Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA

ABDUL HAMID RANI NOVAYATI


ANGGOTA KELUARGA DENGAN MASALAH
ATIKA NURMALA SARI RENITA KESEHATAN ISPA
AULIA RAHMANITA RENI KURNIATI
DWI RIYANTI REVIYANA
FIKI ZULFIKAR TUTI MARYANI
INDAH PERTIWI TENTY JUNIATI
KHOEROH FIRMANSYAH YULIANA FERAWATI
MELATRIYANAH YUNI SETIAWATI
NOPRAN ADI WIJAYA
RANIA PUSPITASARI
Konsep keluarga

1. PENGERTIAN KELUARGA

◦ Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Tahun 1988 dalam
Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga
menurut Harmoko (2012) adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
2. BENTUK KELUARGA

◦ Beberapa bentuk keluarga dapat diklasifikasikan menjadi keluarga tradisional dan keluarga nontradisional adalah sebagai berikut:

Keluarga Tradisional

1.Keluarga Inti

◦ Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah
tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Harmoko (2012), keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak
yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.

2. Keluarga Adopsi

◦ Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua seterusnya dari orang tua
kandung ke orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun
anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasih sayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak
adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
3. Keluarga Besar (extended family)
Keluarga besar adalah keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat
lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan
menurut Harmoko (2012), keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebainya.

4. Keluarga dengan Orang tua Tunggal


Keluarga dengan orang tua tunggal adalah keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal
nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah (Friedman, 2010).

5. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri


Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat
terdiri atas teman – teman seperti mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi
anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).

6. Keluarga Orang Tua Tiri


Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang
berbeda atau sub kelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri
dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak sering kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas perkembangan mereka (Friedman, 2010).

7. Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti,
maternal dan paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
Keluarga non tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain baik dalam bentuk struktur maupun dinamikanya, meskipun
lebih memiliki persamaan satu sama lain dalam hal tujuan nilai daripada keluarga inti tradisional. Orang-orang dalam pengaturan keluarga non tradisional
sering menekankan nilai aktualisasi diri, persamaan jenis kelamin, kemandirian, keintiman dalam berbagai hubungan interpersonal. Bentuk keluarga ini
meliputi :

1. Communal/commune family

Dimana keluarga ini terdiri dari dua pasangan atau lebih dalam satu rumah yang monogami tanpa pertalian keluarga dengan anak-anaknya dan bersama-
sama, dalam penyediaan fasilitas. Tipe ini biasanya terjadi pada daerah perkotaan di mana penduduknya padat.

2. Unmarried parent and child

Keluarga yang terdiri dari ibu anak. Tidak ada perkawinan dan anaknya dari hasil adopsi.

3. Cohibing couple

Keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

4.Institusional

Keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang-orang dewasa yang tinggal bersama-sama dalam panti. Sebenarnya keluarga ini tidak cocok untuk disebut
sebagai keluarga, tetapi mereka sering mempunyai sanak saudara yang mereka anggap sebagai keluarga, sehingga terjadi jaringan yang berupa kerabat.
Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), ada lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga, yaitu :

a. Fungsi Afektif
◦ Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.
Saat ini, ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian.
(Friedman, 2010).

b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial


◦ Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang
diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu
(Friedman, 2010).

c,. Fungsi Perawatan Kesehatan


◦ Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan
(yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga. (Friedman, 2010).

d. Fungsi Reproduksi
◦ Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat. Banyaknya jumlah anak dalam suatu
keluarga menyebabkan kebutuhan keluarga juga meningkat dan padatnya anggota keluarga di dalam rumah dapat menyebabkan udara yang dihirup menjadi berkurang sehingga bisa
mengakibatkan keluarga mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).

e. Fungsi Ekonomi
◦ Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Pendapatan
keluarga yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fasilitas rumah seperti jendela yang cukup akan ventilasi udara, lantai yang bersih atau tidak menyebabkan
adanya debu dan kebutuhan lainnya sehingga balita bisa mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010)
PERAN PERAWAT KELUARGA

◦ Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara
normatif dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang di berikan (Friedman, 2010).
Sedangkan menurut Ayu (2010), pengertian peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut :

a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif

b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga

c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga,

d. Menerima dan mengakui struktur keluarga

e. Menekankan pada kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007).


Konsep Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita
Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
◦ Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2013) adalah radang
akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA
adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Pneumonia
merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi
sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari penyakit lain (Wong, Donna L. 2013).  

