Anda di halaman 1dari 19

INTERVENSI KEPERAWATAN

PADA KASUS PASIEN DENGAN


MASALAH PSIKOSOSIAL:
ANSIETAS (KECEMASAN)

Keperawatan Kesehatan Jiwa I


Dosen Pembimbing : Ns. Tesha Hestyana Sari, M.Kep
Disusun Oleh : Kelompok 1 (A 2020 2)
Anggota Kelompok :

1.Abel Aprilia Putri (2011110484) 10. Diva Adesyahpuri (2011126068)


2.Aliya Triliani (2011126851) 11. Diva Febrina Wilya (2011113511)
3.Angeli Silvia Wati (2011135227) 12. Ega Minalita (2011126765)
4.Angelina Victoria S (2011114356) 13. Ella Biisnilla (2011114359)
5.Archel Olivia (2011113203) 14. Fadila Agita Oktaviani (2011135225)
6.Avira Berlianna Salsa (2011136837) 15. Fadillah Andi Putri (2011135938)
7.Bunga Aprilia (2011113561) 16. Fajriyatul Kamal (2011135238)
8.Calvin Khan Nolip S(2011113469) 17. Fathur Rahman (2011111504)
9.Dinda Wulandari (2011110911) 18. Febby Putri Ananda (2011113530)
Definisi
Ansietas merupakan keadaan emosi dan
pengalaman subyektif individu. Keduanya
adalah energi dan tidak dapat diamati secara
langsung. Seorang perawat menilai pasien
ansietas berdasarkan perilaku tertentu. Penting
untuk diingat bahwa ansietas adalah bagian dari
kehidupan sehari-hari. Ansietas adalah dasar
kondisi manusia dan memberikan peringatan
berharga. Bahkan, kapasitas untuk menjadi
ansietas diperlukan untuk bertahan hidup. Selain
itu, seseorang dapat tumbuh dari ansietas jika
seseorang berhasil berhadapan, berkaitan
dengan, dan belajar dari menciptakan
pengalaman ansietas (Stuart, 2016).
Penyebab
A Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat


menimbulkan kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
1. Faktor Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang. Ego atau Aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Faktor Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
Penyebab
A Faktor Predisposisi

3. Faktor Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Kajian Keluarga
Hal ini menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga.
Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.

5. Kajian Biologis
Hal ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory inhibisi asam gama-
aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas
pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk
mengatasi stressor.
Penyebab
B Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya
kecemasan. Menurut Eko Prabowo (2014), dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Ancaman Terhadap Integritas Fisik
a) Sumber Internal
Meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya hamil).
b) Sumber Eksternal
Meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman Terhadap Harga Diri


a) Sumber Internal
Meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja dan penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber Eksternal
Meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok, dan sosial budaya.
Patofisiologi
Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi
ancaman. Persepsi ini timbul akibat adanya
rangsangan dari luar dan dalam yang berupa
pengalaman masa lalu dan faktor genetik.
Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca
indra, diteruskan dan direspon oleh sistem
syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri –
limbic system – reticular activating system –
hypothalamus yang memberikan impuls
kepada kelenjar hipofise untuk mensekresi
mediator hormonal terhadap target organ yaitu
kelenjar adrenal yang kemudian memicu
syaraf otonom melalui mediator hormonal
yang lain (Owen, 2016).
Hormon

Teori fisiologis penyebab kecemasan menurut (Guyton, 2007) Stress fisik atau
emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian dari sistem limbik
yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Respon emosional
yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang 25%
lebih tinggi di forebrain. Respon
neurologis dari amygdala ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal
45%
dari hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (corticotropin-
releasing factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain
30%
yaitu ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai
gantinya menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol, suatu
kelenjar kecil yang berada di atas ginjal. Semakin berat stress, kelenjar adrenal
akan menghasilkan kortisol semakin banyak dan menekan sistem imun.
Hormon

