Anda di halaman 1dari 20

MODUL 2

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

KELOMPOK 3

NIKEN ANGGRAINI

KANA ROSIANA
KB I
PEMEROLEHAN
BAHASA PERTAMA
MODUL 3
PEMEROLEHAN
BAHASA ANAK
KB II
PEMEROLEHAN
BAHASA KEDUA
KEGIATAN BELAJAR I
(PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA)

A. Pengertian Pemerolehan Bahasa


Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa yang
diperoleh secara alami. Proses pemerolehan bahasa memiliki karakteristik
sebagai berikut:

1) Berjalan secara spontan, tanpa sadar, dan tanpa beban.


2) Terjadi secara langsung dalam situasi informal, tanpa melalui
pembelajaran formal.
3) Didorong oleh kebutuhan, baik kebutuhan untuk memahami maupun
dipahami orang lain.
4) Berlangsung secara terus-menerus dalam konteks berbahasa yang nyata
dan bermakna.
5) Diperoleh secara lisan melalui tindak berbahasa
menyimak/mendengarkan dan berbicara.
Contoh pemerolehan bahasa:
Arif dilahirkan dan dibesarkan di Pamekasan, Madura. Masyarakat sekitar,
juga ayah dan ibu serta Arif menggunakan bahasa Madura sebagai alat
komunikasi sehari-hari dengan lingkungannya. Sekalipun Arif telah mengenal
bahasa Indonesia melalui radio dan televisi, tetapi bahasa tersebut baru
benar-benar digunakan ketika bersekolah.

Pertanyaan : “ Apakah bahasa pertama dan bahasa kedua Arif?


Penjelasan :
B1 (Bahasa Pertama) Arif Bahasa Madura
B2 (Bahasa Kedua) Arif Bahasa Indonesia
B. Teori Pemerolehan Bahasa

Ada tiga pandangan pemerolehan bahasa pertama yaitu :

1) Pandangan Nativisme
Menurut pandangan Nativisme, setiap anak yang lahir telah dilengkapi
dengan kemampuan bawaan atau alami untuk dapat berbahasa.

2) Pandangan Behavioristis
Menurut behavioristis, penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan
yang diberikan lingkungannya. Anak tidak memiliki peran aktif, hanya
sebagai penerima pasif. Perkembangan bahasa anak terutama ditentukan
oleh kekayaan dan lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya, serta
peniruan yang dilakukan anak terhadap tindak berbahasa lingkungannya.
3) Pandangan Kognitif
Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahasa anak
ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan tidak serta merta memberikan
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan bahasa anak, kalau si
anak sendiri tidak melibatkan secara aktif dengan lingkungannya. Dengan
kata lain, anaklah yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya
agar penguasaan bahasanya dapat berkembang secara optimal.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak


Faktor Biologis
Setiap anak telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau potensi
bawaan yang memungkinkannya mampu berbahasa. Perangkat biologis yang
menentukan penguasaan bahasa anak adalah otak(sistem saraf), alat dengar,
dan alat ucap. Ketergantungan pada salah satu, apalagi ketiganya, akan
menghambat kemampuan bahasa anak.
Faktor Lingkungan Sosial
Untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbahasa anak, seorang anak
memerlukan linkungan sosial sebagai contoh atau model berbahasa,
memberikan rangsangan, dan tanggapan, serta melakukan latihan dan uji
coba berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya.
Lingkungan yang kaya sumber, mendukung dan aktif dalam berinteraksi
dengan anak, akan membuat pemerolehan bahasa anak semakin beraneka dan
cepat.
Lingkungan yang miskin dengan aktivitas berbahasa, terlalu banyak menekan
dengan melakukan pelarangan dan menyalahkan, dan rendah dalam
berinteraksi, akan menjadikan pemerolehan bahasa anak pun tidak beragam,
miskin dan lambat.
Cara lingkungan sosial memberikan dukungan pada anak dalam belajar
bahasa, yaitu :
a. Bahasa semang (motherless), yaitu cara bahasa yang dilakukan orang
dewasa terhadap bayi atau balita melalui penyederhanaan kata atau
kalimat, dengan penggunaan tempo yang lebih lambat dan nada yang
lebih lembut.
b. Parafrase, yaitu pengungkapan kembali ujaran yang diucapkan anak
dengan cara berbeda, untuk membantu anak belajar bahasa.
c. Menegaskan kembali (echoing), yaitu mengulang apa yang disampaikan
anak, terutama apabila tuturannya tidak lengkap, tidak jelas atau tidak
sesuai dengan maksud.
d. Memperluas (expanding), yaitu mengungkapkan kembali apa yang
disampaikan anak dalam bentuk kebahasaan yang lebih kompleks.
e. Menamai (labeling), yaitu melakukan identifikasi suatu benda dengan
nama yang sesuai.
f. Penguatan (reinforcement), yaitu menanggapi dan memberikan respons
positif atas perilaku berbahasa anak.
g. Pemodelan (modelizing), yaitu pemberian contoh atau model berbahasa
yang ditunjukkan orang dewasa kepada anak.

