KEPERAWATAN
pada klien sehat jiwa
usia toddler & prasekolah
-FG 2-
Members :
KELOMPOK 2
Riska Aprilia 2106763221
Ulfah Eka Viani 2106763303
Cita Wulan Pasa 2106762824
Liya Kurniasari 2106763070
Neni Junaeni 2106763120
Ria Maretha 2106763190
Yulinnar Trisnawati 2106763341
ASUHAN KEPERAWATAN
pada usia toddler
TOPIK PEMBAHASAN
● Ciri- ciri anak toddler (1-3 tahun) berada dalam tahap pertumbuhan
jasmani yang pesat oleh karena itu mereka sangat lincah. Anak usia
tersebut secara mental mempunyai jangka perhatian yang singkat, suka
meniru oleh karena itu jika ada kesempatan perhatikan mereka dengan
sebaik-baiknya.
● Segi emosional anak usia ini mudah merasa gembira dan mudah merasa
tersinggung. Kadang – kadang mereka suka melawan dan sulit diiatur.
Segi sosial anak toddler (1-3 tahun) sedikit antisosial. Wajar bagi mereka
untuk merasakan senang bermain sendiri dari pasa bermain secara
kelompok.
Tugas Perkembangan
● Belajar berbicara, Co : belajar menyebut
“Ayah”, “Ibu”, atau benda disekitar ● Pembentukan konsep – konsep
sederhana tentang realitas fisik
● Toilet training, untuk membentuk anak dan sosial
yang berhati – hati, dapat menguasai
diri, mendapat pandangan jauh ke ● Belajar kontak perasaan dengan
depan, dll orangtua, keluarga, dan orang lain,
serta menghubungkan diri sendiri
● Belajar membedakan jenis kelamin
secara emosional
● Belajar mencapai stabilitas fisiologis,
● Belajar membedakan mana yang
anak akan cepat sekali merasakan
baik dan buruk serta
perubahan dari panas kedingin oleh
mengembangkan kata hati
karena itu anak harus belajar menjaga
keseimbangan terhadap perubahan
Peran orang tua
● Peran orang tua pada fase otonomi adalah selalu mendukung anak. Apabila
orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka hal ini
dapat menimbulkan rasa malu atau ragu akan kemampuannya. Misalnya
orang tua yang selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah
dilakukan oleh anak. Pada masa ini anak perlu bimbingan dengan akrab,
penuh kasih sayang tetapi juga tegas sehingga anak tidak mengalami
kebingungan.
● Peran orang tua pada fase anal adalah membantu anak mencapai kontinensia
tanpa kontrol yang terlalu ketat atau overpermissive
● Pada Fase perkembangan kognitif anak perlu dibimbing lebih akrab, penuh
kasih sayang tetapi juga tegas sehingga anak tidak mengalami
kebingungan
● Pada perkembangan spiritual peran orang tua adalah meningkatkan rasa
aman pada toddler.
● Berilah kesempatan untuk bermain sendiri tetapi juga ditawarkan kegiatan yang
mendorongnya untuk berpartisipasi dengan anak –anak lain.
Simulasi pada anak Toddler
1. Pada anak usia 12-15 bulan untuk melatih kemampuan gerak kasar stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain
dengan bermain bola, berjalan sendiri, menarik mainan bila anak sudah dapat berjalan tanpa berpegangan, berikan
mainan yang bisa ditarik ketika anak berjalan. Stimulasi kemampuan gerak halus yang dapat dilakukan dengan
beberapa permainan seperti permainan balok, Memasukkan dan mengeluarkan benda, Memasukkan benda yang
satu ke benda yang lain.Stimulasi yang dapat diberikan untuk melatih kemampuan bicara dan bahasa adalah dengan
membuat suara, menyebut nama bagian tubuh, pembicaraan.
2. Pada anak usia 15-18 bulan, stimulasi kemampuan gerak kasar yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain dengan
berjalan mundur, berjalan naik dan turun tangga, berjalan sambil berjinjit, menangkap dan melempar bola.
Kemampuan gerak halus, stimulasi yang perlu untuk dilakukan antara lain dengan bermain dengan balok-balok,
memasukkan benda yang satu ke benda yang lain, menggambarkan dengan krayon atau pengsil warna. Kemampuan
bahasa menunjukkan kepada anak buku dan bacaan setiap hari, menyanyikan lagu atau sajak untuk anak, mengajari
anak untuk menggunakan kata-kata yang menyatakan keinginannya. Ajarkan cara menelpon dan ajak anak untuk
“menelpon” nenek atau ayah yang sedang bekerja. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian, Stimulasi yang perlu
untuk dilanjutkan, antara lain bujuk dan tenangkan anak ketika rewel, buai anak dengan penuh kasih saying
Simulasi pada anak Toddler
3. Pada Anak usia 18-24 bulan untuk melatih kemampuan gerak kasar, stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara
lain yaitu dorong anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit, bermain dengan air, menendang, menangkap dan
melempar bola, berjalan naik turun tangga. Kemampuan bicara dan Bahasa dapat distimulasi dengan cara
bernyanyi, bercerita dan membaca sajak, serta syair, bicara banyak pada anak menggunakan kalimat yang pendek
tapi jelas dan mudah ditiru anak.
4. Pada anak usia 24-36 bulan, kemampuan gerak kasar dapat distimulasi dengan mendorong anak agar mau untuk
memanjat, berlari, bermain air atau tanah, melompat, melatih keseimbangan badan dan bermain bola. Kemampuan
bicara dan bahasa dengan membacakan buku cerita kepada anak. Hal ini mengandung pesan bahwa membaca buku
itu bermanfaat dan penting. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dengan membujuk anak ketika ia kecewa
dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya, ajak anak untuk pergi keluar seperti ke toko, tempat bermain,
kebun binatang dan lain-lain.
Simulasi pada anak Toddler
3. Pada Anak usia 18-24 bulan untuk melatih kemampuan gerak kasar, stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara
lain yaitu dorong anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit, bermain dengan air, menendang, menangkap dan
melempar bola, berjalan naik turun tangga. Kemampuan bicara dan Bahasa dapat distimulasi dengan cara
bernyanyi, bercerita dan membaca sajak, serta syair, bicara banyak pada anak menggunakan kalimat yang pendek
tapi jelas dan mudah ditiru anak.
4. Pada anak usia 24-36 bulan, kemampuan gerak kasar dapat distimulasi dengan mendorong anak agar mau untuk
memanjat, berlari, bermain air atau tanah, melompat, melatih keseimbangan badan dan bermain bola. Kemampuan
bicara dan bahasa dengan membacakan buku cerita kepada anak. Hal ini mengandung pesan bahwa membaca buku
itu bermanfaat dan penting. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dengan membujuk anak ketika ia kecewa
dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya, ajak anak untuk pergi keluar seperti ke toko, tempat bermain,
kebun binatang dan lain-lain.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
Kasus
Ibu A (28 tahun) memiliki anak perempuan (anak D) berusia 2,5
tahun. Ibu A sering mengajak anak I bermain dengan permainan
yang menarik seperti bermain air atau tanah di halaman rumah.
Menurut Ibu A ia cenderung untuk berusaha memenuhi apa yang
diminta oleh anaknya namun kadang-kadang ia pun dapat tegas
untuk menolak keinginan anaknya. Ibu A mengatakan belum
memiliki pengalaman mengenai pengajaran dan pengasuhan yang
tepat untuk anak usia toddler (1-3 tahun).
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
A. Pengkajian
❖ Pada kasus ditemukan data demografi usia anak D 2,5 Tahun, usia Ibu D
28 Tahun.
❖ Perkembangan motorik ditunjukkan dengan kegiatan bermain air dan tanah
di halaman rumah, bermain tersebut meliputi kegiatan duduk, berdiri dan
berjalan, melakukan gerakan yang lebih aktif meliputi berlari, melompat,
melempar, menangkap, dan koordinasi mata yang baik.
❖ Perkembangan psikososial dan kognitif terlihat ketika anak D dapat
menunjukkan keinginannya kepada ibu D dan menerima ketika ibu D
menolak dengan tegas keinginan anak D,
❖ Pembelajaran peran dan bermain ditunjukkan dengan kegiatan bermain air
dan tanah dengan menggunakan indra yang dimiliki anak D yakni penggunaan
indra sentuhan, penciuman, pendengaran dan penglihatan dalam membangun
kemampuan motorik halus dan menyediakan masukan sensorik yang
berhubungan dengan dunia.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
B. Diagnosa
Selain itu dapat dilakukan melatih anak melakukan kegiatan rumah tangga yang sederhana secara mandiri.
(Keliat dkk, 2019)Pengasuhan pada usia anak toodler berpusat pada perawatan, berubah ke arah kegiatan –
kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian disiplin yang akhirnya mengajak anak untuk menalar
terhadap sesuatu.(Danal dkk, 2021)
Lalu menghindari menggunakan kata perintah dan suasana yang membuat anak bersikap negatif.(Keliat
dkk, 2019) Hal tersebut mencegah anak untuk melakukan penolakan dan tindakan keras kepala. (Danal, dkk
2021).
An. I diberikan implementasi dengan memberikan mainan sesuai perkembangan.(Keliat dkk 2019) Hal
yang dapat dilakukan pada An. I seperti melakukan permainan yang membutuhkan interaksi dengan teman
bermain dan membuat rumah – rumahan.(Danal dkk, 2021).
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi selanjutnya melatih anak mengenal tindakan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. (Keliat dkk, 2019) Anak I mampu mengembalikan kontrol diri dasar sesuai dengan tugas
perkembangan usianya.(Danal dkk, 2021).
Lalu melatih disiplin dan tata krama(Keliat dkk, 2019). An. I dilatih untuk melakukan kontrol diri. Dengan
melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan.(Keliat, dkk, 2019) Mengajak anak untuk melakukan ritual
keagamaan sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga, contoh kecilnya yaitu berdoa.
Diantaranya menjelaskan perkembangan yang harus dicapai kanak – kanak. (Keliat, dkk 2019). Pada usia
anak 1 tahun untuk berpikir tentang objek atau orang. Lalu pada usia sekitar 2 tahun, meningkatnya kemampuan
kata – kata sebagai simbol memungkinkan balita menggunakan pemikiran praoperasional (Jane Ball et. al, 2017).
Lalu melatih cara memfasilitasi kemandirian kanak – kanak merawat diri: makan sendiri, mandi sendiri,
berpakaian sendiri dan toileting sendiri.(Keliat, dkk, 2019)
Kita tahu bahwa anak – anak belum siap untuk toilet training sampai beberapa kemampuan perkembangan
tercapai seperti mampu berdiri dan berjalan dengan baik, untuk menarik celana keatas dan ke bawah, untuk
mengenali kebutuhan eliminasi dan kemudian untuk bisa menunggu mereka berada di kamar mandi. (Jane Ball et.
al, 2017).
D. Implementasi Keperawatan
Kesiapan ini difasilitasi dengan memberikan kursi kecil pada toilet anak. Anak dapat diberikan
penghargaan atau pujian atas keberhasilannya. Jika anak tampak tidak mengerti atau tidak ingin bekerja sama
sebaiknya menunggu beberapa minggu kemudian coba lagi. (Jane Ball et. al, 2017).
Melatih cara memfasilitasi kemandirian kanak – kanak dalam kegiatan rumah tangga yang sederhana.
(Keliat dkk, 2019) Hal tersebut merupakan bagian dari kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak.
Melatih anak untuk menjadi mandiri.(Danal, dkk 2021)
Selain itu mengajarkan cara melatih dengan: jelaskan, beri contoh, damping,motivasi dan beri pujian.
(Keliat dkk, 2019)Dalam kondisi ini perawat sebagai fasilitator untuk memberikan informasi kepada ibu
bagaimana cara melakukan hal tersebut.
Lalu mendiskusikan tanda penyimpangan perkembangan dan cara mengatasi serta penggunaan Pelayanan
Kesehatan.(Keliat dkk, 2019)Dalam hal ini perawat mampu memberikan infomasi dengan cara berdiskusi dengan
Ibu. A.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tabel perkembangan bahasa pada usia toodler tercantum target usia 2 tahun yaitu anak bisa
menggunakan 300 kata, menggunakan 2 atau 3 suku kata dan menggunakan kata ganti. Lalu target pada usia 2-5
tahun yaitu anak menyebutkan nama panggilan dan nama lengkapnya, anak juga menggunakan kata jamak.
(Danal dkk, 2021).
Lalu untuk usia 30 bulan perkembangan motorik halus yaitu anak mampu menyusun 8 balok keatas dan
menyalip lintasan. Perkembangan motorik kasar pada usia 30 bulan yaitu anak mampu melompat dengan kedua
kakinya. (Danal dkk, 2021).
Pada usia 24-36 bulan kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak memiliki beberapa target.
Diantaranya melatih buang air kecil dan buang air besar di WC atau kamar mandi, berdandan dan memilih
pakaian sendiri serta mampu berpakaian sendiri. Pada usia 36-48 bulan anak mampu mengancingkan kancing
tarik (Danal, 2021).
F. Dokumentasi Keperawatan
Pada perkembangan bahasa usia toodler hal yang didokumentasikan diantaranya:
S: Ibu A mengatakan An. I mampu menyebutkan nama panggilan dan nama lengkapnya, menggunakan
300 kata.
A: Masalah teratasi
Lalu untuk perkembangan motorik anak hal yang harus didokumentasikan yaitu
S: Ibu A mengatakan An. I mampu meniru gerakan vertical dan berjalan menaiki tangga
An. I tampak meniru gerakan vertical dan terlihat dapat menaiki tangga
P: Melakukan pengecekan kembali pada form ceklis dan melatih kembali perkembangan motorik anak
F. Dokumentasi Keperawatan
Pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian yaitu
An. I tampak belajar malakukan buang air besar dan kecil di kamar mandi
P: Melakukan pengecekan kembali pada form ceklis dan melatih anak untuk memilih pakaian,
berpakain,membuat rumah – rumahan dan melakukan permainan yang dapat berinteraksi dengan temannya.
ASUHAN KEPERAWATAN pada
usia prasekolah
TOPIK PEMBAHASAN
Perkembangan Perkembangan
Perkembangan
Kominikasi dan Emosional dan
Sensorik
Bahasa Sosial
Perkembangan Otak
Memandang masalah
dari satu sudut pandang
- Paham konsep benar dan salah dan sedang mengembangkan hati nurani
- Standar moral adalah orang tua atau orang dewasa yang berpengaruh
- Belajar menghadapi marah
- Anak termotivasi oleh konsekuensi dari ancaman, oleh karena itu sejak awal perkembangan
moral mereka, dapat diamati bahwa mereka sangat memperhatikan tentang hukuman
daripada perasaan orang lain.
Tugas orang tua dalam fase perkembangan ini adalah membuat strategi disiplin
dikombinasikan dengan strategi proaktif untuk mengajarkan hal yang benar dan salah. Selain
itu orang tua harus mengajarkan agama dengan memberikan contoh.
Perkembangan Ketrampilan Motorik Kasar
Usia 3-4 tahun Mulai menggunakan ritsleting dan kancing, dan terus
mendapatkan kemandirian dalam berpakaian dan membuka
pakaiannya sendiri, mampu mengguanakan gunting untuk
memotong kertas.
Usia 4-5 tahun Anak-anak terus mengasah keterampilan motorik halus dan
membangun keterampilan sebelumnya
Perkembangan Keterampilan Motorik Halus
Ada 15 kegiatan yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih kemampuan
motorik halus yaitu menggunting kertas, melipat kertas, menghubungkan titik-
titik, menjiplak, meronce, menempel bentuk, bermain playdough atau wax,
menyobek dan mendaur ulang kertas, menggambar dan mewarnai, memecahkan
plastic bergelembung pembungkus barang, memindahkan barang dengan jepitan
jemuran, memasang tali sepatu, mainan menjahir dan meyusun balok.
Perkembangan Sensorik
Anak usia prasekolah yang masih muda mungkin memiliki indera perasa yang tidak terlalu
membeda-bedakan daripada anak yang lebih besar, mereka berisiko lebih tinggi untuk
menelan benda asing secara tidak sengaja.
Tugas orang tua dalam perkembangan ini adalah melatih perkembangan sensorik anak
melalui permainan-permainan. Ada empat contoh permainan yang bisa dilakukan adalah:
1. Merangsang kemampuan linguistik yaitu dengan memberikan barang-barang untuk
bermain.
2. Membangun kemampuan kognitif yaitu contohnya dengan cara meminta anak untuk
menyusun balok kayu, cara ini akan mengajarkan mereka untuk membuat keputusan,
memecahkan masalah dan berpikir kreatif Ketika memiliki kesempatan.
3. Mendorong bersosialisai dengan cara melibatkan anggota keluarga dalam sebuah
permainan antrian untuk mengambil minum atau makan.
4. Untuk kesehatan fisik dengan cara bermain lompat kodok, main bola atau berjalan
mengikuti garis.
Perkembangan Komunikasi dan Bahasa
Anak usai 3 tahun menggunakan kalimat pendek hanya berisi informasi
penting. Kosakata pada anak usai 3 tahun terdiri dari sekitar 900 kata.
Anak usia prasekolah dapat memperoleh sebnayak 10 hingga 20 kata
baru per hari dan pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata 2.100
kata. Pada akhir usia prasekolah anak menggunakan kalimat yang
terstruktur seperti orang dewasa. Anak usia 3 hingga 6 tahun mulai
mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan suara, suku kata
dan kata-kata saat berbicara.
Peran orangtua adalah melakukan komunikasi yang bersifat konkret
karena mereka belum mampu berpikir abstrak.
Perkembangan Emosional dan Sosial
3-4 Tahun
1. Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan dasar seperti
sedih, Bahagia, marah dan bersemangat
2. Anak mampu merasa menyesal dan mengerti dia harus meminta maaf Ketika dia
telah melakukan kesalahan meskipun Anda mungkin perlu memberikan banyak
pengingat.
3. Anak merasa murah hati dan menunjukkan bahwa dia memahami bahwa dalam
hidup kita harus saling berbagi dengan orang lain tetapi jangan berharap dia berbagi
sepanjang waktu
Perkembangan Emosional dan Sosial
4-5 Tahun
1.Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang
lebih kompleks seperti frustasi/kegagalan, jengkel dan malu
2.Anak mampu menyembunyikan kebenaran tentang sesuatu, jika dia merasa
bersalah, malu atau takut
3.Anak mampu lebih baik dalam mengelola emosi yang kuat seperti kemarahan,
frustasi dan kekecewaan, dan memiliki lebih sedikit amarah.
Perkembangan Emosional dan Sosial
5 Tahun
1. Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang kompleks
seperti rasa bersalah atau kecemburuan
2. Anak menjadi lebih sadar akan perasaannya terhadap orang lain dan menindaklanjutinya,
misalnya anak Anda mungkin baik kepada teman dan keluarga dan ingin lebih membantu
Anda.
3. Anak akan berusaha sungguh-sungguh untuk emngikuti aturan agar terhindar dari
masalah.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Pra
Sekolah
Kasus
Seorang mahasiswa FIK UI sedang melakukan praktik keperawatan jiwa di suatu RT
dan berkunjung ke rumah Ibu Lina yang memiliki anak perempuan bernama D
berusia 5 tahun. Ibu Lina mengemukakan kepada mahasiswa bahwa D sangat senang
bermain boneka atau masak-masakan dengan teman-teman sebayanya, kadang susah
untuk diajak tidur siang. Anak D juga sering berlari-larian, bermain prosotan,
ayunan bersama teman-temannya sehingga lupa mandi sore. Ibu Lina menanyakan
apakah anaknya berkembang normal dan mengatakan bahwa ia belum mengetahui
apa kemampuan yang harus dicapai oleh anak umur 5 tahun.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah
A. Pengkajian
❖ Pada kasus ditemukan data demografi seorang Ibu berinisial Ibu L
memiliki Anak perempuan usia 5 tahun yang bernama Anak D.
A. Pengkajian
❖ Perkembangan psikososial pada anak D yaitu terjadi hubungan yang baik antara anak
D dengan teman sebayanya dari hasil pernyataan Ibu Lina yang menyebutkan bahwa
anak D senang bermain bersama teman-temannya, anak D juga sudah mengetahui
permainan sesuai gendernya perempuan yaitu seperti bermain boneka, dan masak-
masakan, anak D juga senang bermain lari-larian, prosotan, dan ayunan yang
merupakan permainan yang sudah dijumpai pada taman kanak-kanak.
Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (Keliat, et,al. 2019)
bertujuan untuk membentuk sesuatu, menciptakan Terapi menonton interaksi Bersama pet,
bangunan dengan alat permainan yang tersedia. intervensi yang dilakukan meliputi
Contohnya: menyusun puzzle, lego atau balok kayu seentuhan langsung, memfasilitasi sentuhan
(Danal, 2021).. dan pukulan langsung (Danal, 2021).
3. membantu anak mengenal dan 4. Melatih disipiplin waktu belajar dan waktu
mamahi nilai moral menggunakan bermain menggunakan metode pretended play
metode wayang (bermain peran)
metode pretend play (bermain pura-pura). Tujuannya agar
Pada metode wayang, dalang memberikan drama anak dapat melakukan imitasi (meniru), baik berupa peran
singkat dan lucu untuk memberikan pesan moral orang lain, suatu objek, atau menirukan suatu gerakan
(Danal, 2021) (Mutiah, 2019)
Implementasi Ners pada anak :
1. menjelaskan perkembangan yang
harus dicapai anak pra sekolah, 2. melatih cara memfasilitasi inisiatif anak pra
mengunakan metode sekolah , orang tua dapat menerapkan metode
brainstorming pretend play
Bertujuan untuk mengajak orang tua berdiskusi tentang metode pretend play pada anak sehingga apabila
tahapan perkembangan anak usia 5 tahun dan dilakukan selama beberapa kali, anak akan terbiasa
mencocokan dengan perjembangan anak D. (Brunner,
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh orang tua saat
2018)
berminan peran (Mutiah, 2019).
E. Evaluasi Keperawatan
● Hal ini dapat menilai aspek psikomotor
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien dan afektif pada anak, yaitu keterampilan
terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan serta perasaan atau sikap dalam mengikuti
(Maha, 2019). instruksi.
● Karena perilaku mengikuti instruksi yang
Evaluasi yang dilakukan adalah menggunakan evaluasi ditampakkan dapat membangun
sumatif. Pada Anak: kedisiplinan dalam anak.
● Hal tersebut sesuai dengan arti disiplin
1. Melatih disiplin waktu belajar, waktu bermain,
dalam Chrismayanti (2016) yaitu perilaku
dan lain-lain.
seseorang yang belajar dari diri sendiri
Hal yang akan di evaluasi adalah kemampuan anak atau secara sukarela mengikuti seorang
dalam mempraktikkan bagaimana menerapkan pemimpin.
implementasi yang telah dilakukan.
Pada orang tua:
2. Menjelaskan perkembangan yang harus dicapai anak prasekolah
Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan menilai aspek kognitif orang tua, yaitu
pemahaman orang tua mengenai bagaimana perkembangan yang harus dicapai anaknya.
Orang tua akan diminta untuk menyebutkan atau menjelaskan kembali apa yang sudah
dipaparkan. Kemudian dilihat pada bagian mana orang tua belum paham akan apa yang
dipaparkan.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan dan
berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement
untuk menguatkan (Maha, 2019).
F. Dokumentasi Keperawatan
A : Kesiapan peningkatan
S : Anak D dapat mengatakan perasaannya setelah dilakukan perkembangan anak pra-sekolah
implementasi Tindakan keperawatan:
1. Latih disiplin: waktu belajar,
Anak D dapat mengatakan mampu mempraktikkan apa yang di instruksikan waktu bermain, dan lain-lain.
2. Jelaskan perkembangan yang
Keluarga anak D dapat mengatakan perasaannya setelah diberi penjelasan
harus dicapai anak pra-sekolah
Keluarga anak D dapat mengatakan paham mengenai penjelasan yang telah P : Latih cara memfasilitasi
dipaparkan. inisiatif anak pra-sekolah, hindarkan
menyalahkan, tetapi lebih kepada
O : Anak D tampak aktif dan disiplin saat diberikan instruksi membimbing.
Anak D dapat melakukan apa yang di instruksikan dengan baik
Butcher, H. K. et. al. (2018). Nursing interventions classification (NIC). (7th ed.). Oxford: Elsevier.
Chrismayanti, Putu A. R., et al. (2016). Penerapan Metode Bermian Peran Untuk Meningkatkan Perilaku Kedisiplinan Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Paud Pradnya Paramita. Volume 4, No. 3. Singaraja: e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
Danal dkk.(2021).Keperawatan Anak (Masalah Kesehatan pada Anak dengan
Pendekatan Proses Keperawatan.Makassar:Rizmedia Pustaka Indonesia
Darmawan, A.C. (2019). Pedoman Praktis Tumbuh Kembang Anak (Usia 0-72 Bulan). Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1 st. ed). Yogyakarta : Goysyen Publishing.
Dian, Adriyana. (2011). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain PadaAnak. Salemba Medika. Jakarta
Fitriani, I.S. (2017). Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Orang Tua terhadap Pencegahan Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita. Indonesian Journal for Health Science (IJHS8I), 1(1). ISSN 2549-2721
Hadayani. (2020). Modul Praktikum Keperawatan Jiwa.Indramayu:CV Adanu Abimata
Hati, F.S. (2016). Pengaruh Stimulasi pada Perkembangan Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Sedatu, Bantul. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. ISSN 2354- 7642
Hidayatul, K. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Penerapan Toilet Training pada Anak Usia Toddler 18-36 bulan di Paud MPA Daycare Bumi Teluk Jambe
Izzaty, E.R. (2017). Perilaku Anak Prasekolah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Jane Ball et.all (2017). Principles of Pediatric Nursing Caring for Childern Seventh Edition. New York:Pearson
Keliat, Budi, Anna., Novy, Helena., & Pipin, Farida. (2019). Manajemen Keperawatan psikososial & Kader Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2016). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice. 10th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Maha, N. (2019, December 15). Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Jiwa. https://doi.org/10.31227/osf.io/ty9f5
Manshar, R. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Mansur, A. R. 2019. Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah. Padang : Andalas University Press.
Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan professional, edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Volume I. EGC: Jakarta.
Sulistyawati, Ari. (2015). Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:Salemba Medika
Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto .Pp 86-90.
Widyawati. (2020). Buku Ajar Pendidikan dan Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa Keperawatan. Medan: STIKES Binalita Sudama.