan perhitungan hasil usaha tahun buka
yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen
tersebut.
d. Laporan Pengawas.
e. Nama Pengawas dan Pengurus.
f. Besar imbalan bagi Pengawas serta gaji dan tunjangan
lain bagi Pengurus.

 Laporan keuangan sebagaimana dimaksud di atas dibuat


berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
B. Pengawas
Pasal 48 UU Republik Indonesia Tahun 2012,
menyebutkan
bahwa Pengawas dipilih dari dan oleh Anggota pada Rapat
Anggota.
 Persyaratan untuk dipilih menjadi Pengawas
meliputi:
a. Tidak pernah menjadi Pengawas atau Pengurus suatu
Koperasi atau komisaris atau direksi suatu perusahaan
yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan
Koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit.
b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan korporasi, keuangan negara, dan/atau
yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu
5
(lima) tahun sebelum pengangkatan.

 Tugas dan kewenangan Pengawas:


(a) Mengusulkan calon Pengurus;
(b) Memberi nasihat dan pengawasan kepada Pengurus;
(c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan Koperasi yang dilakukan
oleh Pengurus; serta
(e) Melaporkan hasil pengawasan kepada Rapat Anggota.

Pengawas berwenang untuk:


(1) Menetapkan penerimaan dan penolakan Anggota baru
serta pemberhentian Anggota sesuai dengan ketentuan
dalam Anggaran Dasar;
(2) Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang
diperlukan dari Pengurus dan pihak lain yang terkait;
(3) Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan
usaha dan kinerja Koperasi dari Pengurus;
(4) Memberikan persetujuan atau bantuan kepada
Pengurus dalam melakukan perbuatan hukum tertentu
yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar;
(5) Dapat memberhentikan Pengurus untuk sementara
waktu dengan menyebutkan alasannya.

 Pengawas bertanggung jawab atas pelaksanaan


tugasnya kepada Rapat Anggota.
 Pengawas dapat diberhentikan berdasarkan keputusan
Rapat Anggota dengan menyebutkan alasannya.
C. Pengurus
 Pengurus dipilih dari orang perseorangan, baik Anggota
maupun Non Anggota.
 Orang perseorangan untuk menjadi Pengurus harus
memenuhi persyaratan:
a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum;
b. Memiliki kemampuan mengelola usaha Koperasi;
c. Tidak pernah menjadi Pengawas atau Pengurus suatu
Koperasi atau komisaris atau direksi suatu perusahaan
yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan
Koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; serta
d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan korporasi, keuangan negara, dan/atau
yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu
5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
 Persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Pengurus
diatur dalam Angaran Dasar.
 Pengurus dipilih dan diangkat pada Rapat Anggota atas
usul Pengawas.
 Ketentuan mengenai tata kelola Pengurus diatur dalam
Anggaran dasar.
D. Anggota
 Yang dimaksud Anggota adalah semua Anggota yang
ada di dalam organisasi Koperasi, yang memiliki hak
dan kewajibannya dalam aktivitas Koperasi.
 Setiap Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus
pengguna jasa Koperasi.
 Anggota Koperasi Primer adalah setiap Warga Negara
Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum
dan memiliki kepentingan ekonomi yang sama dengan
sesama anggota lain.
 Anggota Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang
sudah berbadan hukum koperasi dan memiliki
kepentingan ekonomi yang sama.
 Anggota Luar Biasa adalah Warga Negara Indonesia
dan Warga Negara Asing maupun masyarakat yang
ingin mendapat pelayanan dan menjadi anggota
Koperasi dan tidak sepenuhny memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
 Keanggotaan Koperasi berakhir diatur dalam
Permenkop dan UKM No. 10/Per/M.UKM/IX/2015.
MODAL KOPERASI

Pasal 66 Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2012 Tentang


Perkoperasian disebutkan bahwa modal Koperasi terdiri
dari:
a. Setoran Pokok
 Setoran Pokok dibayarkan oleh Anggota pada saat
yang
bersangkutan mengajukan permohonan sebagai
Anggota dan tidak dapat dikembalikan.
 Setoran Pokok harus telah disetor penuh dengan bukti
penyetoran yang sah.
b. Sertifikat Modal Koperasi
 Koperasi harus menerbitkan Sertifikat Modal Koperasi
dengan nilai nominal per lembar maksimum sama
dengan nilai Setoran Pokok.
 Setiap Anggota Koperasi harus membeli Sertifikat
Modal Koperasi yang jumlah minimumnya ditetapkan
dalam Anggaran dasar.
 Pembelian Sertifikat Modal Koperasi dalam jumlah
minimum merupakan tanda bukti penyertaan modal
Anggota di Koperasi.
 Sertifikat Modal Koperasi dikeluarkan atas nama dan
tidak memiliki hak suara.
c. Hibah
 Hibah yang diberikan oleh pihak ketiga yang berasal
dari sumber modal asing, baik langsung maupun tidak
langsung, dapat diterima oleh suatu Koperasi dan
dilaporkan kepada Menteri.
 Hibah tidak dapat dibagikan secara langsung atau tidak
langsung kepada Anggota, Pengurus dan Pengawas.
d. Modal Penyertaan
Koperasi dapat menerima Modal Penyertaan dari:
Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan; dan/atau masyarakat berdasarkan perjanjian
penempatan Modal Penyertaan.
 Pemerintah dan/atau masyarakat wajib turut
menanggung risiko dan bertanggung jawab terhadap
kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal
Penyertaan sebatas nilai Modal Penyertaan yang
ditanamkan dalam Koperasi.
 Pemerintah dan/atau masyarakat, berhak mendapat
dari usaha bagian keuntungan yang diperoleh dari
usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan.
e. Modal Pinjaman
Modal pinjaman dapat berasal dari Anggota; Koperasi
lainnya dan/atau Anggotanya; bank dan lembaga
keuangan lainnya; penerbitan obligasi dan surat utang
lainnya; dan/atau Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
f. Sumber Lain
Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan
perundang-
undangan.
SELISIH HASIL USAHA DAN DANA
CADANGAN

a. Surplus Hasil Usaha


 Ketentuan pada Anggaran Dasar dan keputusan Rapat
Angota pada umumnya menyebutkan bahwa Surplus Hasil
Usaha, disisihkan terlebih dahulu untuk Dana Cadangan
dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
1. Anggota sebanding dengan transaksi yang dilakukan
oleh masing-masing Anggota dengan Koperasi;
2. Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi
yang dimiliki;
3. Pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus dan
karyawan Koperasi;
4. Pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan
Koperasi dan kewajiban lainnya; dan/atau penggunaan
lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
 Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota
Surplus Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan
non-Anggota.
 Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota
dapat digunakan untuk mengembangkan usaha
Koperasi dan meningkatkan pelayanan Anggota.
b. Defisit Hasil Usaha
 Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha, Koperasi dapat
menggunakan Dana Cadangan.
 Penggunaan Dana Cadangan ditetapkan berdasarkan
Rapat Anggota.
 Dana Cadangan yang tidak cukup menutupi Defisit
Hasil Usaha, defisit tersebut diakumulasikan dan
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi pada tahun berikutnya.
c. Dana Cadangan
 Dana Cadangan dikumpulkan dari penyisihan sebagian
Selisih Hasil Usaha.
 Koperasi harus menyisihkan Surplus Hasil Usaha untuk
Dana Cadangan sehingga menjadi paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari nilai Sertifikat Modal Koperasi.

Anda mungkin juga menyukai