Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN

KEPERAWATAN
pada klien sehat jiwa
usia toddler & prasekolah

-FG 2-
Members :
KELOMPOK 2
 
Riska Aprilia 2106763221
Ulfah Eka Viani 2106763303
Cita Wulan Pasa 2106762824
Liya Kurniasari 2106763070
Neni Junaeni 2106763120
Ria Maretha 2106763190
Yulinnar Trisnawati 2106763341

 
ASUHAN KEPERAWATAN
pada usia toddler
TOPIK PEMBAHASAN

KONSEP DASAR ASUHAN


PERKEMBANGAN KEPERAWATAN PADA
USIA TODDLER
Apa itu Usia Toddler??

“Anak usia toddler merupakan anak dengan usia 1-3 tahun,


dimana pada usia tersebut dapat dilihat pertumbuhan fisik dan
perkembangan motorik berlangsung cepat. “
“Usia toddler yaitu periode dari 12 hingga 36 bulan dimana
pada usia ini anak lebih sering melakukan eksplorasi
lingkungan yang intense yakni ketika anak – anak berusaha
mencari tahu bagaimana sesuatu dapat bekerja, apa arti kata
“tidak” dan kekuatan amarah, negativisme, dan keras kepala. “

-Potter and Perry 2010


Tahap Perkembangan
● Perkembangan Fisik : Berat badan bertambah, ● Perkembangan Psikoseksual (Fase Anal) : fase
wajah yang sudah mulai berubah, otot tubuh yang ini sudah waktunya anak untuk dilatih buang air
bertambah kuat, dll besar atau toilet learning (Pelatihan buang air
● Kemampuan Sensorimotorik : Indra pendengaran, pada tempatnya). Anak juga menunjukan
beberapa bagian tubuhnya menyusun dua kata
rasa, penciuman, dan sentuhan menjadi semakin
dan mengulang kata-kata baru.
berkembang dan terkait satu sama lain
● Perkembangan Kognitif : , toddler
● Kemampuan motorik : Koordinasi otot halus dan
menyelesaikan masalahnya melalui proses trial-
keterampilan motorik kasar meningkat. Co : and-error dan dapat menyelesaikan masalah
memegang sendok, merangkak, berlari, melalui pemikiran.
keseimbangan ● Perkembangan Moral : anak mulai belajar
● Perkembangan Psikososial : Toddler menjadi mengetahui beberapa aktifitas yang
sangat ingin tahu dan banyak bertanya. Sering mendatangkan pengaruh dan persetujuan
frustasi apabila terjadi pengekangan dan mungkin ● Perkembangan spiritual : Toddler mungkin akan
memiliki kemarahan di tahap ini harus diberikan mengulang beberapa doa saat akan tidur dan
pemahan untuk mengendalikan emosi menyesuaikan diri pada ritual tertentu, sebab
ini akan menghasilkan suatu pengaruh dan
penghargaan
Ciri-Ciri Usia Toddler

● Ciri- ciri anak toddler (1-3 tahun) berada dalam tahap pertumbuhan
jasmani yang pesat oleh karena itu mereka sangat lincah. Anak usia
tersebut secara mental mempunyai jangka perhatian yang singkat, suka
meniru oleh karena itu jika ada kesempatan perhatikan mereka dengan
sebaik-baiknya.
● Segi emosional anak usia ini mudah merasa gembira dan mudah merasa
tersinggung. Kadang – kadang mereka suka melawan dan sulit diiatur.
Segi sosial anak toddler (1-3 tahun) sedikit antisosial. Wajar bagi mereka
untuk merasakan senang bermain sendiri dari pasa bermain secara
kelompok.
Tugas Perkembangan
● Belajar berbicara, Co : belajar menyebut
“Ayah”, “Ibu”, atau benda disekitar ● Pembentukan konsep – konsep
sederhana tentang realitas fisik
● Toilet training, untuk membentuk anak dan sosial
yang berhati – hati, dapat menguasai
diri, mendapat pandangan jauh ke ● Belajar kontak perasaan dengan
depan, dll orangtua, keluarga, dan orang lain,
serta menghubungkan diri sendiri
● Belajar membedakan jenis kelamin
secara emosional
● Belajar mencapai stabilitas fisiologis,
● Belajar membedakan mana yang
anak akan cepat sekali merasakan
baik dan buruk serta
perubahan dari panas kedingin oleh
mengembangkan kata hati
karena itu anak harus belajar menjaga
keseimbangan terhadap perubahan
Peran orang tua
● Peran orang tua pada fase otonomi adalah selalu mendukung anak. Apabila
orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka hal ini
dapat menimbulkan rasa malu atau ragu akan kemampuannya. Misalnya
orang tua yang selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah
dilakukan oleh anak. Pada masa ini anak perlu bimbingan dengan akrab,
penuh kasih sayang tetapi juga tegas sehingga anak tidak mengalami
kebingungan.
● Peran orang tua pada fase anal adalah membantu anak mencapai kontinensia
tanpa kontrol yang terlalu ketat atau overpermissive
● Pada Fase perkembangan kognitif anak perlu dibimbing lebih akrab, penuh
kasih sayang tetapi juga tegas sehingga anak tidak mengalami
kebingungan
● Pada perkembangan spiritual peran orang tua adalah meningkatkan rasa
aman pada toddler.
● Berilah kesempatan untuk bermain sendiri tetapi juga ditawarkan kegiatan yang
mendorongnya untuk berpartisipasi dengan anak –anak lain.
Simulasi pada anak Toddler
1. Pada anak usia 12-15 bulan untuk melatih kemampuan gerak kasar stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain
dengan bermain bola, berjalan sendiri, menarik mainan bila anak sudah dapat berjalan tanpa berpegangan, berikan
mainan yang bisa ditarik ketika anak berjalan. Stimulasi kemampuan gerak halus yang dapat dilakukan dengan
beberapa permainan seperti permainan balok, Memasukkan dan mengeluarkan benda, Memasukkan benda yang
satu ke benda yang lain.Stimulasi yang dapat diberikan untuk melatih kemampuan bicara dan bahasa adalah dengan
membuat suara, menyebut nama bagian tubuh, pembicaraan.

2. Pada anak usia 15-18 bulan, stimulasi kemampuan gerak kasar yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain dengan
berjalan mundur, berjalan naik dan turun tangga, berjalan sambil berjinjit, menangkap dan melempar bola.
Kemampuan gerak halus, stimulasi yang perlu untuk dilakukan antara lain dengan bermain dengan balok-balok,
memasukkan benda yang satu ke benda yang lain, menggambarkan dengan krayon atau pengsil warna. Kemampuan
bahasa menunjukkan kepada anak buku dan bacaan setiap hari, menyanyikan lagu atau sajak untuk anak, mengajari
anak untuk menggunakan kata-kata yang menyatakan keinginannya. Ajarkan cara menelpon dan ajak anak untuk
“menelpon” nenek atau ayah yang sedang bekerja. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian, Stimulasi yang perlu
untuk dilanjutkan, antara lain bujuk dan tenangkan anak ketika rewel, buai anak dengan penuh kasih saying
Simulasi pada anak Toddler

3. Pada Anak usia 18-24 bulan untuk melatih kemampuan gerak kasar, stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara
lain yaitu dorong anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit, bermain dengan air, menendang, menangkap dan
melempar bola, berjalan naik turun tangga. Kemampuan bicara dan Bahasa dapat distimulasi dengan cara
bernyanyi, bercerita dan membaca sajak, serta syair, bicara banyak pada anak menggunakan kalimat yang pendek
tapi jelas dan mudah ditiru anak.

4. Pada anak usia 24-36 bulan, kemampuan gerak kasar dapat distimulasi dengan mendorong anak agar mau untuk
memanjat, berlari, bermain air atau tanah, melompat, melatih keseimbangan badan dan bermain bola. Kemampuan
bicara dan bahasa dengan membacakan buku cerita kepada anak. Hal ini mengandung pesan bahwa membaca buku
itu bermanfaat dan penting. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dengan membujuk anak ketika ia kecewa
dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya, ajak anak untuk pergi keluar seperti ke toko, tempat bermain,
kebun binatang dan lain-lain.
Simulasi pada anak Toddler

3. Pada Anak usia 18-24 bulan untuk melatih kemampuan gerak kasar, stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara
lain yaitu dorong anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit, bermain dengan air, menendang, menangkap dan
melempar bola, berjalan naik turun tangga. Kemampuan bicara dan Bahasa dapat distimulasi dengan cara
bernyanyi, bercerita dan membaca sajak, serta syair, bicara banyak pada anak menggunakan kalimat yang pendek
tapi jelas dan mudah ditiru anak.

4. Pada anak usia 24-36 bulan, kemampuan gerak kasar dapat distimulasi dengan mendorong anak agar mau untuk
memanjat, berlari, bermain air atau tanah, melompat, melatih keseimbangan badan dan bermain bola. Kemampuan
bicara dan bahasa dengan membacakan buku cerita kepada anak. Hal ini mengandung pesan bahwa membaca buku
itu bermanfaat dan penting. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dengan membujuk anak ketika ia kecewa
dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya, ajak anak untuk pergi keluar seperti ke toko, tempat bermain,
kebun binatang dan lain-lain.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler

Kasus
Ibu A (28 tahun) memiliki anak perempuan (anak D) berusia 2,5
tahun. Ibu A sering mengajak anak I bermain dengan permainan
yang menarik seperti bermain air atau tanah di halaman rumah.
Menurut Ibu A ia cenderung untuk berusaha memenuhi apa yang
diminta oleh anaknya namun kadang-kadang ia pun dapat tegas
untuk menolak keinginan anaknya. Ibu A mengatakan belum
memiliki pengalaman mengenai pengajaran dan pengasuhan yang
tepat untuk anak usia toddler (1-3 tahun).
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
A. Pengkajian
❖ Pada kasus ditemukan data demografi usia anak D 2,5 Tahun, usia Ibu D
28 Tahun.
❖ Perkembangan motorik ditunjukkan dengan kegiatan bermain air dan tanah
di halaman rumah, bermain tersebut meliputi kegiatan duduk, berdiri dan
berjalan, melakukan gerakan yang lebih aktif meliputi berlari, melompat,
melempar, menangkap, dan koordinasi mata yang baik.
❖ Perkembangan psikososial dan kognitif terlihat ketika anak D dapat
menunjukkan keinginannya kepada ibu D dan menerima ketika ibu D
menolak dengan tegas keinginan anak D,
❖ Pembelajaran peran dan bermain ditunjukkan dengan kegiatan bermain air
dan tanah dengan menggunakan indra yang dimiliki anak D yakni penggunaan
indra sentuhan, penciuman, pendengaran dan penglihatan dalam membangun
kemampuan motorik halus dan menyediakan masukan sensorik yang
berhubungan dengan dunia.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
B. Diagnosa

Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Kanak-kanak (Keliat, et,al. 2019)

Data Subjektif Data Objektif

❖ Ibu A mengatakan cenderung untuk ❖ Anak D mulai bermain dan berkomunikasi


berusaha memenuhi apa yang diminta dengan orang di keluarga seperti bermain
oleh anaknya namun kadang-kadang ia air atau tanah di halaman rumah.
pun dapat tegas untuk menolak keinginan
anaknya.

❖ Ibu A mengatakan belum memiliki ❖ Anak D melakukan kegiatan sendiri


pengalaman mengenai pengajaran dan ❖ Anak D banyak bertanya tentang hal baru
pengasuhan yang tepat untuk anak usia atau benda asing kepada ibu A.
toddler (1-3 tahun).
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
C. Intervensi Keperawatan
Menurut Keliat, dkk, (2019) ada 3 Tujuan Asuhan Keperawatan pada usia kanak-
kanak diantaranya adalah :
1. Kognitif
Pada tujuan kognitif anak mampu mengenal dan menyebutkan nama dan
mengembangkan kemampuan komunikasi.
2. Psikomotor
Pada tujuan psikomotor anak mampu mengembangkan kemampuan motorik
kasar dan halus dan melakukan kegiatan sendiri.
3. Afektif
Pada tujuan afektif diharapkan anak mampu menunjukkan rasa suka dan
tidak suka, melakukan kegiatan keagamaan bersama keluarga.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
C. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada anak
❖ Latih anak merawat diri seperti mandi, makan, berpakaian, dan toileting
membimbing anak untuk BAK/BAB.
❖ Latih anak melakukan kegiatan rumah tangga yang sederhana secara
mandiri
❖ Hindari menggunakan kata perintah dan suasana yang membuat anak
bersikap negatif seperti menakut-nakuti, membuat terkejut, dan
mencela.
❖ Berikan mainan sesuai perkembangan
❖ Latih anak mengenal tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
❖ Latih disiplin dan tata krama
❖ Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan
❖ Berikan pujian pada keberhasilan anak
(Keliat, et,al. 2019)
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
2. Tindakan keperawatan pada keluarga (Orang tua)
❖ Jelaskan perkembangan yang harus dicapai kanak-kanak
❖ Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak-kanak merawat diri
seperti makan sendiri, mandi sendiri, berpakain dan toileting
sendiri.
❖ Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak-kanak dalam kegiatan
rumah tangga yang sederhana
❖ Ajarkan cara melatih dengan jelaskan, beri contoh, dampingi,
motivasi, dan beri pujian
❖ Diskusikan tanda penyimpangan perkembangan dan cara
mengatasinya serta penggunaan pelayanan kesehatan.

(Keliat, et,al. 2019)


Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler
2. Tindakan keperawatan pada kelompok
Perawat bisa memberikan edukasi kepada kelompok ibu, orangtua atau
pengasuh dan memberikan terapi kelompok terapeutik kanak-kanak
melalui stimulasi dari sesi 1 sampai sesi 6.
a. Sesi 1: Stimulasi perkembangan aspek motorik
b. Sesi 2: Stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa
c. Sesi 3: Stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadian
d. Sesi 4: Stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
e. Sesi 5: Stimulasi perkembangan aspek psikososial
f. Sesi 6: Monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan.
(Keliat, et,al. 2019)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada An. I yaitu melatih anak dalam merawat diri seperti mandi, makan, berpakaian dan
toileting. (Keliat dkk, 2019)Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan bersosialisasi dan kemandirian anak.
Dalam hal ini keluarga berperan penting dalam melatih kemampuan anak. (Danal dkk, 2021)

Selain itu dapat dilakukan melatih anak melakukan kegiatan rumah tangga yang sederhana secara mandiri.
(Keliat dkk, 2019)Pengasuhan pada usia anak toodler berpusat pada perawatan, berubah ke arah kegiatan –
kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian disiplin yang akhirnya mengajak anak untuk menalar
terhadap sesuatu.(Danal dkk, 2021)

Lalu menghindari menggunakan kata perintah dan suasana yang membuat anak bersikap negatif.(Keliat
dkk, 2019) Hal tersebut mencegah anak untuk melakukan penolakan dan tindakan keras kepala. (Danal, dkk
2021).

An. I diberikan implementasi dengan memberikan mainan sesuai perkembangan.(Keliat dkk 2019) Hal
yang dapat dilakukan pada An. I seperti melakukan permainan yang membutuhkan interaksi dengan teman
bermain dan membuat rumah – rumahan.(Danal dkk, 2021).
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi selanjutnya melatih anak mengenal tindakan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. (Keliat dkk, 2019) Anak I mampu mengembalikan kontrol diri dasar sesuai dengan tugas
perkembangan usianya.(Danal dkk, 2021).

Lalu melatih disiplin dan tata krama(Keliat dkk, 2019). An. I dilatih untuk melakukan kontrol diri. Dengan
melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan.(Keliat, dkk, 2019) Mengajak anak untuk melakukan ritual
keagamaan sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga, contoh kecilnya yaitu berdoa.

Diantaranya menjelaskan perkembangan yang harus dicapai kanak – kanak. (Keliat, dkk 2019). Pada usia
anak 1 tahun untuk berpikir tentang objek atau orang. Lalu pada usia sekitar 2 tahun, meningkatnya kemampuan
kata – kata sebagai simbol memungkinkan balita menggunakan pemikiran praoperasional (Jane Ball et. al, 2017).

Lalu melatih cara memfasilitasi kemandirian kanak – kanak merawat diri: makan sendiri, mandi sendiri,
berpakaian sendiri dan toileting sendiri.(Keliat, dkk, 2019)

Kita tahu bahwa anak – anak belum siap untuk toilet training sampai beberapa kemampuan perkembangan
tercapai seperti mampu berdiri dan berjalan dengan baik, untuk menarik celana keatas dan ke bawah, untuk
mengenali kebutuhan eliminasi dan kemudian untuk bisa menunggu mereka berada di kamar mandi. (Jane Ball et.
al, 2017).
D. Implementasi Keperawatan

Kesiapan ini difasilitasi dengan memberikan kursi kecil pada toilet anak. Anak dapat diberikan
penghargaan atau pujian atas keberhasilannya. Jika anak tampak tidak mengerti atau tidak ingin bekerja sama
sebaiknya menunggu beberapa minggu kemudian coba lagi. (Jane Ball et. al, 2017).

Melatih cara memfasilitasi kemandirian kanak – kanak dalam kegiatan rumah tangga yang sederhana.
(Keliat dkk, 2019) Hal tersebut merupakan bagian dari kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak.
Melatih anak untuk menjadi mandiri.(Danal, dkk 2021)

Selain itu mengajarkan cara melatih dengan: jelaskan, beri contoh, damping,motivasi dan beri pujian.
(Keliat dkk, 2019)Dalam kondisi ini perawat sebagai fasilitator untuk memberikan informasi kepada ibu
bagaimana cara melakukan hal tersebut.

Lalu mendiskusikan tanda penyimpangan perkembangan dan cara mengatasi serta penggunaan Pelayanan
Kesehatan.(Keliat dkk, 2019)Dalam hal ini perawat mampu memberikan infomasi dengan cara berdiskusi dengan
Ibu. A.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tabel perkembangan bahasa pada usia toodler tercantum target usia 2 tahun yaitu anak bisa
menggunakan 300 kata, menggunakan 2 atau 3 suku kata dan menggunakan kata ganti. Lalu target pada usia 2-5
tahun yaitu anak menyebutkan nama panggilan dan nama lengkapnya, anak juga menggunakan kata jamak.
(Danal dkk, 2021).

Lalu untuk usia 30 bulan perkembangan motorik halus yaitu anak mampu menyusun 8 balok keatas dan
menyalip lintasan. Perkembangan motorik kasar pada usia 30 bulan yaitu anak mampu melompat dengan kedua
kakinya. (Danal dkk, 2021).

Pada usia 24-36 bulan kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak memiliki beberapa target.
Diantaranya melatih buang air kecil dan buang air besar di WC atau kamar mandi, berdandan dan memilih
pakaian sendiri serta mampu berpakaian sendiri. Pada usia 36-48 bulan anak mampu mengancingkan kancing
tarik (Danal, 2021).
F. Dokumentasi Keperawatan
Pada perkembangan bahasa usia toodler hal yang didokumentasikan diantaranya:

S: Ibu A mengatakan An. I mampu menyebutkan nama panggilan dan nama lengkapnya, menggunakan

300 kata.

An. I menyebut nama paggilan dan nama lengkapnya

O: Ibu A tampak mengisi ceklis yang diberikan

An. I tampak meyebutkan nama panggilan dan nama lengkapnya

A: Masalah teratasi

P: Melakukan pengecekan kembali pada form ceklis


F. Dokumentasi Keperawatan

Lalu untuk perkembangan motorik anak hal yang harus didokumentasikan yaitu

S: Ibu A mengatakan An. I mampu meniru gerakan vertical dan berjalan menaiki tangga

O: Ibu A tampak mengisi ceklis yang diberikan

An. I tampak meniru gerakan vertical dan terlihat dapat menaiki tangga

A: Masalah teratasi sebagian

P: Melakukan pengecekan kembali pada form ceklis dan melatih kembali perkembangan motorik anak
F. Dokumentasi Keperawatan
Pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian yaitu

S: Ibu A mengatakan An. I belajar berak dan pipis di kamar mandi

O: Ibu A tampak mengisi ceklis yang diberikan

An. I tampak belajar malakukan buang air besar dan kecil di kamar mandi

A: Masalah teratasi sebagian

P: Melakukan pengecekan kembali pada form ceklis dan melatih anak untuk memilih pakaian,

berpakain,membuat rumah – rumahan dan melakukan permainan yang dapat berinteraksi dengan temannya.
ASUHAN KEPERAWATAN pada
usia prasekolah
TOPIK PEMBAHASAN

KONSEP DASAR ASUHAN


PERKEMBANGAN KEPERAWATAN PADA
USIA
PRASEKOLAH
Konsep Dasar
Perkembangan Anak Usia
Prasekolah
Anak Usia Prasekolah
Adalah anak usia 3-6 tahun yang pada periode ini
pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial
serta kognitif mengalami peningkatan. Dijelaskan juga
bahwa pada anak usia lima tahun pertama adalah masa emas
untuk perkembangan anak, karena pada usia ini anak
mengalami masa peka dan kritis. Selain itu Mansur (2019)
menjelaskan pada usia prasekolah ada yang disebut dengan
The Wonder Years yaitu masa anak usia tiga hingga lima
tahun yang pada masa ini adalah masa dimana seorang anak
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu,
sangat dinamis dari kegembiraan ke rengekan, dari amukan
ke pelukan.

Mansur (2019) dan Izzaty (2017)


Tinggi rata-rata anak usia 3 tahun 96,2 cm, usia 4 tahun
103,7 cm dan 5 tahun 118,5 cm

Berat badan rata-rata anak usia 3 tahun 14,5 kg dan akan


Ciri-ciri

mengalami peningkatan 18,6 kg pada usia 5 tahun

Sebagian besar sistem tubuh telah matang pada usia prasekolah


termasuk mielinisasi sumsum tulang belakang memungkinkan
untuk control usus dan kandung kemih menjadi lengkap pada
sebagian besar anak pada usia 3 tahun.

Terjadi proses pematangan sistem organ pada anak usia


prasekolah
Perkembangan
Perkembangan Perkembangan Perkembangan
moral dan
Otak Psikososial Kognitif
spiritual

Perkembangan Tugas Perkembangan dan Peran Perkembangan


ketrampilan ketrampilan
Orang Tua
morotik kasar motorik halus

Perkembangan Perkembangan
Perkembangan
Kominikasi dan Emosional dan
Sensorik
Bahasa Sosial
Perkembangan Otak

Perkembangan otak selama 5 tahun pertama lebih


cepat, intensif dan sensitive terhadap pengaruh
eksternal atau lingkungan. Jumlah neuron atau sel
saraf berkembang rata-rata 15.000 sinapsis pada usia
3 tahun
Perkembangan Psikososial
Menurut Erik Erikson, tugas perkembangan psikososial pada usia prasekolah
adalah Membangun Rasa Inisiatif Versus Rasa Bersalah.

Rasa ingin tahu Sangat antusias


Ingin mengembangkan diri
tinggi mempelajari hal
melebihi kemampuannya
baru

Paham konsep Semakin mandiri Ingin mempunyai kontrol


benar dan salah besar terhadap dirinya

Mempunyai inisiatif Fase bermain


dg merencanakan Berfantasi
kegiatan
Peran orang tua dalam fase perkembangan
psikososial

1. Orang tua mengetahui bahwa anak usia prasekolah belajar mengendalikan


diri melalui interaksi dengan orang lain.
2. Orang tua mulai memberikan informasi Pendidikan seks sesuai dengan
tingkat pemahaman anak
3. Orang tua harus membiasakan membacakan buku cerita untuk anak.
Perkembangan Kognitif
Mulai paham konsep
penghitungan Punya teman khayalan

Memandang masalah
dari satu sudut pandang

Peran orang tua dapat memaksimalkan perkembangan dengan


melakukan belajar melalui permainan-permainan antara lain permainan
pencocokan materi, teka-teki, sortifikasi dan klasifikasi dan pengurutan
Perkembangan moral dan spiritual
Teori perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg bahwa tahap ini adalah antara
2 dan 7 tahun diidentifikasikan sebagai tahap prakonversional yang ditandai dengan
orientasi hukuman dan kepatuhan.

- Paham konsep benar dan salah dan sedang mengembangkan hati nurani
- Standar moral adalah orang tua atau orang dewasa yang berpengaruh
- Belajar menghadapi marah
- Anak termotivasi oleh konsekuensi dari ancaman, oleh karena itu sejak awal perkembangan
moral mereka, dapat diamati bahwa mereka sangat memperhatikan tentang hukuman
daripada perasaan orang lain.

Tugas orang tua dalam fase perkembangan ini adalah membuat strategi disiplin
dikombinasikan dengan strategi proaktif untuk mengajarkan hal yang benar dan salah. Selain
itu orang tua harus mengajarkan agama dengan memberikan contoh.
Perkembangan Ketrampilan Motorik Kasar

. Keterampilan motorik kasar anak prasekolah gesit sambal berdiri, berjalan,


berlari dan melompat. Dia bisa naik turun tangga dan berjalan maju dan mundur
dengan mudah. Berdiri berjinjit atau dengan satu kaki masih membutuhkan
konsentrasi ekstra. Tugas orang tua pada tahap perkembangan motorik kasar
adalah memberikan pujian pada anakk Ketika mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, mengecek lingkungan rumah untuk keselamatan sebagai balita, karena
aktivitas fisiknya lebih banyak dan menyediakan lingkungan yang aman untuk
bermain dan eksplorasi.
Perkembangan Keterampilan Motorik Halus

Usia 3 tahun Menggerakkan masing-masing jari secara independent dan


mampu menggenggam peralatan dan krayon seperti cara
orang dewasa

Usia 3-4 tahun Mulai menggunakan ritsleting dan kancing, dan terus
mendapatkan kemandirian dalam berpakaian dan membuka
pakaiannya sendiri, mampu mengguanakan gunting untuk
memotong kertas.

Usia 4-5 tahun Anak-anak terus mengasah keterampilan motorik halus dan
membangun keterampilan sebelumnya
Perkembangan Keterampilan Motorik Halus

Ada 15 kegiatan yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih kemampuan
motorik halus yaitu menggunting kertas, melipat kertas, menghubungkan titik-
titik, menjiplak, meronce, menempel bentuk, bermain playdough atau wax,
menyobek dan mendaur ulang kertas, menggambar dan mewarnai, memecahkan
plastic bergelembung pembungkus barang, memindahkan barang dengan jepitan
jemuran, memasang tali sepatu, mainan menjahir dan meyusun balok.
Perkembangan Sensorik
Anak usia prasekolah yang masih muda mungkin memiliki indera perasa yang tidak terlalu
membeda-bedakan daripada anak yang lebih besar, mereka berisiko lebih tinggi untuk
menelan benda asing secara tidak sengaja.
Tugas orang tua dalam perkembangan ini adalah melatih perkembangan sensorik anak
melalui permainan-permainan. Ada empat contoh permainan yang bisa dilakukan adalah:
1. Merangsang kemampuan linguistik yaitu dengan memberikan barang-barang untuk
bermain.
2. Membangun kemampuan kognitif yaitu contohnya dengan cara meminta anak untuk
menyusun balok kayu, cara ini akan mengajarkan mereka untuk membuat keputusan,
memecahkan masalah dan berpikir kreatif Ketika memiliki kesempatan.
3. Mendorong bersosialisai dengan cara melibatkan anggota keluarga dalam sebuah
permainan antrian untuk mengambil minum atau makan.
4. Untuk kesehatan fisik dengan cara bermain lompat kodok, main bola atau berjalan
mengikuti garis.
Perkembangan Komunikasi dan Bahasa
Anak usai 3 tahun menggunakan kalimat pendek hanya berisi informasi
penting. Kosakata pada anak usai 3 tahun terdiri dari sekitar 900 kata.
Anak usia prasekolah dapat memperoleh sebnayak 10 hingga 20 kata
baru per hari dan pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata 2.100
kata. Pada akhir usia prasekolah anak menggunakan kalimat yang
terstruktur seperti orang dewasa. Anak usia 3 hingga 6 tahun mulai
mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan suara, suku kata
dan kata-kata saat berbicara.
Peran orangtua adalah melakukan komunikasi yang bersifat konkret
karena mereka belum mampu berpikir abstrak.
Perkembangan Emosional dan Sosial
3-4 Tahun
1. Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan dasar seperti
sedih, Bahagia, marah dan bersemangat
2. Anak mampu merasa menyesal dan mengerti dia harus meminta maaf Ketika dia
telah melakukan kesalahan meskipun Anda mungkin perlu memberikan banyak
pengingat.
3. Anak merasa murah hati dan menunjukkan bahwa dia memahami bahwa dalam
hidup kita harus saling berbagi dengan orang lain tetapi jangan berharap dia berbagi
sepanjang waktu
Perkembangan Emosional dan Sosial
4-5 Tahun
1.Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang
lebih kompleks seperti frustasi/kegagalan, jengkel dan malu
2.Anak mampu menyembunyikan kebenaran tentang sesuatu, jika dia merasa
bersalah, malu atau takut
3.Anak mampu lebih baik dalam mengelola emosi yang kuat seperti kemarahan,
frustasi dan kekecewaan, dan memiliki lebih sedikit amarah.
Perkembangan Emosional dan Sosial
5 Tahun
1. Anak mampu menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang kompleks
seperti rasa bersalah atau kecemburuan
2. Anak menjadi lebih sadar akan perasaannya terhadap orang lain dan menindaklanjutinya,
misalnya anak Anda mungkin baik kepada teman dan keluarga dan ingin lebih membantu
Anda.
3. Anak akan berusaha sungguh-sungguh untuk emngikuti aturan agar terhindar dari
masalah.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Pra
Sekolah
Kasus
Seorang mahasiswa FIK UI sedang melakukan praktik keperawatan jiwa di suatu RT
dan berkunjung ke rumah Ibu Lina yang memiliki anak perempuan bernama D
berusia 5 tahun. Ibu Lina mengemukakan kepada mahasiswa bahwa D sangat senang
bermain boneka atau masak-masakan dengan teman-teman sebayanya, kadang susah
untuk diajak tidur siang. Anak D juga sering berlari-larian, bermain prosotan,
ayunan bersama teman-temannya sehingga lupa mandi sore. Ibu Lina menanyakan
apakah anaknya berkembang normal dan mengatakan bahwa ia belum mengetahui
apa kemampuan yang harus dicapai oleh anak umur 5 tahun.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah

A. Pengkajian
❖ Pada kasus ditemukan data demografi seorang Ibu berinisial Ibu L
memiliki Anak perempuan usia 5 tahun yang bernama Anak D.

❖ Perkembangan motorik halus anak ditunjukkan dengan anak D


senang dengan kegiatan bermain boneka dan masak-masakan,
motorik kasar pada anak D, senang berlari-larian, bermain prosotan
dan ayunan bersama teman sebayanya
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah

A. Pengkajian
❖ Perkembangan psikososial pada anak D yaitu terjadi hubungan yang baik antara anak
D dengan teman sebayanya dari hasil pernyataan Ibu Lina yang menyebutkan bahwa
anak D senang bermain bersama teman-temannya, anak D juga sudah mengetahui
permainan sesuai gendernya perempuan yaitu seperti bermain boneka, dan masak-
masakan, anak D juga senang bermain lari-larian, prosotan, dan ayunan yang
merupakan permainan yang sudah dijumpai pada taman kanak-kanak.

❖ Perkembangan kognitif terlihat bahwa anak D sudah mengerti bermain bersama


teman-teman sebayanya, sudah bisa berbicara menolak sang ibu bila diajak untuk
tidur siang dan istirahat serta lupa waktu untuk mandi sore karena asik bermain.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah

❖ Persepsi kesehatan dari keluarga, Ibu L memperhatikan anaknya dalam


beraktivitas sehari-hari. Pengetahuan yang dimiliki oleh Ibu L didapatkan
bahwa ibu L mengatakan bahwa dirinya belum tau apakah anaknya
berkembang secara normal atau tidak karena tidak tahu kemampuan apa
yang seharusnya dicapai oleh anak seusia Anak D, pola hidup yang
diterapkan yaitu ibu L membiasakan anaknya untuk tidur siang, dan mandi
2x sehari.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah
B. Diagnosa

Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (Keliat, et,al. 2019)

Data Subjektif Data Objektif


❖ Ibu L mengatakan anak D sangat senang ❖ Anak D senang bermain boneka atau masak-
bermain boneka atau masak-masakan masakan bersama teman sebayanya, Anak D
dengan teman-teman sebayanya, dan terlihat juga sering berlari-larian, bermain
kadang susah untuk diajak tidur siang prosotan, ayunan bersama teman-temannya.

❖ Ibu L mengatakan Anak D juga sering


berlari-larian, bermain prosotan, ayunan
bersama teman-temannya sehingga lupa
mandi sore

❖ Ibu L juga mengemukakan bahwa ia belum


mengetahui kemampuan apa yang harus
dicapai oleh anak umur 5 tahun
Asuhan Keperawatan Pada Anak
Usia Pra Sekolah
Intervensi
Kelliat, dkk (2019)

Asuhan Keperawatan Ners


pada anak Asuhan Keperawatan
Ners pada Orang Tua
Intervensi Ners pada Anak

1. Bantu anak melibatkan 2. Latih anak mengembangkan


keterampilan motorik Keterampilan Psikososial
bermain dengan melibatkan aktivitas fisik, ciptakan Motivasi anak untuk bermain dengan sopan
lingkungan yang aman bagi anak, beri kesempatan santun, beri contoh yang benar
sukses

3. Latih disiplin, waktu belajar, 4. Bantu anak menerapkan nilai


dan waktu bermain moral
terapkan nilai agama dan budaya posiitif
pada anak, latih kedisiplinan pada anak

Kelliat, dkk (2019)


Intervensi Ners pada Keluarga

1. Jelaskan perkembangan yang harus 2. Latih cara memfasilitasi anak usia


dicapai anak usia pra sekolah pra sekolah
hindarkan menyalahkan tetapi lebih pada
membimbing

3. Sediakan permainan yang 4. Tanyakan ide/gagasan serta


mendorong inisiatif beri pujian

Kelliat, dkk (2019)


Implementasi Ners pada anak :
1. membantu anak mengembangkan 2. melatih anak mengembangkan
keterampilan motorik, dengan metode keterampilan psikososial menggunakan
Bermain Membangun (Constructive Play) metode pet

bertujuan untuk membentuk sesuatu, menciptakan Terapi menonton interaksi Bersama pet,
bangunan dengan alat permainan yang tersedia. intervensi yang dilakukan meliputi
Contohnya: menyusun puzzle, lego atau balok kayu seentuhan langsung, memfasilitasi sentuhan
(Danal, 2021).. dan pukulan langsung (Danal, 2021).

3. membantu anak mengenal dan 4. Melatih disipiplin waktu belajar dan waktu
mamahi nilai moral menggunakan bermain menggunakan metode pretended play
metode wayang (bermain peran)
metode pretend play (bermain pura-pura). Tujuannya agar
Pada metode wayang, dalang memberikan drama anak dapat melakukan imitasi (meniru), baik berupa peran
singkat dan lucu untuk memberikan pesan moral orang lain, suatu objek, atau menirukan suatu gerakan
(Danal, 2021) (Mutiah, 2019)
Implementasi Ners pada anak :
1. menjelaskan perkembangan yang
harus dicapai anak pra sekolah, 2. melatih cara memfasilitasi inisiatif anak pra
mengunakan metode sekolah , orang tua dapat menerapkan metode
brainstorming pretend play
Bertujuan untuk mengajak orang tua berdiskusi tentang metode pretend play pada anak sehingga apabila
tahapan perkembangan anak usia 5 tahun dan dilakukan selama beberapa kali, anak akan terbiasa
mencocokan dengan perjembangan anak D. (Brunner,
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh orang tua saat
2018)
berminan peran (Mutiah, 2019).

3. menyediakan permainan yang 4. menanyakan ide/gagasan/keinginan dan


damping serta beri pujian.
mendorong inisiatif
menyediakan permainan yang mendorong inisiatif seperti Menurut Rohma (2018) pujian dari orang tua,menjadi motivator
nermain drama, mendengarkan dongeng atau cerita, bagi anak untuk berani menampilkan dirinya dan terhindar dari
membuat rintangan permainan, menggunakan alat pengukur rasa takut gagal. Juga pemenuhan atas kebutuhan dasar berupa
waktu ketika melakukan kegiatan untuk melatih anak penghargaan. Perasaan tersebut membuat anak mencapai
menunggu (Danal, 2019) aktualisasi dirinya melalui rasa percaya diri.
Asuhan Keperawatan Anak Usia Prasekolah

E. Evaluasi Keperawatan
● Hal ini dapat menilai aspek psikomotor
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien dan afektif pada anak, yaitu keterampilan
terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan serta perasaan atau sikap dalam mengikuti
(Maha, 2019). instruksi.
● Karena perilaku mengikuti instruksi yang
Evaluasi yang dilakukan adalah menggunakan evaluasi ditampakkan dapat membangun
sumatif. Pada Anak: kedisiplinan dalam anak.
● Hal tersebut sesuai dengan arti disiplin
1. Melatih disiplin waktu belajar, waktu bermain,
dalam Chrismayanti (2016) yaitu perilaku
dan lain-lain.
seseorang yang belajar dari diri sendiri
Hal yang akan di evaluasi adalah kemampuan anak atau secara sukarela mengikuti seorang
dalam mempraktikkan bagaimana menerapkan pemimpin.
implementasi yang telah dilakukan.
Pada orang tua:
2. Menjelaskan perkembangan yang harus dicapai anak prasekolah
Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan menilai aspek kognitif orang tua, yaitu
pemahaman orang tua mengenai bagaimana perkembangan yang harus dicapai anaknya.
Orang tua akan diminta untuk menyebutkan atau menjelaskan kembali apa yang sudah
dipaparkan. Kemudian dilihat pada bagian mana orang tua belum paham akan apa yang
dipaparkan.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan dan
berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement
untuk menguatkan (Maha, 2019).
F. Dokumentasi Keperawatan
A : Kesiapan peningkatan
S : Anak D dapat mengatakan perasaannya setelah dilakukan perkembangan anak pra-sekolah
implementasi Tindakan keperawatan:
1. Latih disiplin: waktu belajar,
Anak D dapat mengatakan mampu mempraktikkan apa yang di instruksikan waktu bermain, dan lain-lain.
2. Jelaskan perkembangan yang
Keluarga anak D dapat mengatakan perasaannya setelah diberi penjelasan
harus dicapai anak pra-sekolah
Keluarga anak D dapat mengatakan paham mengenai penjelasan yang telah P : Latih cara memfasilitasi
dipaparkan. inisiatif anak pra-sekolah, hindarkan
menyalahkan, tetapi lebih kepada
O : Anak D tampak aktif dan disiplin saat diberikan instruksi membimbing.
Anak D dapat melakukan apa yang di instruksikan dengan baik

Anak D dapat mempraktikkan kembali implementasi yang telah dilakukan

Keluarga anak D tampak dapat menjelaskan kembali apa yang sudah


dipaparkan

Keluarga anak D tampak aktif menjawab pertanyaan yang diajukan


Daftar Pustaka

Butcher, H. K. et. al. (2018). Nursing interventions classification (NIC). (7th ed.). Oxford: Elsevier.
Chrismayanti, Putu A. R., et al. (2016). Penerapan Metode Bermian Peran Untuk Meningkatkan Perilaku Kedisiplinan Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Paud Pradnya Paramita. Volume 4, No. 3. Singaraja: e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
Danal dkk.(2021).Keperawatan Anak (Masalah Kesehatan pada Anak dengan
Pendekatan Proses Keperawatan.Makassar:Rizmedia Pustaka Indonesia
Darmawan, A.C. (2019). Pedoman Praktis Tumbuh Kembang Anak (Usia 0-72 Bulan). Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1 st. ed). Yogyakarta : Goysyen Publishing.
Dian, Adriyana. (2011). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain PadaAnak. Salemba Medika. Jakarta
Fitriani, I.S. (2017). Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Orang Tua terhadap Pencegahan Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita. Indonesian Journal for Health Science (IJHS8I), 1(1). ISSN 2549-2721
Hadayani. (2020). Modul Praktikum Keperawatan Jiwa.Indramayu:CV Adanu Abimata
Hati, F.S. (2016). Pengaruh Stimulasi pada Perkembangan Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Sedatu, Bantul. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. ISSN 2354- 7642
Hidayatul, K. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Penerapan Toilet Training pada Anak Usia Toddler 18-36 bulan di Paud MPA Daycare Bumi Teluk Jambe
Izzaty, E.R. (2017). Perilaku Anak Prasekolah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Jane Ball et.all (2017). Principles of Pediatric Nursing Caring for Childern Seventh Edition. New York:Pearson
Keliat, Budi, Anna., Novy, Helena., & Pipin, Farida. (2019). Manajemen Keperawatan psikososial & Kader Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2016). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice. 10th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Maha, N. (2019, December 15). Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Jiwa. https://doi.org/10.31227/osf.io/ty9f5
Manshar, R. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Mansur, A. R. 2019. Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah. Padang : Andalas University Press.
Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan professional, edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Volume I. EGC: Jakarta.
Sulistyawati, Ari. (2015). Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:Salemba Medika
Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto .Pp 86-90.
Widyawati. (2020). Buku Ajar Pendidikan dan Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa Keperawatan. Medan: STIKES Binalita Sudama.

Anda mungkin juga menyukai