 Faktor Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar,
termasuk memecahkan suatu masalah. Dalam kaitannya dengan pemerolehan
bahasa, anak-anak yang bernalar tinggi tingkat pencapaiannya cenderung
lebih cepat, lebih kaya, dan lebih bervariasi khasanah bahasanya, daripada
anak yang bernalar sedang atau rendah. Jadi pengaruh intelegensi terletak
pada jangka waktu dan tingkat kreativitas pekembangan bahasanya.
Faktor Motivasi
Motivasi bersumber dari dalam dan luar diri anak. Dalam belajar bahasa,
anak tidak melakukannya demi bahasa itu sendiri. Anak belajar bahasa
karena adanya kebutuhan dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus,
sakit, serta perhatian dan kasih sayang (motivasi intrinsik).
Untuk kebutuhan hidupnya dan kepentingan dirinya, anak perlu memahami
dan dipahami sekitarnya melalui belajar bahasa. Bentuk pujian serta
ekspresi rasa senang, gembira dan ceria disebut juga motivasi ekstrinsik.

D. Strategi Pemerolehan Bahasa


1) Mengingat
2) Meniru
3) Mengalami Langsung
4) Bermain
5) Penyederhanaan
E. Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa
Tahap pralinguistik
Pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati
bunyi vokal atau konsonan tertentu. Tetapi, umumnya bunyi-bunyi tersebut
belumlah mengacu pada kata atau kalimat dengan makna tertentu.

• 0-2 bulan, anak mengeluarkan bunyi-bunyi refleksif yaitu rasa lapar, haus,
sakit. Serta bunyi-bunyi vegetatif seperti batuk,bersin, sendawa, dan
tegukan.
•2-5 bulan, anak mulai mendekut dan mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang
bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan.
•4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan rentang waktu
yang lebih lama. Konsonan nasa /m/ dan /n/ sudah muncul.
•6-12 bulan, anak mulai berceloteh. Celotehnya berupa pengulangan
konsonan dan vokal seperti /ba-ba/, /ma-ma/, /da-da/.
Tahap Satu-Kata atau Holofrasis
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12-18 bulan. Pada tahap ini anak
menggunakan satu kata yang bermakna mewakili keseluruhan ide yang
disampaikannya. Contohya:
“ Mimi” sambil menunjukkan cangkir. (saya mau minum)
“Akit” sambil mengacungkan jarinya. (jari saya sakit)

Tahap Dua-Kata
Fase ini berlangsung sekitar 18-24 bulan. Dalam bertutur anak mulai
menggunakan dua kata. Contohnya:
“papa ikut”
“mamah main”
“mau bobo”
Tahap Telegrafis

Tahap ini antara usia 2-3 tahun. Anak telah menghasilkan ujaran dalam

bentuk kalimat-kalimat pendek. Ciri yang paling mencolok pada fase ini

bukanlah pada jumlah kata yang dihasilkan anak, tetapi pada variasi bentuk

kata yang sudah mulai muncul.

“ apa itu?”

“ Gilang ingin itu”

“ Tidak duduk disini”


KEGIATAN BELAJAR II
(PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA)

A. Pengertian dan Cara Pemerolehan Bahasa Kedua


Suatu bahasa disebut bahasa kedua apabila bahas tersebut dikuasai anak
melalui belajar formal. Secara umum tipe pemerolehan Bahasa kedua (B2)
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Pemerolehan B2 secara terpimpin, dilakukan melalui aktivitas
pembelajaran, baik di sekolah maupun kursus atau les.
2. Pemerolehan B2 secara alamiah, dilakukan secara spontan (kegiatan
langsung berbahasa dalam suasana nyata).
3. Pemerolehan B2 secara terpimpin dan Alamiah.
B. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua
Ellis (1986) telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan bahasa kedua
(B2) yaitu:
1. Model Akulturasi
Akulturasi adalah proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan
baru. Dalam pemerolehan B2, akulturasi dipandang penting karena bahasa
sebagai ungkapan budaya serta berhubungan dengan saling menilai antara
masyarakat B1 dengan B2. Akulturasi ditentukan oleh jarak sosial dan jarak
psikologis antara pembelajaran (B1) dengan budaya bahasa sasaran (B2).

2. Teori Akomodasi
Teori akomodasi mengatakan bahwa hubungan masyarakat B1 dan B2 dalam
berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2. Faktor-faktor berikut
akan mempermudah dan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran B2:
a. Anggapan pembelajaran B2 bahwa dirinya merupakan bagian dari
masyarakat B2.
b. Tidak memandang rendah kelompok masyarakat B2.
c. Persepsi pembelajaran tentang pentingnya etnolinguistik.
d. Terbuka dan tidak ketat dalam mempersepsikan batas kelompok B1
dengan B2.
e. Pembelajar B1 mengidentifikasi diri sama kuat dan memuaskannya
dengan kelompok sosial lainnya.

3. Teori Wacana
Teori wacana menemukan makna bahasa melalui keterlibatan dalam
berkomunikasi.
Teori wacana mempunyai sejumlah prinsip utama yaitu:
a. Pemerolehan B2 mengikuti urutan alamiah dalam perkembangan
sintaksis.
b. Penutur asli akan menyesuaikan tuturannya untuk mencapai makan yang
disepakati bersama penutur nonasli.
c. Strategi percakapan yang ditempuh untuk mencapai makna yang
disepakati dan masukan mempengaruhi kecepatan dan urutan
pemerolehan B2.

4. Model Monitor
Monitor proses konstruksi kreatif dalam berbahasa.
Model monitor memiliki 5 hipotesis yang mempengaruhi pemerolehan B2
yaitu :
1) Hipotesis pemerolehan-pembelajaran
2) Hipotesis urutan ilmiah
3) Hipotesis monitor
4) Hipotesis masukan
5) Hipotesis saringan afektif
5. Model Kompetensi Variabel
Model Kompetensi Variabel cara seseorang mempelajari bahasa akan
mencerminkan cara orang itu menggunakan
bahasa yang dipelajarinya.

Produk penggunaan bahasa terdiri dari 2 macam;


1) Produk tidak direncanakan
2) Produk direncanakan

6. Hipotesis Universal
Hipotesis Universal anak menemukan kaidah-kaidah bahasa dengan
bentuk gramatikal universal.

Contoh gramatikal universal, umumnya bahasa memiliki struktur kalimat


yang berpola subjek-predikat.
7. Teori Neurofungsional adanya hubungan antara bahasa dengan
anatomi syaraf.
Dua daerah dalam otak , yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri yang
menentukan pemerolehan B2. Belahan Otak kanan berkaitan dengan
merekam dan memproses ujaran yang berpola. Belahan Otak kiri berkaitan
dengan pemrosesan sintaktik dan semantik, serta pengendalian aktivitas
berbicara dan menulis.
Fokus teori ini berkenaan dengan perbedaan usia, fosilisasi, ujaran terpola,
dan pola latihan dikelas dalam mempelajari B2.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai