(tempat berpacu) • Kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/ penghargaan.
• Dalam dunia pendidikan : sejumlah mata
pelajaran (subjects) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Pengertian Kurikulum Secara Konseptual
1. Sebagai mata pelajaran (subjects)
2. Sebagai pengalaman belajar (learning experiences) 3. Sebagai program /rencana pembelajaran Kurikulum Menurut Para Ahli Harold B. Alberty (1965) : kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung sekolah.
Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) : kurikulum sebagai
segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut S. Hamid Hasan, kurikulum merupakan:
1. Suatu gagasan/ide 2. Sebagai suatu rencana tertulis 3. Sebagai suatu kegiatan Kurikulum Berdasarkan Undang-Undang Rumusan pengertian kurikulum yang tertera dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dalam panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), pengertian kurikulum yang digunakan mengacu pada pengertian seperti yang tertera dalam UU No. 20 Tahun 2003. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan FUNGSI KURIKULUM Bagi guru: pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah : pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan dan pengawas Bagi orang tua: pedoman dalam membimbing anaknya belajar di sekolah. Bagi masyarakat : pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa: pedoman belajar Fungsi Kurikulum secara khusus bagi siswa sebagai subjek didik: 1. Fungsi penyesuaian (The adaptive Function) 2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function) 3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating function) 4. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function) 5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function) PERANAN KURIKULUM ( Oemar Hamalik : 1990)
1. Peranan Konservatif 2. Peranan Kreatif 3. Peranan Kritis dan Evaluatif KOMPONEN UTAMA KURIKULUM
1. TUJUAN 2. ISI / MATERI KURIKULUM 3. STRATEGI PEMBELAJARAN 4. EVALUASI KURIKULUM SEBAGAI SUATU SISTEM
Kurikulum merupakan suatu sistem yang merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen dimana komponen yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan. Pengembangan kurikulum itu menyangkut banyak faktor, mempertimbangkan isu-isu mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan, bagaimana prosesnya, apa tujuannya dan kepada siapa kurikulum itu ditujukan. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. HIERARKI TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang ingin
dicapai secara komprehensif, utuh, dan menjadi induk bagi tujuan-tujuan yang ada dibawahnya. Tujuan Insttitusional adalah tujuan yang diharapkan dicapai oleh suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler adalah penjabaran dari tujuan institusional yang berisi program-program pendidikan yang menjadi sasaran sesuatu matapelajaran. Tujuan instruksional merupakan tujuan tingkat bawah yang harus dicapai setelah suatu proses pembelajaran. ISI / MATERI KURIKULUM Saylor dan Alecander (Zais, 1976) : isi kurikulum meliputi fakta-fakta, observasi, data, persepsi, penginderaaan, pemecahan masalah, yang berasal dari pikiran manusia dan pengalamannya yang diatur dan diorganisasi dalam bentuk gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi (generalization), prinsip-prinsip (principles) dan pemecahan masalah (solution) Hyman (Zais, 1976) mendefinisiskan isi/konten kurikulum ke dalam tiga elemen yaitu pengetahuan/knowledge, keterampilan dan proses (misalnya membaca, menulis, menghitung, berpikir kritis, pengambilan keputusan, berkomunikasi serta nilai/values) Nana Sudjana (1988) mengungkapkan secara umum sifat bahan/isi ke dalam beberapa kategori yaitu fakta, konsep, prinsip dan keterampilan. STRATEGI PEMBELAJARAN Pengertian strategi pembelajaran meliputi pendekatan, prosedur, metode, model dan teknik yang dipergunakan dalam menyajikan bahan/isi kurikulum. Nana Sudjana (1988) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktik guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. Strategi pertama maksudnya bahwa titik berat kegiatan banyak berpusat pada guru (biasa disebut model ekspositori atau model informasi), sedangkan pada strategi kedua titik berat aktivitas pembelajaran ada pada para siswa sehingga mereka lebih aktif melakukan kegiatan belajar (biasa disebut model inkuiri atau problem solving). EVALUAS Kegiatan I evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam pengembangan suatu kurikulum, baik pada level makro maupun mikro. Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan, termasuk menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989) dalam hal ini mengemukakan tiga komponen yaitu komponen program pendidikan, komponen proses pelaksanaan dan komponen hasil-hasil yang dicapai. Secara umum terdapat empat landasan pokok yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu 1. landasan filosofis, 2. psikologis, 3. sosial-budaya, dan 4. perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi. Landasan filosofis mengacu pada pentingnya filsafat dalam melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum di sekolah. Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu tujuan pendidikan itu sangat diwarnai oleh filsafat pandangan hidup yang dianut suatu bangsa maka kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup tersebut. Tujuan penddidikan Nasional di indonesia bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Tujuan pendidikan Indonesia tertuang dalam Undang- Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ,yaitu Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (pasal 2)
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan memebentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia Kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah perilaku manusia. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentuan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Psikologi Belajar (learning psychology): Teori belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi kurikulum disampaikan kepada siswa dan bagaimana siswa harus mempelajarinya
Psikologi Perkembangan (developmental psychology)
Teori perkembangan diperlukan dalam menentukan isi kurikulum yang akan diberikan kepada siswa agar tingkat kelulusan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa Landasan sosiologis mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan aspek masyarakat dan kebudayaan (society and culture). Kurikulum dan masyarakat Kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi programnya, tetapi juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaannya. Kebudaayaan dan Kurikulum. Kurikulum pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu, dalam mengembangkan suatu kurikulum kita perlu memahami kebudayaan. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni juga menimbulkan kebutuhan, aspirasi dan sikap hidup yang baru yang berpengaruh terhadap sistem dan isi kurikulum pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan siswa agar mampu hidup di masa sekarang dan akan datang. 1) Pendekatan administratif (administrative approach), yaitu pendekatan pengembangan kurikulum dengan menggunakan sistem komando dari atas kebawah. Pendekatan ini disebut pendekatan top-down karena pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif dan gagasan para pemegang kebijakan pendidikan atau administrator pendidikan di tingkat pusat dengan menggunakan prosedur administratif. 2. Pendekatan pendekatan akar rumput (grassroots approach), yaitu pendekatan pengembangan kurikulum yang diawali dengan inisiatif dari bawah (guru dan sekolah) selanjutnya disebar luaskan pada tingkat yang lebih luas. Pendekatan ini sering juga dinamakan pendekatan pengembangan kurikulum dari bawah keatas ( bottom up) atau pendekatan akar rumput (grassroots). Pendekatan ini biasanya diawali dari adanya keresahan guru atau kelompok guru tentang pelaksanaan kurikulum yang diberlakukan pada kurun waktu tertentu. 1. Pendekatan pertama bertitik tolak dari mata pelajaran (subject) sebagai suatu disiplin keilmuan. Setiap mata pelajaran merupakan disiplin ilmu yang terpisah antara satu dengan lainnya. Mata pelajaran tersebut tidak saling berhubungan dan tidak ada kaitan satu dengan lainnya. Pendekatan mata pelajaran ini dikenal dengan istilah separated subject centered curriculum atau isolated curriculum. 2. Pendekatan kedua berangkat dari masalah- masalah sosial yang ada dalam kehidupan nyata yang tidak mungkin ditinjau hanya dari satu aspek/segi saja. Suatau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang akan memengaruhi segi-segi kehidupan harus ditinjau dari berbagai segi. Pendekatan seperti itu disebut dengan pendekatan struktural, pendekatan fungsional, dan pendekatan daerah (interfield ) 3. Pendekatan ketiga bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna, arti, dan faedah tertentu 1. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas, mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan satuan pendidikan, (tujuan intitusional), tujuan mata pelajaran (tujuan kurikuler), sampai dengan tujuan pembelajaran (tujuan intruksional). 2. Pendekatan yang berorientasi pada bahan ajar mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan atau sangat menitikberatkan pada bahan ajar atau materi pelajaran yang akan diajarkan. Keuntungan dari penggunaan pendekatan kurikulum yang berorientasi pada bahan ajar ini terletak pada kebebasan dan keluesan dalam memilih dan menentukan bahan ajar karena tidak terkait oleh tujuan-tujuan tertentu. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu bahan pelajaran kurang jelas arah dan tujuannya, serta tidak jelas pula dasar pemilihan dalam menentukan metode dan apa yang akan dinilai. 3. Pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada kegiatan belajar-mengajar menitikberatkan pada bagaimana siswa belajar, serta cara dan langkah-langkah apa yang perlu dilakukanagar siswa menguasai keterampilan untuk mendapatkan pengetahuan. Keuntungannya yaitu sangat mementingkan kebutuhan siswa. Namun, pendekatan ini juga memiliki kelemahan yaitu sulit mengukur ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.