Anda di halaman 1dari 18

EKONOMI PANGAN & GIZI: Pertemuan 13

HUBUNGAN STATUS EKONOMI Dra. Hj. Fatmawaty Suaib,


M.Kes.
DAN GIZI MASYARAKAT
1
STATUS SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT
•Status sosial ekonomi adalah tinggi rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan
kedudukan yang dipegangnya dalam suatu masyarakat berdasarkan pada pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhannya atau keadaan yang menggambarkan posisi atau kedudukan suatu
keluarga masyarakat berdasarkan kepemilikan materi.
•Status sosial ekonomi seseorang dapat didasarkan pada beberapa unsur kepentingan
manusia dalam kehidupannya, status dalam kehidupan masyarakat, yaitu status pekerjaan,
status dalam sistem kekerabatan, status jabatan dan status agama yang dianut.
•Secara umum status sosial ekonomi masyarakat dapat dibedakan atas tiga status kelas:
a) Kelas Atas (Upper Class),
b) Kelas Menengah (Middle Class), dan
c) Kelas Bawah (Lower Class).
•Kaitannya terhadap status (kualitas) gizi masyarakat, faktor besarnya tingkat pendapatan
perkapita/rumah tangga dapat dirujuk untuk melihat hubungan sebab-akibat keduanya. 2
STATUS SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT
• Salah satu indikator pengelompokkan status sosial ekonomi berdasarkan tingkat pendapatan
masyarakat yang banyak digunakan adalah dari Bank Dunia (World Bank) yang mengelompokkan
status pendapatan masyarakat dunia atas empat kategori (data pertahun 2019):
a) Pendapatan rendah (low income);
pendapatan < Rp. 1.200.000/bulan atau setara <$1.026/tahun,
b) Pendapatan menengah ke bawah (lower-middle income);
pendapatan Rp. 1.200.000 – 4.700.000/bulan atau setara $1.026 – 3.995/tahun,
c) Pendapatan menengah ke atas (upper-middle income);
pendapatan Rp. 4.700.000 – 14.600.000/bulan atau setara $3.996 – 12.375/tahun,
d) Pendapatan tinggi (high income);
pendapatan > Rp. 14.600.000/bulan atau setara >$12.375/tahun.
• Standar Bank Dunia di atas juga diadopsi oleh pemerintah Indonesia ke dalam sejumlah kebijakan
terkait angka kemiskinan, pendapatan nasional maupun tingkat kesejahteraan masyarakat. 3
STATUS SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT
•Berdasarkan data BPS dan CEIC, kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia diketahui:
• Mengalami peningkatan pertumbuhan pendapatan perkapita tahunan sejak tahun 2016 hingga
menyentuh angka $ 4.193 (setara dengan Rp. 5.000.000,-/bulan) pada tahun 2019, dan oleh
karenanya Bank Dunia menaikkan status ekonomi Indonesia naik satu level dari sebelumnya
“negara berpendapatan menengah ke bawah (lower-middle income)” menjadi “negara
berpendapatan menengah ke atas (upper-middle income)” untuk pertama kalinya dalam sejarah
sejak kemerdekaannya.
• Pada tahun 2020 standar garis kemiskinan Indonesia berkisar pada Rp. 454.652,-, dengan trend
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
• Daya beli pangan masyarakat cukup stabil dan masih dapat dikendalikan oleh pemerintah.
Diketahui berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan 2019, nilai inflasi pangan nasional terus
dapat ditekan mendekati 0%, namun akibat pandemi COVID-19 selama empat bulan pertama
tercatat harga pangan mengalami deflasi atau nilai pangan menjadi terlalu murah akibat produksi
pertanian banyak namun kurangnya daya beli masyarakat. Tidak berlangsung lama, tercatat
memasuki akhir tahun 2020 harga pangan mulai normal kembali. 4
Grafik garis kemiskinan Indonesia dalam Rupiah (atas); Grafik pendapatan
perkapita penduduk Indonesia pertahun dalam Dollar (bawah)

5
KONDISI STATUS DAN MASALAH
GIZI MASYARAKAT
•Berbicara status gizi masyarakat maka perlu diperhatikan sejumlah masalah berikut:
• Jumlah kematian Ibu dan Bayi. Berdasarkan data SUPAS BPS 2015 tercatat Angka Kematian Ibu
(AKI, nasional) akibat kelahiran dan proses menyertainya adalah sebesar 305 kematian dari setiap
100.000 kelahiran bayi. Angka ini masih tergolong sangat tinggi untuk kawasan Asia-Pasifik yang
rata-rata hanya mencapai 130an kematian saja. Jumlah kematian bayi (neonatal) Indonesia juga
masih tergolong tinggi yaitu 15 kematian disetiap 1.000 kelahiran bayi (Kemenkes 2017),
menempatkan Indonesia sebagai negara tertinggal dalam penanganan hal ini di Asia Tenggara dan
Pasifik.
• Prevalensi balita pendek (stunting). Meski mengalami trend penurunan setiap tahunnya, jumlah
balita stunting di Indonesia adalah salah satu terburuk di Asia Tenggara, menempati posisi kedelapan
atau kesembilan dari daftar negara bebas stunting. Berdasarkan data BPS, persentase balita stunting
di Indonesia mencapai 27,67% di tahun 2019.
• Prevalensi anak kurang gizi (malnutrisi). Berdasarkan data Riskesdas 2018, terdapat dua kategori
anak yang kurang gizi yakni gizi buruk dan gizi kurang yang angkanya masing-masing adalah 3,9%
dan 13,8%. Jika keduanya ditotalkan maka terdapat sekitar 17,7% anak kurang gizi. 6
7
8
KONDISI STATUS DAN MASALAH
GIZI MASYARAKAT
• Prevalensi obesitas. Secara umum baik dewasa maupun anak-anak, dari tahun ke tahun jumlah masyarakat dengan
berat badan di atas kategori gemuk (BB/TB), terus mengalami peningkatan. Secara gender, wanita mengalami
obesitas lebih banyak (32,9%) daripada pria (19,7%), dan dengan proporsi terbanyak terdapat pada masyarakat
perkotaan dibandingkan pedesaan.
• Prevalensi anemia terutama pada wanita. Anemia atau kekurangan zat besi pada darah akibat penyakit dan
pendarahan (datang bulan) dapat mengganggu aktivitas keseharian dan lebih parahnya dapat berujung kepada
kematian. Berdasarkan Riskesdas 2018 tercatat jumlah peningkatan signifikan penderita anemia pada kalangan Ibu
Hamil mencapai 48,9% (2013: 37,1%), yang berarti hampir setengah dari Ibu Hamil dapat terancam jiwanya pada
saat proses persalinan. Tidak hanya di alami oleh Ibu Hamil, namun prevalensi anemia juga tinggi pada kalangan
gadis dan remaja perempuan usia 10-18 tahun yang mencapai 57,1% dari total populasi wanita seusianya (SKRT
2012).
• Indeks kelaparan global (Global Hunger Index). Indeks global ini mengukur seberapa besar tingkat
kelaparan/kekurangan pangan suatu negara, di mana Indonesia tercatat pada tahun 2020 pertama kalinya masuk ke
daftar negara dengan resiko kelaparan “cukup rendah (moderate)”, setelah 19 tahun lamanya sejak tahun 2000
Indonesia terus pada resiko kelaparan “membahayakan (serious)”. Namun di Asia Tenggara, posisi Indonesia tidak
jauh lebih baik dari negara seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina dan tentu saja Singapura serta Brunei. 9
10
11
HUBUNGAN STATUS EKONOMI
DAN
•Beberapa GIZI MASYARAKAT
penelitian terdahulu yang telah dilakukan pada ruang lingkup yang lebih sempit
(kota/kabupaten) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan korelatif antara peningkatan status sosial
ekonomi seseorang/keluarga tertentu terhadap status gizi mereka (Repi dkk, 2013; Sebataraja dkk,
2014; Sundary, 2016; Afifah, 2019). Hubungan tersebut dapat saja bernilai positif (berbanding lurus)
maupun negatif (berbanding terbalik).
•Semakin besar pendapatan, tinggi latar pendidikan, baik pola asuh gizi dan stabil jenis pekerjaan
masyarakat maka secara teoritis semakin besar pula meningkatkan kondisi dan status gizinya.

Pulau “termiskin”
paling rentan akan
“pangan”

12
HUBUNGAN STATUS EKONOMI
DAN GIZI MASYARAKAT
•Jika melihat beberapa perkembangan dari kondisi perekonomian Indonesia yang tampaknya
cukup kuat dan masih berkembang, lain halnya dengan kondisi dan status gizi masyarakat
Indonesia yang pada beberapa indikator masih berada pada “rapor merah”, seperti jumlah
kematian Ibu dan Bayi, balita stunting, anak kurang gizi, obesitas, anemia pada perempuan dan
beberapa indikator lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
•Selama kepemimpinan presiden Joko Widodo, sejumlah perkembangan digalakkan terutama
pada pembangunan fisik/infrastruktur. Pada bidang kesehatan atau gizi masyarakat, tidak
tampak terlihat banyak gebrakan kebijakan baru dan inovatif, masih sebatas memakai atau
meneruskan kebijakan yang sudah ada sebelumnya serta memperbaiki sistem pengelolaannya.
Meski demikian hal ini juga penting.
•Pola pikir yang diharapkan adalah dengan adanya pembangunan infrastruktur pada masa kini,
maka di masa akan datang dapat mempermudah dan mendukung implementasi kebijakan
kesehatan dan kebijakan lainnya.
13
HUBUNGAN STATUS EKONOMI
DAN GIZI MASYARAKAT
•Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat adalah dengan menjalin kerjasama
terhadap pemerintah daerah serta sektor swasta dalam pemenuhan gizi dan kesehatan masyarakat.
•Hal ini dapat terlihat dari contoh pembukaan sejumlah lokasi food estate (kerjasama pemerintah dengan
PT. RNI dan Northstar Group), kawasan pertanian baru, penanaman modal asing pada sektor pangan
dan kesehatan (beberapa perusahaan dari Australia, China, Jepang, Korsel dan AS) hingga
pemberdayaan masyarakat lokal (Gapoktan & TTI).
•Selain memperlihatkan adanya hubungan yang tidak simetris antara status ekonomi Indonesia terhadap
status gizi masyarakat, namun perlu diingat kembali bahwa ancaman pandemi COVID-19 belum
sepenuhnya hilang.
•Meskipun pada tahun 2019 Indonesia berhasil masuk ke dalam jajaran negara berpenghasilan menengah
ke atas, namun tantangan yang dihadapi Indonesia selama pandemi COVID-19 hingga menimbulkan
periode resesi ekonomi, tampaknya dapat menggerakan posisi Indonesia kembali turun satu peringkat.
Hal ini berlaku bagi indeks kelaparan nasional yang berpotensi kembali ke zona membahayakan
“serius”.
14
15
16
17
Click icon to add picture

TERIMA KASIH DAN Pertemuan 13


SEMOGA BERMANFAAT
18

Anda mungkin juga menyukai