Anda di halaman 1dari 45

VERTIGO

OLEH :
NUR FITRIANI
REFIKA FAIZA FAHRUDIN
NATALIA RISMA MAWAR
RIBKAH
LENY
APA ITU VERTIGO ?

Vertigo adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa latin vertere
yang berarti memutar. Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi
bergerak atau halusina di gerakan.
Latar Belakang

✣ Vertigo adalah kondisi yang menyebabkan penderitanya merasa seolah-olah


lingkungan di sekitarnya berputar atau melayang. Vertigo juga akan membuat
penderitanya kehilangan keseimbangan, sehingga kesulitan untuk sekadar
berdiri atau bahkan berjalan. Penyakit ini berhubungan erat dengan gangguan
sistem keseimbangan tubuh yang terdiri dari sistem perifer (terdapat pada
organ keseimbangan di telinga) dan sentral (pada serebellum).
✣ Vertigo menurut definisi dari International Classification of Vestibular Disorders
adalah adanya sensasi bergerak berputar dari kepala atau tubuh ketika tidak terjadi
pergerakan atau adanya gangguan sensasi bergerak pada pergerakan normal di
kepala. [1] Dalam bahasa awam, vertigo sering dikeluhkan sebagai “pusing
berputar”, atau “pusing tujuh keliling” atau “keliyengan”.
1.
Penyebab Vertigo
dan gejala umum
Penyebab vertigo sebenarnya tergantung dengan jenis vertigo yang
dialami. Secara umum, terdapat dua jenis vertigo yang
dikelompokkan berdasarkan penyebabnya. Masing-masing
kondisi juga mempunyai penyebabnya tersendiri.
Penyebab dari vertigo perifer antara lain benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV), neuritis vestibular, penyakit
Meniere, dan otosklerosis, Labirintitis, Riwayat cedera
kepala
Penyebab vertigo sentral antara lain migrain Multiple
sclerosis, Neuroma akustik, Tumor otak, stroke. Selain kedua
kelompok ini, vertigo juga dapat disebabkan karena
gangguan psikiatrik, obat-obatan, metabolik dan ortostatik.
Secara umum, vertigo perifer dan sentral memiliki gejala
yang berbeda. Kejadian vertigo perifer lebih akut, dapat
terjadi mual muntah, dan dapat timbul gangguan
pendengaran. Sementara vertigo sentral cenderung lebih
lambat awitannya, jarang terjadi gejala pada pendengaran
dan cenderung menetap. Namun, pada beberapa kasus
gejala-gejala yang timbul tidak khas, sehingga pemeriksaan
penunjang dapat membantu menegakkan diagnosis. [2,3]
Gejala umum dari vertigo di antaranya:

1. Pusing kepala.
2. Dunia seakan berputar-putar.
3. Kehilangan keseimbangan.
4. Mual dan muntah.
5. Keringat berlebih.
6. Sakit kepala.
7. Gerakan mata tak normal.
8. Telinga berdenging.
Beberapa metode pemeriksaan untuk diagnosis vertigo
tersebut meliputi::

1. Tes impuls kepala


2. Tes romberg.
3. Tes unterberger
4. Tes nistagmus
5. Pemeriksaan pendengaran
6. Pemeriksaan penunjang
2.
Etiologi
✣ Etiologi dari vertigo perifer dan sentral antara lain infeksi, trauma (termasuk
barotrauma), gangguan vaskular dan tumor yang menyebabkan gangguan sistem
vestibular.
✣ Etiologi dari vertigo berbeda tergantung dengan jenis vertigonya, perifer atau
sentral.
Etiologi Vertigo Perifer
✣ Etiologi vertigo perifer adalah sebagai berikut:

a. Barotrauma dibagi menjadi 2 yaitu alternobarik dan atmosferik telinga dalam. Pada trauma
alternobarik, tekanan di dalam telinga lebih besar dibandingkan lingkungan dan sering terjadi pada pilot
dan penyelam. Barotrauma atmosferik telinga dalam disebabkan karena terjadinya perubahan tekanan
yang mendadak

b. Trauma mekanis pada telinga. Riwayat operasi pada telinga dapat menyebabkan trauma pada telinga
dalam dan memiliki manifestasi sebagai vertigo perifer
‐ Infeksi (contoh: labirinitis, herpes zoster, vestibular neuritis)
‐ Tumor pada akustik schwanomma
‐ Idiopatik[2,9,11]
Etiologi Vertigo Sentral
Etiologi vertigo sentral adalah sebagai berikut:

‐ Trauma mekanis pada trauma tumpul kepala. Trauma pada leher dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada arteri vertebrobasilar sehingga menyebabkan vertigo sentral.
‐ Penyakit serebrovaskular baik iskemik maupun perdarahan pada sistem vestibular (arteri
vertebrobasilar) yang dapat menyebabkan vertigo sentral
‐ Multiple sclerosis
‐ Tumor sudut serebelopontin pada glioma batang otak, dan medulloblastoma
‐ Migrain vestibular[2,9,11]
3.
Patofisiologi
✣ Patofisiologi vertigo berupa gangguan sistem keseimbangan tubuh, baik perifer maupun sentral. Patofisiologi
ini berbeda antara vertigo yang terjadi pada sistem keseimbangan perifer dan sentral.

✣ Fisiologi Sistem Keseimbangan Tubuh

✣ Patofisiologi vertigo sangat berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh. Organ-organ yang berperan dalam
proses orientasi arah antara lain organ penglihatan, propioseptif dan vestibular. Proses yang panjang terjadi
para organ-organ ini dan diteruskan ke sistem saraf pusat. Pada organ keseimbangan di dalam telinga, yaitu
aparatus vestibular, terdapat cairan endolimfe yang akan bergerak mengikuti pergerakkan tubuh (terutama
kepala). Pergerakan endolimfe ini kemudian menggerakkan stereosilia atau hair cell yang kemudian signalnya
ditransmisikan melalui saraf dan diterjemahkan di otak sebagai sebuah gerakan. Adanya gangguan pada
organ-organ ini dapat menyebabkan vertigo. [5,6]
Vertigo Perifer
✣ Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah penyebab tersering dari vertigo. BPPV
primer masih belum diketahui penyebabnya. BPPV sekunder dapat disebabkan karena trauma
kepala, kemungkinan karena adanya otokonia yang rusak dan menempati endolimfe, sehingga
terjadi perubahan sensasi direksional. Penyebab lain yang sering adalah adanya riwayat operasi
telinga yang mungkin menyebabkan kerusakan utrikula dan kerusakan otokonia. [7]
✣ Penyakit Meniere disebabkan karena adanya gangguan sekresi berlebih dari endolimfe, atau
kegagalan penyerapannya sehingga terjadi sensasi vertigo dan gangguan pendengaran (termasuk
tinnitus). Teori lain menyebutkan bahwa penyakit Meniere timbul akibat peradangan pada labirin.
[8]
✣ Infeksi dan peradangan pada sistem vestibular dapat menyebabkan vertigo perifer. Contoh dari
infeksi dan peradangan tersebut adalah:

a. neuronitis vestibular yang sering disebabkan karena virus setelah pasien terserang episode flu
b. labirinitis supuratif akut yang disebabkan karena infeksi bakteri akut pada telinga dalam
c. fistula perilimfe adalah adanya fistula antara telinga tengah dan dalam yang sering disebabkan
karena trauma (termasuk barotrauma dan pascaoperasi telinga) dan kolesteatoma[2]
d. Superior Semicircular Canal Dehiscence Syndrome (SSCDS) dapat menyebabkan vertigo karena
adanya tulang yang pecah atau rusak pada kanalis semisirkularis superior pada koklea. Adanya
suara yang besar dan/atau peningkatan tekanan intrakranial dapat menginduksi terjadinya sensasi
vertigo. [9]
Vertigo Sentral
✣ Vertigo sentral disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat. Vertigo ini merupakan manifestasi
akibat gangguan pada batang otak, serebelum dan nukleus vestibular. Gangguan pada arteri
vertebrobasilar, seperti stroke, dapat memiliki manifestasi sebagai vertigo. Penyebab lain antara
lain multiple sclerosis, infeksi, dan tumor. Contoh tumor otak yang menyebabkan perifer adalah
akustik neuroma atau schwannoma di mana terdapat tumor sel Schwann pada nervus kranial 8.
[10]

✣ Migraine vestibular merupakan penyebab vertigo sentral akibat adanya konstriksi dan dilatasi dari
pembuluh darah intrakranial. Migraine secara umum terbagi menjadi 2 kelompok yaitu migraine
dengan aura dan tanpa aura. Aura yang paling umum terjadi adalah gangguan visual. Gejala
vestibular seperti vertigo dapat terjadi pada 38% kondisi migrain dengan aura.[9]
4.
Mekanisme kerja & Dosis Obat
✣ DIAZEPAM
✣ Farmakologi diazepam bekerja dengan cara berikatan pada reseptor gamma-aminobutyric acid
(GABA), dan meningkatkan kemampuan inhibisi dari GABA. [2]

