Anda di halaman 1dari 26

PERTEMUAN SOSIALISASI

PELAYANAN KESEHATAN
ANC TERINTREGASI

Di Hotel Laras Asri


Tanggal 22 Desember 2009
PENGERTIAN
Antenatal terintegrasi adalah pelayanan
antenatal rutin dengan beberapa program
lain yang sasarannya adalah ibu hamil
yang bertujuan untuk mendeteksi dan
antisipasi dini kelainan/penyakit/gangguan
yang mungkin terjadi selama kehamilan
serta dilakukan intervensi dan pencegahan
kelainan/penyakit/gangguan yang
mungkin dapat mengancam ibu dan atau
janin
Program yang terintegrasi pada
pelayanan Antenatal adalah :
1. Maternal Neonatal Tetanus Elimination
(MNTE)
2. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam
Kehamilan (Andika)
3. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR
dalam Kehamilan (PIDK)
4. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan
Frambusia
5. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Bayi (PMTCT)
6. Pencegahan Malaria Dalam Kehamilan
(PMDK)
7. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan
(TB-ANC) dan Kusta
8. Pencegahan Kecacingan Dalam
Kehamilan (PKDK)
9. Peningkatan Intelejensia Janin pada
Kehamilan (BARAIN BOOSTER)
MANAJEMEN PELAYANAN
ANTENATAL RUTIN
 Standar
Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal
minimal 4 kali dengan mendapatkan pelayanan
Antenatal rutin sesuai pedoman nasional
maupun lokal.
 Tujuan
Membantu ibu hamil agar dapat tetap sehat dan
dapat mempersiapkan persalinan dengan
optimal sehingga didapatkan keluaran ibu dan
bayi yang sehat.
 Persyaratan
1. Adanya perencanaan, strategi, kebijakan
dan pedoman nasional maupun lokal
tentang sistem pelayanan antenatal.
2. Mempunyai fasilitas untuk menjalankan
program pelayanan antenatal.
3. Tersedia catatan medik dan buku
register yang disimpan di fasilitas
pelayanan antenatal, serta buku
pemeriksaan kehamilan (buku KIA) yang
dibawa oleh ibu hamil.
4. Pemberi pelayanan antenatal mempunyai
pengetahuan dan kompetensi untuk
memberikan pelayanan antenatal rutin.
5. Sistem pelayanan antenatal mampu
mendorong terciptanya komunikasi 2 arah
antara petugas dengan ibu hamil dan suami,
serta keduanya mampu
merencanakan/menentukan rujukan dan
tempat rujukan jika menghadapi
komplikasi/kegawatan kehamilan/persalinan.
6. Tersedianya informasi tentang sistem rujukan
dan tempat pelayanan rujukan pelayanan
antenatal.
 Pelaksanaan
1. Setiap ibu hamil melakukan minimal 4 kali
kunjungan ke fasilitas pelayanan antenatal dengan
jadwal yang dianjurkan sesuai pedoman nasional,
yaitu :
 Minimal 1(satu) kali pada trimester pertama (K1)
 Minimal 1(satu) kali pada trimester pertama (K2)
 Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (K
dan K4)
2. Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan
frekuensi pemeriksaan dapat disesuaikan
3. Pada setiap pemeriksaan harus dilakukan Standar
Minimal Pelayanan Antenatal “7T” sebagai berikut:
 Timbang berat badan (dan ukur Tinggi Badan)
 Ukur Tekanan darah
 Ukur Tinggi fundus uteri
 Nilai status imunisasi TT (Tetanus Toxoid) &
berikan bila perlu
 Pemberian Tablet besi, minimal 90hari selama
kehamilana
4. Selain 7T tersebut di atas lakukan pemeriksaan
kehamilan, mulai dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, diagnosa, terapi, serta rujukan bila perlu.
Cara melakukan pemriksaan mengacu pada
pedoman antenatal yang telah ada.
5. Pada setiap kunjungan, semua
pemeriksaan dan tindakan yang diberikan
harus memenuhi standar pencegahan
infeksi (universal precautions)
6. Dalam 4 kali kunjungan, minimal
disertai/diantar oleh suami 1 kali kunjungan
7. Pada setiap kunjungan diinformasikan
tentang pengawasan kehamilan yang dapat
dilakukan oleh ibu hamil dan tanda
kegawatan di mana ibu hamil harus segera
datang untuk memeriksakan diri
8. Apabila ditemukan ketidaknormalan pada
kunjungan antenatal, petugas menyampaikan
rencana tindak lanjut, kemungkinan untuk
melakukan rujukan (pemeriksaan penunjang,
laboratorium/USG, konsultasi, perawatan) atau
jarak kunjungan berikutnya yang lebih pendek.
Misalnya, jika ditemukan ibu hamil dengan anemia
maka jadwal kunjungan berikutnya adalah 2
minggu, jika ditemukan hipertensi pada kehamilan
8 bulan atau lebih maka kunjungan berikutnya
adalah 1 minggu. Kunjungan lebih pendek dari
jadwal juga dilakukan pada ibu hamil dengan
malaria dan HIV positif
9. Pada kunjungan terakhir diinformasikan
tentang tanda-tanda persalinan dan saran
untuk datang tidak lebih dari 2 minggu
sebelum waktu tanggal taksiran persalinan

 Pemantauan dan Penilaian


Indikator Input :
1. Tersedia dokumen perencanaan, strategi,
kebijakan, dan pedoman nasional maupun
lokal tentang sistem pelayanan antenatal
2. Tersedia fasilitas untuk menjalankan program
pelayanan antenatal
3. Tersedia dokumen standar pencegahan infeksi
(universal precautions)
4. Pemberi pelayanan antenatal telah dilatih untuk
memberikan pelayanan antenatal rutin dan
mendorong terciptanya komunikasi 2 arah antara
petugas dengan ibu hamil dan suami, untuk
merencanakan/menentukan rujukan dan tempat
rujukan jika menghadapi komplikasi/kegawatan
kehamilan/persalinan (P4K)
5. Tersedia bagan alur informasi sistem rujukan dan
daftar tempat pelayanan rujukan pelayanan
antenatal
6. Tersedia formulir catatan medik, buku register dan
buku KIA
 Indikator proses dan output
1. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal (K1 dan K4)
2. Cakupan ibu hamil yang terdeteksi
beresiko tinggi oleh tenaga kesehatan
3. Cakupan ibu hamil yang dirujuk untuk
konsultasi tingkat lanjut (ke RS atau
dokter spesialis kandungan)
4. Jumlah
 Indikator outcome
1. Cakupan persalinan yang ditangani oleh
petugas kesehatan
2. Angka kematian maternal
3. Angka kematian perinatal
MANAJEMEN PELAYANAN
ANTENATAL TERINTEGRASI
 STANDAR
Semua fasilitas pelayanan antenatal dapat
menyelenggarakan pelayanan antenatal
terintregasi sesuai dengan karakteristik
wilayah (epidemiologis) dan kemampuan
lokal.
 Tujuan
Menurunkan morbiditas dan mortalitas
maternal neonatal yang diakibatkan
masalah kesehatan terkait kehamilan.
 Persyaratan
1. Ibu hamil mau dan mampu mengakses tempat
pelayanan antenatal.
2. Cakupan pelayanan antenatal rutin (khususnya K1
dan K4) telah memenuhi targte cakupan.
3. Merupakan wilayah yang berpotensi endemis atau
beresiko tinggi terjadinya masalah kesehatan
terkait kehamilan sebagaimana yang dicanangkan
dalam program terintregasi.
4. Tersedia perencanaan, strategi, dan kebijakan
nasional maupun lokal terkait program pelayanan
antenatal terintegrasi yang dijalankan.
5. Tersedia fasilitas pendukung layanan pelayanan
antenatal terintegrasi sesuai dengan program yang
akan dijalankan.
6. Tenaga pelayanan antenatal telah
mendapatkan pelatihan dan berkompeten
menyelenggarakan layanan pelayanan
antenatal terintregasi sesuai dengan program
yang akan dijalankan.
7. Persyaratan khusus mengacu pada masing-
masing program pelayanan antenatal
terintegrasi yang akan dijalankan.
8. Tersedia pedoman tentang standar
pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan
antenatal.
9. Tersedia informasi sistem dan tempat rujukan
untuk masing-masing kasus dalam program
pelayanan antenatal terintegrasi yang akan
dijalankan.
 Pelaksanaan
1. Program terintegrasi yang akan dilaksanakan
di tempat pelayanan antenatal disesuaikan
dengan kebijakan lokal, berdasarkan kondisi
epidemiologis wilayah tersebut, dan
kemampuan lokal dalam pemberian pelayanan.
2. Pelaksanaan program dilakukan secara
terintegrasi dengan pelayanan antenatal rutin
sesuai pedoman nasional.
3. Pelaksanaan program integrasi disesuaikan
dengan petunjuk pelaksanaan tiap program
dalam pelayanan antenatal terintegrasi.
4. Semua tindakan pemeriksaan dan pengobatan
yang dilaksanakan di tempat pelayanan
antenatal harus memenuhi standar
pencegahan infeksi.
 Pemantauan dan penilaian
 Indikator input
1. Tersedia data/informasi cakupan pelayanan
antenatal (K1 dan K4).
2. Tersedia informasi status endemitas atau daerah
beresiko tinggi terjadinya masalah kesehatan
terkait kehamilan.
3. Tersedia dokumen perencanaan, strategi, dan
kebijakan nasional maupun lokal terkait program
pelayanan antenatal terintegrasi yang akan
dijalankan.
4. Tersedia fasilitas pendukung layanan pelayanan
antenatal terintegrasi sesuai dengan program yang
akan dijalankan.
5. Tersedia dokumen petunjuk pelaksanaan
disesuaikan dengan petunjuk pelaksanaan tiap
program yang akan dijalankan.
6. Tenaga pelayanan antenatal telah
mendapatkan pelatihan menyelenggarakan
layanan pelayanan antenatal terintegrasi
sesuai dengan program yang akan dijalankan.
7. Indikator secara khusus mengacu pada
masing-masing program pelayanan antenatal
terintegrasi yang akan dijalankan.
8. Tersedia dokumen pedoman tentang standar
pencegahan infeksi pada tempat pelayanan
antenatal.
9. Tersedia bagan alur informasi sistem rujukan
dan daftar tempat rujukan untuk masing-
masing kasus dalam program pelayanan
antenatal terintegrasi yang akan dijalankan.
 Indikator proses dan output
1. Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan
antenatal.
2. Indikator proses dan output disesuaikan
dengan masing-masing indikator proses
dan output tiap program dalam
pelayanan antenatal terintegrasi.
3. Tingkat kepatuhan pelaksanaan standar
pencegahan infeksi saat tindakan
pemeriksaan dan pengobatan yang
dilaksanakan di fasilitas pelayanan
antenatal
 Indikator outcome
1. Angka morbiditas dan mortalitas
maternal neonatal yang diakibatkan
masalah kesehatan terkait kehamilan.
2. Jumlah kasus infeksi terkait tindakan
pemeriksaan dan pengobatan yang
dilaksanakan di fasilitas pelayanan
antenatal.
 ANC terintregasi, dalam pelaksanaannya,
dari 9 pemeriksaan tersebut tidak semua
dilakukan. Semua fasilitas pelayanan
antenatal dapat menyelenggarakan
pelayanan antenatal terintregrasi sesuai
dengan karakteristik wilayah
(epidemiologis) dan kemampuan lokal. Di
Kabupaten Batang banyak kejadian HIV
terutama di daerah puskesmas pantura,
KEK, dan anemia. Untuk itu, diperlukan
kerja sama dengan bidang PSM,
P2PL,yankes,seksi gizi dan promkes.
 Bersama bidang PSM dapat sarana berupa
pemberian akses penggunaan jamkesmas.
 Bersama bidang P2PL dapat menyediakan
alat untuk pemeriksaan HIV,
melaksanakan pemeriksaan HIV,
penyediaan buku pedoman (manual)
pelayanan HIV pada ibu hamil.
 Bersama bidang yankes menyediakan
sarana dan prasarana guna menunjang
program ini.
 Bersama bidang seksi gizi, menyediakan
pedoman tentang penanggulangan
masalah gizi dan konseling, alat peraga
penyuluhan/konseling gizi, pemeriksaan
laboratorium, pita LILA dan suplementasi
tablet besi.
 Bersama bidang promkes, melakukan
penyuluhan tentang penyakit-penyakit
yang mempengaruhi kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai