Anda di halaman 1dari 11

Ketentuan Umum dan Tata Cara

Kelompok 2:

Yossy Ariyani
Ervia Narimaning Tiyas
Khuliyatur Rofingah
A. Prosedur Perpajakan.
• Prosedur perpajakan adalah mekanisme yang mengatur bagaimana hak dan
kewajiban perpajakan suatu wajib pajak dilaksanakan. Peraturan perundang-
undangan perpajakan yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Penjualan Atas
Barang Mewah.Dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983, disadari
bahwa banyak masalah dihadapi yang ternyata belum diatur dalam Undang-undang
ini sehingga menuntut perlunya penyempurnaan. Penyempurnaan tersebut sejalan
dengan arah dan tujuan pembangunan nasional serta kebijaksanaan Pemerintah
dalam Pembangunan Harapan masyarakat terhadap adanya aparatur perpajakan
yang makin mampu dan bersih, dituangkan dalam berbagai ketentuan yang bersifat
pengawasan dalam Undang-undang ini. Menurut ketentuan Undang-undang ,
administrasi perpajakan aktif dalam melaksanakan pengendalian administrasi
pemungutan pajak yang meliputi tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan,
dan penerapan sanksi perpajakan. Pembinaan masyarakat Wajib Pajak dapat
melakukan pemberian penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media
massa maupun penerangan langsung kepada masyarakat.
arah dan tujuan penyempurnaan Undang-undang perpajakan ini adalah dalam
memenuhi amanat Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 yang mengacu pada
kebijaksanaan pokok sebagai berikut
• Menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan pembiayaan
pembangunan yang sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak
• Menunjang usaha pembangunan secara merata, mendorong investasi secara merata
di seluruh wilayah Republik Indonesia, terutama untuk mendorong pembangunan
di daerah terpencil yang selama ini dirasakan terbelakang atau terlambat
perkembangannya, baik dalam rangka pemerataan pembangunan dan
pendayagunaan sumber daya alam maupun dalam rangka peningkatan penerimaan
pajak dalam jangka panjang.
• Menunjang usaha peningkatan ekspor, terutama ekspor non migas, barang hasil
olahan, dan jasa-jasa dalam rangka meningkatkan perolehan devisa.
• Menunjang usaha pengembangan usaha kecil untuk mengoptimalkan
pengembangan potensinya, dan dalam rangka pengentasan sebagian masyarakat
dari kemiskinan.
• Menunjang usaha pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, dan
teknologi
B. Kewajiban Memperoleh NPWP dan NPPKP.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan oleh direktur
jendral pajak kepada wajib pajak sebagai suatu sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakanya. Nomor Pokok
Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran
pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.
a. Fungsi NPWP
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 20017, fungsi NPWP adalah sebagai berikut:
• Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
• Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dari dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
• Keperluan terkait dokumen perpajakan, termasuk keperluan pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa danTahunan.
• Memenuhi kewajiban perpajakan.
• Mendapatkan pelayanan instansi tertentu yang mewajibkan pencantuman
NPWP dalam dokumen yang diwajibkan, misalnya pengajuan kredit usaha di
bank.
• Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)
NPPKP adalah nomor yang diberikan kepada pengusaha yang memenuhi
syarat sebagai PKP terhadap WP atau pengusaha kena pajak yang tidak
memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya
maka dapat diterbitkan NPWP dan/atau pengukuhan pengusaha kena pajak
secara jabatan Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak.berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya. Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan bahwa “Setiap
Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan
usahannya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang nilai kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak”. Fungsi
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain digunakan untuk mengetahui
identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya juga berguna untuk
melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah serta untuk pengawasan administrasi
perpajakan.
C. SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk
melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan. Fungsi SPT
bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk
malaporkan tentang;
Pembayaran Pajak
• Membayar sendiri pajak yang terutang
• Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh pasal 4 (2), PPh
pasal 15, PPh pasal 21, 22, dan 23, serta PPh pasal 26). Pihak lain yang
dimaksud adalah pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain yang
ditunjukan atau ditetapkan oleh pemerintah
• Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24).
• Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah (misalnya bendaharawan pemerintah).
• Pembayaran pajak-pajak lainnya seperti:
 Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
 Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),
 Pembayaran Bea Materai
D. Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
Tata cara pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak diatur sebagai berikut;
• Pengembalian pembayaran pajak yang masih tersisa tersebut dilakukan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
• Kelebihan pembayaran pajak dikembalikan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
atas nama Direktur Jendral Pajak dengan menerbitkan Surat Keputusan
Pengembalian 3. Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP).
• Atas dasar SKPKPP tersebut, Kantor Pelayanan Pajak atas nama Menteri Keuangan
menerbitkan SPMKP per jenis pajak dan per masa/tahun pajak.
• SPMKP dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut;
a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
mitra kerja Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan SPMKP.
b. Lembar ke-3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan
c. Lembar ke-4 untuk Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan 5 PMKP.
• Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara mengembalikan lembar ke-2 SPMKP
disertai Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) lembar ke-2 kepada penerbitan
SPMKP setelah dibubuhi cap tanggal dan nomor penerbitan SP2D.
• SPMKP beserta SKPKPP wajib disampaikan Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum jangka
waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada huruf b diatas terlampaui.
E. STP dan Tata cara penagihan pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Surat Tagihan Pajak atau STP adalah
surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
Secara hukum, Surat Tagihan Pajak memiliki kedudukan yang sama dengan Surat
Ketetapan Pajak. . Secara lengkap, alasan dan ketentuan penerbitan STP dibahas dalam
Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 sebagai berikut:
• Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak dibayar atau kurang bayar.
• Terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung.
• Adanya pengenaan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.
• Pengusaha yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tidak membuat
faktur pajak.
• Pengusaha yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) membuat faktur
pajak tidak tepat waktu.
• Pengusaha yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap.
• PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur.
• PKP yang gagal produksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan pencegahan dan penyanderaan
terhadap Wajib Pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatifdalam membayar hutang
pajaknya.
TAHAPAN PROSES PENAGIHAN
• Pejabat menerbitkan Surat Teguran setelah lewat waktu 7 hari sejak saat jatuh tempo
• Apabila setelah lewat waktu 21 hari terhitung sejak tanggal Surat Teguran disampaikan, Penanggung Pajak belum
melunasi Utang Pajak, Surat Paksa diterbitkan oleh Pejabat dan diberitahukan secara langsung oleh Jurusita Pajak
kepada Penanggung Pajak.
• Apabila setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan, Penanggung Pajak belum
melunasi Utang Pajak, Pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan Penyitaan dan Jurusita Pajak melaksanakan
Penyitaan terhadap Barang milik Penanggung Pajak.
• Dalam hal Penyitaan dilakukan terhadap harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada LJK, LJK Lainnya,
dan/atau Entitas Lain, Pejabat melakukan permintaan Pemblokiran terlebih dahulu.
• Apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan, Penanggung Pajak belum melunasi Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, Pejabat melakukan pengumuman lelang atas Barang sitaan yang akan dilelang.
• Apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pengumuman lelang, Penanggung Pajak belum melunasi Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, Pejabat melakukan penjualan Barang sitaan Penanggung Pajak melalui kantor
lelang negara.
• Apabila setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan terhadap Barang sitaan yang
penjualannya dikecualikan dari penjualan secara lelang, Penanggung Pajak belum melunasi Utang Pajak dan Biaya
Penagihan Pajak, Pejabat segera menggunakan, menjual, dan/atau memindahbukukan Barang sitaan.
• Dalam hal telah dilakukan upaya penjualan Barang sitaan secara lelang dan/atau penggunaan, penjualan, dan/atau
pemindahbukuan Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang Pejabat dapat mengusulkan
Pencegahan.
• Pengusulan Pencegahan dapat dilakukan setelah tanggal Surat Paksa diberitahukan tanpa didahului penerbitan surat
perintah melaksanakan Penyitaan, pelaksanaan Penyitaan, atau penjualan Barang sitaan,
• Dalam hal terhadap Penanggung Pajak telah dilakukan Pencegahan, Penyanderaan dapat dilakukan terhadap
Penanggung Pajak dalam jangka waktu paling cepat 30 (tiga puluh) hari sebelum berakhirnya masa Pencegahan atau
berakhirnya masa perpanjangan Pencegahan.
• Penyanderaan dapat dilakukan setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan
F. SANKSI PERPAJAKAN
Dikenal 2 macam sanksi :
• Sanksi Administrasi : Pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa
bunga dan kenaikan. Seperti Bunga 2% per tahun, Denda administrasi dsb.
• Sanksi Pidana : Siksaan/Penderitaan merupakan suatu alat terakhir atau benteng
hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Seperti denda
pidana, kurungan, dan penjara. 
SANKSI PIDANA
Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:
• Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
ataudipalsukan seolah-olah benar.
• Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak memperhatikan
atautidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya;atau
• Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuanatau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online diIndonesia.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling
banyak 4(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
Integrasi Ayat
‫ُطهَا ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَتَ ْق ُع َد‬ َ ِ‫ك َم ْغلُ ْولَةً اِ ٰلى ُعنُق‬
ْ ‫ك َواَل تَ ْبس‬ َ ‫• َواَل تَ ْج َع ْل يَ َد‬
‫َملُ ْو ًما َّم ْحس ُْو ًرا‬
Dan janganlah engkau jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula)
engkau terlalu mengulurkannya (sangat
pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan
menyesal.

Anda mungkin juga menyukai