Menurut (Ganong, 1998) reaksi takut dapat terjadi malalui perangsangan


hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut
beserta manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada keadaan-keadaan
normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut, terdapat banyak bukti
25%
bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori-memori yang memutuskan rasa
takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon takut terkondisi
45% berjalan
langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke berbagai bagian ujung anterior
kedua sisi lobus temporalis. Sistemsaraf otonom yang
30% mengendalikan berbagai otot
dan kelenjar tubuh.
Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh
bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak
meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang berhubungan dengan
usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal
melepas adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh
Faktor yang Mempengaruhi
Menurut Herdman dan Kamitsuru
(2018), faktor yang mempengaruhi
ansietas yaitu:
a. Konflik tentang tujuan hidup
b. Hubungan interpersonal
c. Penularan interpersonal
d. Stressor
e. Penyalahgunaan zat
f. Pembedahan
g. Ancaman kematian
h. Ancaman pada status terkini
i. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tanda dan Gejala
Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala ansietas sebagai
berikut :

25%
45%

30%
Rentang Respon

Cause 1 Cause 2 Cause 3 Cause 4


Tingkatan

1 2 3 4
Ansietas Ansietas Ansietas Panik
Ringan Sedang Berat
Tingkatan

1 Ansietas Ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman kehidupan sehari-
hari dan memungkinkan individu menjadi lebih fokus pada realitas. Menurut
Asmadi (2008), respons fisiologis yang terjadi pada ansietas ringan yaitu nadi
dan tekanan darah sedikit meningkat, adanya gangguan pada lambung, muka
berkerut, dan bibir bergetar.
2 Ansietas sedang
Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyempit, mengalami
penurunan pendengaran, penglihatan, kurang menangkap informasi, dan
menunjukkan kurangnya perhatian pada lingkungan. Respons fisiologis yang
dialami yaitu jantung berdebar, meningkatnya nadi dan respiratory rate,
keringat dingin, dan gejala somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit
kepala, sering berkemih).
Tingkatan

3 Ansietas Berat
Seseorang yang mengalami ansietas berat hanya mampu fokus pada satu hal dan
mengalami kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Pada level ini, individu
tidak memungkinkan untuk belajar dan memecahkan masalah, bahkan bisa jadi
individu tersebut linglung dan bingung. Gejala somatik meningkat, gemetar,
mengalami hiperventilasi, dan mengalami ketakutan yang besar.
4 Panik
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di lingkungan
sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. Menurut Maramis (2003)
gangguan panik ditandai dengan serangan ansietas sekitar 15-30 menit per
episode. Selama serangan panik, individu merasa sangat ketakutan disertai
jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual,
pusing, perasaan yang tidak real, dan takut mati.
Alat Ukur Ansietas

a) Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

b) Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS)


c) Depression, Anxiety Stress Scale (DASS)
d) Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS)
e) Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS)
Tindakan Keperawatan pada Pasien

Tindakan yang dapat dilakukan :

a) Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta


akibat yang ditimbulkan karena ansietas
b) Melatih relaksasi fisik, mengendalikan pikiran dan emosi

Tujuan Tindakan :
a) Pasien mampu mengenal ansietas
b) Pasien mampu mengatasi masalah ansietas melalui teknik relaksasi
dan distraksi
c) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik terlaksasi
untuk
mengatasi ansietas
Tindakan pada Keluarga

Tindakan yang dapat


Tujuan tindakan :
dilakukan :

● Mendiskusikan kondisi ● Keluarga mampu mengenal


pasien: ansietas, penyebab, masalah ansietas pada anggota
proses terjadi, tanda dan keluarganya
gejala, akibat
● Keluarga mampu merawat
● Melatih keluarga merawat anggota keluarga yang
ansietas pasien mengalami ansietas

● Keluarga mampu mem follow


● Melatih keluarga melakukan up anggota keluarga yang
follow up mengalami ansietas
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai