2. Faktor Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
Penyebab
A Faktor Predisposisi
3. Faktor Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Kajian Keluarga
Hal ini menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga.
Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
5. Kajian Biologis
Hal ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory inhibisi asam gama-
aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas
pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk
mengatasi stressor.
Penyebab
B Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya
kecemasan. Menurut Eko Prabowo (2014), dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Ancaman Terhadap Integritas Fisik
a) Sumber Internal
Meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya hamil).
b) Sumber Eksternal
Meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
Teori fisiologis penyebab kecemasan menurut (Guyton, 2007) Stress fisik atau
emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian dari sistem limbik
yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Respon emosional
yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang 25%
lebih tinggi di forebrain. Respon
neurologis dari amygdala ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal
45%
dari hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (corticotropin-
releasing factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain
30%
yaitu ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai
gantinya menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol, suatu
kelenjar kecil yang berada di atas ginjal. Semakin berat stress, kelenjar adrenal
akan menghasilkan kortisol semakin banyak dan menekan sistem imun.
Hormon
25%
45%
30%
Rentang Respon
1 2 3 4
Ansietas Ansietas Ansietas Panik
Ringan Sedang Berat
Tingkatan
1 Ansietas Ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman kehidupan sehari-
hari dan memungkinkan individu menjadi lebih fokus pada realitas. Menurut
Asmadi (2008), respons fisiologis yang terjadi pada ansietas ringan yaitu nadi
dan tekanan darah sedikit meningkat, adanya gangguan pada lambung, muka
berkerut, dan bibir bergetar.
2 Ansietas sedang
Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyempit, mengalami
penurunan pendengaran, penglihatan, kurang menangkap informasi, dan
menunjukkan kurangnya perhatian pada lingkungan. Respons fisiologis yang
dialami yaitu jantung berdebar, meningkatnya nadi dan respiratory rate,
keringat dingin, dan gejala somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit
kepala, sering berkemih).
Tingkatan
3 Ansietas Berat
Seseorang yang mengalami ansietas berat hanya mampu fokus pada satu hal dan
mengalami kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Pada level ini, individu
tidak memungkinkan untuk belajar dan memecahkan masalah, bahkan bisa jadi
individu tersebut linglung dan bingung. Gejala somatik meningkat, gemetar,
mengalami hiperventilasi, dan mengalami ketakutan yang besar.
4 Panik
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di lingkungan
sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. Menurut Maramis (2003)
gangguan panik ditandai dengan serangan ansietas sekitar 15-30 menit per
episode. Selama serangan panik, individu merasa sangat ketakutan disertai
jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual,
pusing, perasaan yang tidak real, dan takut mati.
Alat Ukur Ansietas
Tujuan Tindakan :
a) Pasien mampu mengenal ansietas
b) Pasien mampu mengatasi masalah ansietas melalui teknik relaksasi
dan distraksi
c) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik terlaksasi
untuk
mengatasi ansietas
Tindakan pada Keluarga