✣ BETAHISTINE
✣ Bekerja dengan cara menyekat reseptor histamin H3 (presinaps) dan H2 (postsinaps, lemah).
Betahistine dapat meningkatkan sirkulasi mikro darah ke telinga dalam (labirin). Efek terapeutik
yang optimal tercapai dalam jangka waktu panjang, sehingga dosis pemberian betahistine
direkomendasikan sebesar 24 mg, 2 kali sehari, selama 2-3 bulan. [19] Betahistine umum
digunakan pada vertigo dengan penyebab di perifer seperti penyakit Meniere dan benign
paroxysmal positional vertigo (BPPV). [26]
✣ CHLORPROMAZINE
✣ Farmakologi chlorpromazine adalah sebagai antipsikotik dengan memblokade
reseptor dopamin dan sebagai tranquilizer minor dengan memblokade reseptor
histamine. [10]

✣ Farmakodinamik
✣ Chlorpromazine adalah neuroleptik yang bertindak dengan menghambat reseptor
dopamin post sinap, terutama di area sistem dopaminergik mesolimbik. Obat ini
juga mampu mencegah pelepasan hormon-hormon hipotalamus dan hipofisis. [1].
Chlorpromazine juga bertindak sebagai tranquilizer minor dengan cara menghambat
reseptor histamin. [10]
✣ CARBAMAZPINE
✣ Carbamazepine adalah suatu agonis reseptor GABA, derivat iminostilbene yang
secara kimiawi berhubungan dengan trisiklik antidepresan. Obat ini bekerja dengan
cara menurunkan impuls saraf yang menyebabkan kejang dan nyeri. Secara struktur
carbamazepine mirip dengan fenitoin

✣ FUNARZINE
✣ Flunarizin adalah “calcium channel antagonist” selektif yang mencegah kasium
masuk ke chanel kalsium dan mencegah muatan berlebih kalsium selular.
✣ Flunarizin juga memiliki kandungan anti-histamin (anti-alergi)
5.
Efek Samping
✣ DIAZEPAM
✣ Efek samping dari pemberian diazepam merupakan efek sekunder dari peningkatan
aktivitas GABA pada sistem saraf pusat. Efek paradox dapat terjadi pada pemberian
diazepam dengan manifestasi perilaku agresif, iritabel, hingga halusinasi.
Penggunaan diazepam yang tidak dikontrol berpotensi menimbulkan
penyalahgunaan dan ketergantungan

✣ Chlorpromazine
✣ Ada beberapa efek samping yang dapat timbul setelah menggunakan
chlorpromazine, di antaranya: pusimg, sakit kepala, mulut kering, penglihatan
kabur, mual, cemas berlebian, berat badan naik
✣ CARBAMAZEPINE
✣ Efek samping carbamazepine yang umum terjadi adalah pusing, mual-muntah,
dizziness, mengantuk, rasa cemas, depresi, penambahan berat badan, kelelahan,
kepala berputar. Interaksi obat dapat meningkatkan konsentrasi maupun
menurunkan konsentrasi carbamazepine.

✣ BETAHISTINE
✣ Betahistine berpotensi menyebabkkan sejumlah efek samping yaitu mual, muntah,
sakit kepala, gangguan pencernaan, sakit perut dan kembung.
6.
Study Kasus
• Nama : Tn. EI
• Umur : 49 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Ulhee lheu
• Tanggal masuk : 31 Juli 2018
• Tanggal Pemeriksaan : 1 Agustus 2018
• Pekerjaan : Pedagang
• Status : Menikah
• Agama : Islam
• No CM : 096528
Anamnesis

Keluhan Utama:
Pusing berputar

RPS:
Pasien datang ke IGD Meuraxa dengan keluhan kepala pusing
berputar yang dirasakan sejak satu bulan terakhir diikuti pandangan
yang gelap dan pasien menjadi sempoyongan seperti mau jatuh.
Keluhan tersebut juga terjadi hilang timbul dan bertambah berat jika
pasien berubah posisi dari duduk berdiri atau sebaliknya. Sedangkan
keluhan akan membaik jika pasien merubah posisi tidur.
Lanjutan:
Kepala pusing berputar dirasakan hampir setiap hari
dengan durasi berjam-jam dan frekuensi rata-rata 4 – 5
kali tiap minggu. Keluhan dominan dirasakan pada sore
hari sampai malam hari terutama saat beraktivitas. Pasien
juga mengeluhkan menjadi mudah lelah dan pandangan
kabur. Gejala seperti mual dirasakan oleh pasien dan
muntah disangkal. Untuk meredakan keluhan-keluhan
tersebut, pasien meminum obat dan istirahat.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign

Kesadaran Compos Mentis

TD 146/80 mmHg
Frekuensi 88 x/menit, reguler, isi
N cukup, kuat angkat
RR 19 X/menit, abdominalthoracal

T 37,0⁰C
• Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-)
• Telinga : tidak ada kelainan
• Hidung : tidak ada kelainan
• Mulut : tidak ada kelainan
RPD (riwayat penyakit dahulu):
- Vertigo (+)
- Hipertensi (+)
- DM (-)
- Asma (-)
- Alergi (-)

RPO ( riwayat penggunaan obat ) :


Pasien sering meminum obat pereda hoyong dibeli di
apotik
Obat-obat diuretik (-)
Pemakaian Insulin (-)
Pemakaian obat-obat asma/ bronkodilator (-)
• RPK ( riwayat penyakit keluarga ):
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan yang sama.

✣ RKS ( riwayat kerja seseorang ):


Pasien seorang pedagang rumah makan.
Terapi
Penatalaksanaan

• Omeprazole 1x1 tab


• Betahistin 3x1 tab
• Flunarizin 2x1 tab
• Amlodipin 1x5 mg
• Neurosanbe 5000 1x1 tab
Kasus Analisa kasus
-Pasien datang dengan keluhan kepala pusing -Timbul karena terdapat gangguan alat
berputar, sempoyongan, dan pandangan buram
hilang timbul sejak beberapa bulan terakhir
keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara
posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi
oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Respon penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa
nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.

-Pada pasien vertigo, biasanya tidak


ditemukan kelainan dari hasil
pemeriksaan penunjang kecuali jika
disertai dengan keadaan lain.
Penegakkan diagnosis vertigo dapat
dilakukan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Sekitar 20-40% pasien
dapat didiagnosis segera setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
7.
Tata Laksana Terapi
✣ Penatalaksanaan vertigo berbeda tergantung dari penyebab vertigonya.
Walau demikian, penanganan gejala vertigo pada umumnya dapat
ditangani mengunakan pengobatan yang sama, yaitu betahistine atau
dimenhydrinate. Terapi nonpengobatan yang dapat dilakukan di antaranya
adalah terapi rehabilitasi vestibular dan pembedahan.
farmakologi
✣ Medikamentosa
Medikamentosa utama untuk vertigo adalah betahistine yang digunakan untuk menangani vertigo perifer.
Obat lain yang dapat digunakan di antaranya adalah metoclopramide, dimenhydrinate, ondansetron,
prometazine, atau golongan benzodiazepine seperti diazepam dan lorazepam. Vertigo terkait migraine
dapat ditangani dengan pemberian metoprolol, flunarizine, asam valproat, dan topiramat. [19,23]

Pada vertigo yang disebabkan oleh stroke, medikamentosa untuk stroke juga harus diberikan berupa
pemberian alteplase intravena, aspirin, atau clopidogrel pada stroke iskemik atau pemberian
antihipertensi pada stroke hemorrhagik. [24,25]
✣ Betahistine

Betahistine merupakan obat yang umum digunakan untuk meredakan gejala vertigo, bekerja dengan cara
menyekat reseptor histamin H3 (presinaps) dan H2 (postsinaps, lemah). Betahistine dapat meningkatkan
sirkulasi mikro darah ke telinga dalam (labirin). Efek terapeutik yang optimal tercapai dalam jangka
waktu panjang, sehingga dosis pemberian betahistine direkomendasikan sebesar 24 mg, 2 kali sehari,
selama 2-3 bulan. [19] Betahistine umum digunakan pada vertigo dengan penyebab di perifer seperti
penyakit Meniere dan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV). [26]
farmakologi
Golongan Obat Obat

Golongan Ca-Blocker Flunarisin: dosis 5-10 mg (1x1)

Golongan Antihistamin Dimenhidrinat: dosis 50 mg (3x1)

Golongan Antikolinergik Atropin: dosis 0,4 mg (3x1)

Golongan Phenotiazine Klorpromasin: dosis 25 mg (3x1)

Golongan Benzodiazepin Diazepam: dosis 2-5 mg (3x1)

Golongan Histaminik Betahistik: dosis 8 mg (3x1)

Golongan Antiepilepsi Karbamazepin: dosis 200 mg (3x1)


✣ Nonmedikamentosa

Rehabilitasi vestibular untuk tata laksana vertigo kronis (gejala yang timbul persisten lebih dari 1 bulan)
direkomendasikan untuk mengurangi gejala vertigo. [27] Rehabilitasi vestibular dapat dilakukan untuk
pasien dengan lesi vestibular stabil, lesi perifer atau campuran dengan sentral, pasca trauma, psikogenik,
BPPV dan untuk orang tua dengan vertigo. Rehabilitasi dan latihan ini dapat dilakukan di rumah sehari-
hari dan memiliki prinsip dan tujuan untuk menstabilkan pandangan dan postur, mengurangi vertigo dan
meningkatkan aktivitas sehari-hari. [28]
Kesimpulan
✣ Ada banyak variasi vertigo sehingga diperlukan
menajemen diagnostik yang baik agar tatalaksana yang
diberikan sesuai dengan kondisi pasien.

✣ Menghindari faktor pencetus dapat menjadi salah satu


pencegahan terhadap vertigo.
✣ TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai