Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN SEMINAR KASUS

STASE KEPERAWATAN ANAK


DENGAN KASUS ASFIKSIA BERAT NEONATORUM
DI RUANG NEONATOLOGI RSUD S. K. LERIK KOTA KUPANG

OLEH
Profesi Ners Angkatan IX
APOLONIA RATNA DERAN DEZY FREDELIN RIHI
ROTOK DICKY DESMAN LAK
ADELBERTUS DERU APU
AMBROSIUS BUSA PASO DONER ELFIUS LAFU
DESAK MADE PUTRI
PURNAMA DEWI
BAB I
PENDAHULUAN

DATA WHO menunjukkan setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari


WHO 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta
bayi yang meninggal (WHO, dalam Sa’Danoer, 2020). Angka
kejadian bayi dengan asfiksia di Indonesia masih berkisar
37% pada tahun 2013 (Riskesdas, dalam Putri, 2019).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,


10,3 % balita di Nusa Tenggara Timur mengalami asfiksia
DATA saat periode neonatal dan merupakan provinsi dengan
NTT
persentase asfiksia neonatorum tertinggi ke lima di Indonesia
(Putri, dkk. 2019).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada


DATA
RUANGAN
tanggal 07 Februari 2022 di ruang Neonatologi RSUD
NEONATOLO S.K. Lerik Kota Kupang didapatkan data jumlah bayi
GI dengan asfiksia neonatorum berjumlah 177 kasus (80,4 %)
pada tahun 2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASFIKSIA NEONATORUM
Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama
proses kelahiran (Mendri & Sarwo prayogi, 2017).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak
dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Jumiarni & Mulyati, 2016).
ETIOLOGI

 Faktor Ibu  faktor plasenta


(hipoksia pada ibu, usia ibu solutio plasenta, perdarahan
kurang dari 20 tahun atau lebih plasenta, plasenta kecil, plasenta
dari 35 tahun, gravida empat atau tipis, plasenta tidak menempel
lebih, sosial ekonomi rendah pada tempatnya
 faktor janin  faktor persalinan
tali pusat menumbung, tali pusat partus lama, partus dengan
melilit leher, kompresi tali pusat tindakan
antara janin dan jalan lahir,
gemeli, IUGR, premature,
kelainan kongenital pada
neonatus
MANIFESTASI KLINIS
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang
dari 100 x/menit atau lebih dari 100 x/mnt, kulit sianosis, pucat, tonus
otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan
(Sembiring, 2017).
KLASIFIKASI

Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak
<100x/menit >100x/menit KETERANGAN
jantung ada
Usaha Tidak Lambat, tidak Nilai 0-3 = Asfiksia berat
Menangis kuat
bernafas ada teratur
Nilai 4-6 = Asfiksia sedang
Ekstremitas fleksi Nilai 7-10 = Normal
Tonus otot Lumpuh Gerak aktif
sedikit
Tidak
Refleks Gerak sedikit Menangis
ada

Warna Biru/ Tubuh kemerahan, Tubuh dan ekstremitas


kulit pucat ekstremitas biru kemerahan
PERDARAHAN PADA ANOKSIA
OTAK

KOMPLI
KASI

KEJANG SAMPAI HYPERBILIRUBINE


KOMA MIA

Komplikasi tersebut akan


mengakibatkan gangguan pertumbuhan
bahkan kematian pada bayi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Analisa Gas Darah (AGD)
 Elektrolit Darah
 Gula darah
 RO Dada
 Membersihkan jalan napas dengan
 USG (Kepala)
pengisapan lendir
 Potong talipusat dengan teknik septik
dan antiseptik
Penatalaksanaan
 Lakukan rangsangan taktil bila bayi
tidak menangis
 Jika nilai AS pada menit ke 5 sudah
normal, lakukan perawatan: bersihkan
badan bayi, pemberian ASI, lakukan
antropometri, mengenakan pakaian bayi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Bayi (initial) : By. Ny. W.K
Umur / Tgl Lahir : 0 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke - : 4
Jumlah Saudara : 1
Orang tua :    
:
Nama ibu : Ny. W K Nama Ayah Tn. I K
: 34 tahun : 41 tahun
Umur / Tgl Lahir Umur / Tgl Lahir
: SMA : SD
Pendidikan Pendidikan
: Katolik : Katolik
Agama Agama
: Timor/Indonesia : Timor/Indonesia
Suku / Bangsa Suku / Bangsa
: IRT : Supir
Pekerjaan Pekerjaan
: Oesapa : Oesapa
Alamat Alamat

RIWAYAT ANC

Berdasarkan data dari rekam medis ibu, Ny. W K rutin melakukan


pemeriksaan ANC di Puskesmas selama kehamilan. Selama hamil
diberikan vitamin dari Puskesmas. Ini merupakan kehamilan ke-4 partus
ke-2 dan abortus 1, anak hidup 1, usia kehamilan: 39-40 minggu
Riwayat Natal    

  Usia kehamilan : 39-40 minggu

  Cara Persalinan : Bayi lahir spontan di UGD tanggal 31 Januari 2022 jam 23.35
WITA.

:
  Lain-lain Bayi lahir tidak segera menangis (lambat menangis), sianosis
saat menangis, sesak nafas, RR. 72 x/mnt, nafas cuping
hidung, pucat, akral dingin. BB bayi: 2.900 gram, PB 45 cm.
A/S. 0-3

:
  Dada Seimbang; Diameter anterior posterior: normal; RDD (+)
:
  Paru-Paru Pernafasan abdominal; Irama teratur

:
  Jantung Sianosis saat menangis (+). HR. 170 x/mnt; CRT < 3 detik
:
  Abdomen Bising usus (+), tali pusat bersih
: Tidak ada kelainan
Genitalia dan
anus
: Terpasang CPAP PEEP 4; Air 4 L/min; Oxygen 4 L/min,
Lain - lain
FiO2 60%, SPO2: 98%, RR: 72 x/menit, Bunyi nafas
vesikuler, Pola pernapasan: takipneu, pernapasan cuping
hidung (+). A/S= 0/3
 
   
Pemeriksaan Umum
 
Tanda vital  
:
Suhu 36 °C
: 170 x/mnt
Heart Rate
: 72 x/mnt
Pernapasan
: 98 %
SPO2
Pengkajian Fisik
 
Inspeksi dan Palpasi  
 
:  
Kulit Warna: pucat, Akral: dingin, Turgor: elastis  
 
Kepala dan : Normal    
ubun–ubun
    ( - ) Hidrosefalus  
:  
Sutura Normal
:
Mata Warna hitam, alis (+), sclera putih, reflex kornea  
(+), reflex pupil (+)

Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat lubang hidung, tidak ada secret
Telinga : Simetris ki/ka, lubang teling (+)
: Tidak ada kelainan, meconium (+)
Punggung dan
Rectum
: Polidactili pada jari tangan ki/ka
Ekstremitas
DATA MEDIC
No Nama Therapi Dosis yang dianjurkan
1. Oksigen CPAP PEEP 4; Air 4 L/min; Oxygen 4 L/min,
  FiO2 60%
2. Cefotaxime inj. 2x150 mg
 

2. Nutrisi
   
Nutrisi Enteral ASI/PASI : 8 x 2,5 -5 cc per oral (Jika RR dalam
keadaan normal)

NutrisiParenteral D10% 174 cc/hari = 7,25 ml/jam via infus pump

Infus D10%:  

 Be Nutrion Ve: Be Nutrion Ve 25 cc/hari via infus pump


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tangal 01 Februari 2022


GDS = 93 mg/dL (nilai rujukan= 70 – 140)

WBC 20.09 10˄3/uL (3.00 – 15.00)


Gangguan Pertukaran Gas

MASALAH
KEPERAWATAN Termoregulasi Tidak Efektif

Risiko Infeksi
ANALISA DATA
No Tanggal Data Subjektif Data Objekif Etiologi Problem
1. 01/02/2022 -  Bayi tampak sesak Ketidakseimbangan Gangguan
 Gelisah ventilasi-perfusi pertukaran gas
 Nafas cuping hidung
 Pola nafas takipneu (Nafas cepat,
RR. 72 x/mnt, reguler, dalam)
 Ada retraksi dinding dada (ada
pengguanaan otot bantu pernafasan)
 Takikardia (HR. 170 x/mnt)
 Warna kulit pucat
 Tampak sianosis saat bayi menangis
 SPO2 98 %
 Terpasang CPAP PEEP 4; Air 4
L/min; Oxygen 4 L/min, FiO2 60%

2. 01/02/2022 -  Akral dingin Peningkatan kebutuhan Termoregulasi tidak


 Pucat oksigen efektif
 Frekuensi nafas meningkat (RR. 72
x/mnt)
 Takikardia (HR. 170 x/mnt)
 Sianosis saat menangis
 Suhu tubuh 36 °C
3. 01/02/2022 -  WBC 20.09 10˄3/uL  Ketidakadekuatan Risiko Infeksi
(nilai rujukan= 3.00–15.00) pertahanan tubuh
 Terpasang IVFD D10% 174 cc/hr sekunder
(Via infus pump) (Leukositosis)
 Terpasang O2 (CPAP PEEP 4; Air 4  Prosedur invasif
L/min; Oxygen 4 L/min, FiO2 60%)
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang ditandai
dengan bayi tampak sesak, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas takipneu (RR.
72 x/mnt), ada retraksi dinding dada, takikardia (HR. 170 x/mnt), warna kuli pucat,
sianosis saat menangis, SPO2: 98 %, terpasang CPAP PEEP 4; Air 4 L/min; Oxygen
4 L/min, FiO2 60%.
2. Termoregulasi tidak efektif b.d peningkatan kebutuhan oksigen yang ditandai
dengan akral dingin, pucat, frekuensi nafas meningkat (RR. 72 x/mnt), takikardia
(HR. 170 x/mnt), sianosis saat menangis, Suhu tubuh 36 °C.
3. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (leukositosis),
prosedur invasif
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang ditandai
dengan bayi tampak sesak, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas takipneu (RR.
72 x/mnt), ada retraksi dinding dada, takikardia (HR. 170 x/mnt), warna kuli pucat,
sianosis saat menangis, SPO2: 98 %, terpasang CPAP PEEP 4; Air 4 L/min; Oxygen
4 L/min, FiO2 60%.
2. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (leukositosis),
prosedur invasif.
Termoregulasi tidak efektif b.d peningkatan
kebutuhan oksigen
Masalah termoregulasi tidak efektif ditegakkan
menjadi diagnosa aktual namun tidak menjadi
diagnosa prioritas karena menurut kelompok, Termoregulasi
dengan penatalaksanaan satu etiologi yang sama Tidak Efektif
atau hampir sama yaitu pada diagnosa gangguan
pertukaran gas, otomatis diagnosa keperawatan
termoregulasi tidak efektif inipun menjadi ikut
teratasi.
Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder (leukositosis, prosedur invasif )
Masalah risiko infeksi tidak terdapat dalam tinjauan
Risiko Infeksi
pustaka namun muncul dalam tinjauan kasus.
Hal ini karena pada hasil pengkajian, ditemukan
pemeriksaan penunjang WBC 20.09 (nilai
rujukan 3.00-15.00). Hasil ini menunjukkan
bahwa tingkat leukosit yang tinggi dalam aliran
darah bisa mengindikasikan adanya infeksi.
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan
Tanggal No Diagnosa Keperawatan Intervensi/Rencana Tindakan
Goal Objektif Kriteria Hasil/Evaluasi
01/02/2022 1. Gangguan pertukaran gas Selama Selama masa Dalam waktu Pemantauan Respirasi
b.d ketidakseimbangan 3x24 jam pasien Observasi:
ventilasi-perfusi, yang masa perawatan akan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
ditandai dengan: perawatan ketidakseimbanga menunjukkan: dan upaya nafas
DS. – gangguan n ventilasi-perfusi Pertukaran Gas 2. Monitor pola nafas
DO: - Dispnea (5) 3. Monitor saturasi oksigen
pertukaran akan membaik
 Bayi tampak sesak - Gelisah (5) Therapeutik
 Gelisah gas menjadi - Nafas cuping 4. Atur interval pemantauan respirasi
 Nafas cuping teratasi hidung (5) sesuai kondisi pasien
hidung Keterangan : 5. Dokumentasikan hasil pemantauan
 Pola nafas takipneu 1. Meningkat Therapi Oksigen
(Nafas cepat, RR. 2. Cukup meningkat Therapeutik
72 x/mnt, reguler, 3. Sedang 6. Pertahankan kepatenan jalan nafas
dalam) 4. Cukup menurun (atur posisi semi extensi pada bayi)
 Ada retraksi 5. Menurun 7. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
dinding dada   (CPAP PEEP 4; Air 4 L/min; Oxygen 4
 Takikardia (HR. - Takikardia (5) L/min, FiO2 60%
170 x/mnt) - Sianosis (5)  
 Warna kulit pucat - Pola nafas (5)
 Tampak sianosis - Warna kulit (5)
saat bayi menangis Keterangan :
 SPO2 98 % 1. Memburuk
 Terpasang CPAP 2. Cukup memburuk
PEEP 4; Air 4 3. Sedang
L/min; Oxygen 4 4. Cukup membaik
L/min, FiO2 60% 5. Membaik
Tujuan
Diagnosa Nama &
Tanggal No Intervensi/Rencana Tindakan
Keperawatan Goal Objektif Kriteria Hasil/Evaluasi TTD

01/02/2022 2. Risiko infeksi b.d Selama masa   Dalam waktu 3x24 jam Pencegahan Infeksi Kelompok
ketidakadekuatan pasien akan Observasi
pertahanan tubuh perawatan menunjukkan: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1
sekunder risiko infeksi Tingkat Infeksi lokal dan sistemik
(leukositosis), tidak terjadi - Demam (5) Terapeutik
prosedur invasif - Kemerahan (5) 2. Batasi jumlah pengunjung
- Bengkak (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
Keterangan: kontak dengan pasien dan
1. Meningkat lingkungan sekitar pasien
2. Cukup meningkat 4. Pertahankan teknik aseptik
3. Sedang Kolaborasi
4. Cukup menurun 5. Kolaborasi pemberian therapy
5. Menurun antibiotik (Cefotaxime 2x150
  mg/IV)
- Kadar sel darah putih (5) 6. Kolaborasi pemeriksaan
Keterangan: diagnostik
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
 
Implementasi Keperawatan

    DIAGNOSA    
NO TGL KEPERAWATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
1. 01 Februari Gangguan pertukaran gas 09.15 12.10
  2022 b.d ketidakseimbangan 1. Memonitor kepatenan O2 (CPAP S=-
    ventilasi-perfusi, yang PEEP 4; Air 4 L/min; Oxygen 4 O=
    ditandai dengan: L/min, FiO2 60%)  Bayi tampak sesak
    DS. – 09.20  Gelisah
    DO: 2. Mempertahankan O2 (CPAP PEEP 4;  Ada retraksi dinding dada
   Bayi tampak sesak  Pola nafas takipneu
Air 4 L/min; Oxygen 4 L/min, FiO2
 Gelisah  Irama nafas teratur
60%
 Nafas cuping hidung  RR. 70 x/mnt
09.30
 Pola nafas takipneu  Takikardia (HR. 166 x/mnt)
3. Mengatur posisi dengan kepala semi
(Nafas cepat, RR. 72  Pucat berkurang
ekstensi
x/mnt, reguler, dalam)  Sianosis berkurang
12.00
 Ada retraksi dinding  SPO2. 96%
4. Memonitor frekuensi, irama dan
dada  Terpasang O2 (CPAP PEEP
pola nafas, HR
 Takikardia (HR. 170 4; Air 4 L/min; Oxygen 4
5. Memonitor saturasi oksigen
x/mnt) L/min, FiO2 60%)
6. Mendokumentasikan hasil
 Warna kulit pucat A = Masalah belum teratasi
pemantauan
 Tampak sianosis saat P = Intervensi no. 1,2,3,4,5,6,7
bayi menangis
dilanjutkan.
 SPO2 98 %
 Terpasang CPAP PEEP
4; Air 4 L/min;
Oxygen 4 L/min, FiO2
60%
2. 01 Februari Risiko infeksi b.d 09.25 12.15
2022 ketidakadekuatan 1. Memonitor tanda dan gejala S=-
pertahanan tubuh sekunder terjadinya infeksi O=
(leukositosis), prosedur 2. Mencuci tangan sebelum dan  Tidak ditemukan tanda-
invasif sesudah kontak dengan pasien dan tanda infeksi (seperti
lingkungan sekitar pasien dan demam, kemerahan dan
mempertahankan teknik aseptik bengkak)
10.00  TTV.
3. Melayani injeksi cefotaxime 150 Temp. 36 °C
mg/IV (1,5 cc) HR. 166 x/mnt
11.00 RR. 70 x/mnt
4. Menganjurkan keluarga untuk SPO2 96%
masuk berkunjung satu per satu dan  Terpasang IVFD D5% 174
selalu mencuci tangan sebelum dan cc/hari (via infus pump)
sesudah mengunjungi bayi  Terpasang O2 (CPAP PEEP
  4; Air 4 L/min; Oxygen 4
L/min, FiO2 60%)
 Hasil WBC (tgl 01-02-
2022) 20.09 10˄3/uL (nilai
rujukan= 3.00–15.00)
A = Masalah teratasi sebagian
P = Pertahankan intervensi (1, 2,
3, dan 4)
 
EVALUASI KEPERAWATAN
    DIAGNOSA    
NO TGL KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN NAMA & TANDA
TANGAN
1. 03 Februari Gangguan pertukaran gas Jam 14.00 Kelompok 1
2022 b.d ketidakseimbangan S = -
ventilasi-perfusi O=
 Sesak berkurang (5)
 Bayi tampak tenang, tidak gelisah (5)
 Nafas cuping hidung (-) (5)
 Takikardia membaik (HR 140 x/mnt)
(5)
 Sianosis membaik (5)
 Pola nafas membaik (RR. 50 x/mnt) (5)
 Warna kulit membaik (kemerahan) (5)
 Tidak ada retraksi dinding dada
 Terpasang O2 nasal kanul 1 L/menit
 SPO2 98%
A= Masalah teratasi
P= Intervensi dilanjutkan sampai bayi dalam
kondisi sehat dan boleh rawat jalan.
 
2. 03 Februari Risiko Infeksi b.d Jam 14.05 Kelompok 1
2022 ketidakadekuatan S=-
pertahanan tubuh O=
sekunder  Tanda-tanda infeksi:
(leukositosis), a. Demam (-) (5)
prosedur invasif b. Kemerahan (-) (5)
c. Bengkak (-) (5)
 TTV:
Temp. 36 °C
HR. 140 x/mnt
RR. 50 x/mnt
SPO2 98%
 Terpasang IVFD D10% 200 cc/hari
 Terpasang O2 nasal kanul 1 L/mnt
 Hasil WBC (tanggal 01 Februari
2022) 20.09 10˄3/uL (nilai
rujukan= 3.00–15.00) (2)
A = Masalah risiko infeksi teratasi
sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6
(Lakukan pemeriksaan ulang WBC
untuk mengetahui efektivitas terapi dan
tindakan keperawatan)
 
BAB IV PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan tanggal 01 Februari 2022 pada By. Ny W. K dengan NCB-


SMK, Asfiksia Berat di ruang Neonatologi RSUD S.K. Lerik Kota Kupang.
Pada tinjauan kasus, didapatkan bayi lahir tidak segera menangis (lambat
menangis), sianosis saat menangis, sesak nafas, RR 72 x/menit, napas cuping
hidung, pucat, akral dingin, AS: 0-3. BB bayi 2900 gram, PB 45 cm, A/S. 0/3.
Pada tinjauan pustaka, keluhan yang muncul pada kasus asfiksia berat, diantaranya:
bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap, bahkan kadang ditemukan denyut
jantung bayi terlalu tinggi atau rendah, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan (Sembiring, 2017).
Menurut kelompok, antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terjadi
kesenjangan. Gejala asfiksia pada bayi baru lahir bisa berbeda-beda antara satu dan
lainnya. Gejala dari kondisi ini bisa langsung muncul, tapi bisa juga tidak terdeteksi
sesaat setelah bayi dilahirkan. Artinya, semakin lama bayi tidak memperoleh jumlah
oksigen yang cukup, akan semakin besar pula kemungkinan gejala asfiksia yang
muncul.
Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Semua intervensi yang dipilih diimplementasikan pada pasien sesuai dengan


diagnosa keperawatan yang diangkat dan tidak ada hambatan dalam
mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah/respon dari
pasien.
EVALUASI KEPERAWATAN

Menurut kelompok, ada beberapa intervensi yang perlu diteruskan kepada petugas kesehatan diruangan jika
masalah gangguan pertukaran gas kembali terjadi setelah pasien tidak menjadi pasien kelolaan, yaitu
dengan melakukan tindakan :
a. Observasi:
Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Memonitor pola napas

Memonitor saturasi oksigen


b. Terapeutik:
Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan mengatur posisi semi ekstensi pada bayi.
Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(leukositosis), prosedur invasif
Berdasarkan kriteria waktu yang ditentukan yaitu 3x24 jam masalah
keperawatan ini menjadi teratasi sebagian. Setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan intervensi kolaborasi, didapatkan data dan respon pasien
sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai, namun masih ada 1 kriteria yang
belum tercapai, yaitu hasil pemeriksaan sel darah putih (WBC).
Adapun kelemahan dari asuhan keperawatan ini adalah karena sampai pada
hari ke 3 perawatan, belum dilakukan kembali pemeriksaan penunjang pada
bayi, sehingga belum diketahui hasil WBC bayi sudah dalam rentang normal
atau tidak.
Menurut kelompok, intervensi yang perlu diteruskan kepada petugas
kesehatan diruangan, setelah pasien tidak menjadi pasien kelolaan dan jika
bayi masih mendapatkan perawatan diruangan adalah dengan melakukan
pemeriksaan penunjang (pemeriksaan sel darah putih) kembali sehingga bisa
diketahui hasilnya sudah dalam batas normal atau tidak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
• Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan intervensi kolaborasi, masalah
keperawatan teratasi pada hari ketiga perawatan,
• Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder, prosedur
invasif, setelah dilakukan intervensi keperawatan dan intervensi kolaborasi,
masalah keperawatan teratasi sebagian pada hari ketiga perawatan.
Saran
• Sebagai acuan teori yang dapat digunakan dalam tatanan kasus nyata asuhan
keperawatan anak dengan asfiksia berat
• Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan dalam
mengidentifikasi masalah dalam keperawatan, merumuskan diagnosa, melakukan
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan pada bayi dengan asfiksia
berat.
Discharge Planning
Menganjurkan dan mengajarkan orangtua:
1. Melakukan metode kanguru
2. Memberikan lampu penghangat
3. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
4. Menjemur bayi dibawah sinar matahari ± 15
menit setiap pagi sebelum jam 9 pagi
LAPORAN SEMINAR KASUS
STASE KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KASUS ASFIKSIA BERAT
NEONATORUM
DI RUANG NEONATOLOGI RSUD S. K.
LERIK KOTA KUPANG

OLEH
Profesi Ners Angkatan IX
APOLONIA R. D.
ROTOK
ADELBERTUS DEZY FREDELIN RIHI
DERU DICKY DESMAN LAK APU
AMBROSIUS BUSA DONER ELFIUS LAFU
PASO
DESAK MADE P. P.
DEWI
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
2022

Anda mungkin juga menyukai