Klasifikasi pneumonia
◦ Berdasarkan pedoman MTBS 2008 dalam Susilaningrum (2013), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan dengan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukan
diagnosis medis, melainkan bertujuan untuk membantu petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat
mendapatkan penanganan. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala sebagai berikut :
◦ Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menyusu, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis / tidak sadar.

◦ Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

◦ Terdapat stridor (suara nafas bunyi “grok-grok” saat inspirasi).

b. Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah :
◦ Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 kali per menit atau lebih

◦ Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun apabila frekuensi nafas 40 kali permenit atau lebih.

◦ Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat.
ETIOLOGI
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan
virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Sari, 2013). Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi
terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).

FACTOR RESIKO
Menurut Dewi (2011), faktor resiko meningkatkan resiko penularan pneumokokus diantaranya adalah sebagai berikut :
a.Anak berusia di bawah lima tahun (balita).
b.Anak ada di tempat penitipan anak / playgroup, sehingga ia dapat tertular oleh penderita batuk lain.
c.Anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok.
d.Bayi lahir prematur.
e.Bayi tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI tetapi tidak memadai, kurang gizi, imunisasi tidak lengkap.
f.Anak tinggal di hunian padat atau di lingkungan yang tidak sehat.
g.Sedang terjadi pergantian cuaca, sehingga menyebabkan terhirupnya asap / debu secara berulang-ulang.
h.Sedang terjadi musim hujan.
i.Anak merupakan penderita penyakit kronis seperti asma, HIV, penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
PATOFISIOLOGI
Menurut Kyle, Terri ( 2015) adalah :

a. Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau Mycoplasma pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik
melalui saluran nafas atas atau aliran darah.

b. Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang terbatas pada dinding alveolar.

c. Pada pneumonia bakterial, mukus yang statis terjadi sebagai akibat dari pembengkakan vaskular. Debris sel
berkumpul dalam ruang alveolar. Ekspansi yang sedikit berlebihan dengan udara yang terjebak mengikuti. Inflamasi
alveoli menyebabkan atelektasis, sehingga pertukaran gas menjadi terganggu.

d. Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah pneumonia viral atau aspirasi dan memerlukan penanganan
antibiotik.
PATHWAY ISPA
Manifestasi klinis
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stidor dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial.
Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam tinggi, menggigil, batuk, dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada pemeriksaan
auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan dengan timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat ditemukan adalah distres
pernafasan termasuk nafas cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting). Semua jenis pneumonia memiliki ronki kering
yang terlokalisir dan penurunan suara respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi pekak pada pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).

Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi & Yuliani. 2010) antara lain :

a. Serangan akut dan membahayakan

b. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)

c. Batuk

d. Rales (ronki)

e. Wheezing

f. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)


PENCEGAHAN
Menurut Wong, Donna. L (2013), penggunaan vaksin polisakarida pneumokokus dianjurkan pada individu tertentu, seperti
anak-anak yang berusia lebih dari 2 tahun yang berisiko menderita infeksi pneumokokus atau berisiko menderita penyakit
serius. Bayi atau anak yang menderita pneumonia kambuhan harus dievaluasi lebih lanjut untuk adanya fibrosis kistik.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak menurut Sari (2013) antara lain :

a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak
yang mengandung cukup gizi.

b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila
kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
PENATALAKSANAAN
Menurut Alimul (2012), tindakan yang dapat dilakukan pada masalah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut apabila didapatkan pneumonia berat atau
penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :

a. Berikan dosis pertama antibiotika


Pilihan pertama adalah kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoxsilin dengan ketentuan dosis sesuai petunjuk dokter

b. Lakukan rujukan segera


Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja maka tindakannya adalah sebagai berikut : berikan antibiotika yang sesuai selama 5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri
tahu ibu atau keluarga walaupun harus segera kembali ke petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 2 hari. Sedangkan apabila hasil klasifikasi ditemukan batuk dan bukan pneumonia
maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian pelega tenggorokan atau pereda batuk yang aman, lakukan pemeriksaan lebih lanjut, beri tahu kepada keluarga atau ibu kapan harus segera kembali ke
petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.

Sedangkan merurut Dewi (2011), perawatan balita di rumah adalah sebagai berikut:

◦ Tingkatkan pemberian makanan bergizi dan selalu berikan ASI.

◦ Bila badan anak panas, kompres dengan air hangat. Jangan dipakaikan selimut tebal.

◦ Jika anak panas, beri minum obat paracetamol.

◦ Jika batuk, beri obat batuk tradisional campuran 1/4 sendok teh jeruk nipis ditambah 2/3 sendok teh kecap atau madu dan diberikan 3-4 kali sehari.

◦ Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan bersih.

◦ Beri minum lebih banyak daripada biasanya.


TINJAUAN KASUS

◦ Sebuah keluarga memiliki 2 balita tinggal di rumah kontrakan dengan luas 3x10 m². Salah satu anaknya
menderita ISPA. Hasil pemeriksaan Anak tampak batuk, dan tidak bisa mengeluarkan dahak. Terdapat lendir
dalam hidungnya.Kepala keluarga memiliki riwayat Ashma, akan kambuh jika kelelahan. Pendapatan 1,5 juta.
Memiliki kendaraan motor, jauh dari pelayanan kesehatan.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

◦ Dalam pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga. Dari hasil
pengumpulan data pada keluarga diperoleh data-data sebagai berikut
I. DATA UMUM

◦ Nama kepala keluarga : Tn. D

◦ Alamat dan nomor telepon lengkap : jl. Nuri baru no.3

◦ Komposisi keluarga

N
o Nama Jenis Hubungan dengan KK Umur Pendidikan Pekerjaan
kelamin
1
Tn. D L Kepala Keluarga 33 tahun SMA Tukang Ojek

2
Ny. S P IRT 30 tahun SMA IRT

3
An. A L Anak 4 tahun - -
4
An. P P Anak 2 Tahun - -
GENOGRAM
Tipe Keluarga

Keluarga Tn. D merupakan tipe kelurga inti ( nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak

Suku

Keluarga Tn. D berasal dari suku betawi, tidak ada kebiasaan khusus yang dilakukan keluarga. Tidak ada kebiasaan konsumsi
makanan tertentu di dalam keluarga. Bahasa yang digunakan sehari-hari Bahasa Indonesia, bila ada keluarga yang sakit keluarga
hanya membelikan obat warung

Agama
Semua keluarga Tn. D menganut agama islam. Mereka menjalankan ibadah sehari-hari seperti biasa.

Status kelas social (berdasarkan pekerjaan, Pendidikan dan pendapatan)

Sumber pendapatan keluarga Tn.D berasal dari Tn. D yang bekerja sebagai tukang ojek, pendapatan yang didapatkan sebulan 1.5juta.
terkadang keluarga Tn. D mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah maupun warga sekitar rumah nya.

Rekreasi keluarga

Keluarga Tn. D sangat jarang dan hampir tidak pernah melakukan rekreasi keluarga. Keluarga Tn. D tidak mempunyai biaya lebih untuk
melakukan rekreasi keluarga.
◦ Tahap perkembangan dan sejarah keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini :

Tahap perkembangan keluarga Tn. D saat ini ialah tahap perkembangan keluarga dengan anak balita dengan usia anak
pertamanya 4 tahun.

Dengan tugas perkembangan nya sebagai berikut :


a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga

b. Mensosialisasikan anak

c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya

d. Mempertahankan hubungan yang sehat

e. Menanamkan nilai dan norma kehidupan

f. Memenuhi kebutuhan bermain anak.

◦  
Tahap perkembangan yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan yang belum terpenuhi ialah tahap memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

Anak pertama Tn. D yaitu An. A berusia 4 tahun menderita ISPA sejak 1 bulan yang lalu. Dengan pemenuhan nutrisi yang kurang sehat dan
kondisi lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat menyebabkan An. A mengalami infeksi di saluran pernapasan (ISPA). Keluarga Tn. D
hanya mampu memberikan makanan seadanya untuk anak-anaknya. Anak-anaknya jarang makan makanan yang bergizi.

Riwayat keluarga inti

Pada saat dilakukan pengkajian, diperoleh data :

◦ Tn. D : Saat ini tidak ada keluhan, tetapi bila kerja terlalu berat atau kelelahan mengalami sesak napas akibat asma nya yang kambuh

◦Ny. S : Hingga saat ini mengatakan tidak ada keluhan.

◦An. A : menderita ISPA, mengalami batuk dan sulit mengeluarkan dahak, hidung berlendir

◦An. P : Hingga saat ini mengatakan tidak ada keluhan

Riwayat keluarga sebelumnya

◦ Tn. D mempunyai penyakit asma yang merupakan keturunan dari ibu kandungnya yang sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu.
Sedangkan dari keluarga istri Tn. D tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Anda mungkin juga menyukai