Anda di halaman 1dari 73

TRAUMA KIMIA & FISIK

MATA
KSM Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi - FKUJ JEMBER
BAHAN KIMIA PENYEBAB TRAUMA
:
I. ASAM :
 pH < 7.0
 Terjadi proses Koagulasi
II. BASA : pH > 7.0
RUDA PAKSA BASA (ALKALI)

II.A.1. BAHAN BASA YANG


SERING PENYEBAB RUDA
PAKSA.
II.A.2. EFEK TOKSIK BAHAN
ALKALI (BASA)
BAHAN BASA YANG SERING
PENYEBAB RUDAPAKSA
a. Amonia (NH3)
 Penggunaan : pupuk, pendingin , larutan
pembersih dalam rumah tangga.
 Cara kerja:
Merangsang mata  air mata   air mata
encer  potensi merusaknya 
Gas amonia larut dalam air mata  ekpossure
lebih lama pada mata  amonium hidroksida
(NH4 OH)  kerusakan mata lebih hebat.

Amonia larut dalam lemak  penetrasi cepat


 merusak kornea  kerusakan iris dan lensa
 Penetrasi amonia  kurang dari 1 menit 
kerusakan mata susah dicegah.
b. Larutan Alkali (NaOH)
 Larutan alkali Kaustik Soda
 penetrasi hampir sama
cepat dengan ammonia 
luka bakar karena bahan
padat dari Na OH
 Kerusakan mata  urutan
kedua setelah amonia.
c. Kapur (CaOH2)
 kalsium hidrat, kapur gamping,
gips, mortar, semen  luka bakar
pada mata.
 Penetrasi lebih lambat dibanding
ammonia dan kaustik soda, sebab
bereaksi lebih dulu dgn membran sel
epitel  sabun kalsium
mengendap  menghalangi penetrasi
lebih lanjut. Tetapi lebih cepat
menimbulkan kekeruhan kornea
dibanding ammonia dan kaustik
soda.
EFEK TOKSIK
BAHAN ALKALI (BASA)

PERUBAHAN pH
Ion hidroksi Alkali  pH  
reaksi safonifikasi komponen
lemak membran sel 
kerusakan sel.
ULSERASI
Ulserasi stroma kornea  efek
sekunder kerusakan jaringan
akibat bahan basa.
Ulserasi terjadi pada minggu
ke II-III  akibat meningkatnya
proses proteolitik bersamaan
penurunan sintesa protein.
GAMBARAN KLINIK RUDA PAKSA
ALKALI (KLASIFIKASI HUGHES)
GRADE I (Ringan)
 Erosi kornea
 Tidak ada iskemik pada limbus
 Prognosa baik.

GRADE II (Sedang s/d Berat)


 Kornea suram, detail iris masih
terlihat
 Iskemik limbus 1/3 bagian
 Prognosa baik
GRADE III (Berat)
 Epitel kornea hilang, stroma suram.
 Detail iris kabur.
 Iskemik sampai ½ limbus.
 Prognosa meragukan.

GRADE IV (Sangat berat)


 Kornea keruh, detail iris dan pupil tidak
terlihat
 Iskemik lebih dari ½ limbus, limbus &
sclera pucat
 Prognosa buruk.
PROGNOSA KLINIS :
1. Luasnya area yang terkena
 Epitel kornea yang hilang
 Derajat perubahan konjungtiva
2. Dalamnya penetrasi
 Beratnya kerusakan sclera
 Timbulnya hipotoni atau
katarak.
3. Faktor lain menentukan beratnya
rudapaksa alkali:
 Jumlah bahan kimia yang
mengenai mata
 pH larutan
 Sifat kation
 Lama kontak bahan kimia.
A. PERUBAHAN JARINGAN
I. FASE AKUT (0 s/d 1 minggu)
II. FASE REPARASI AWAL
(1—3 minggu)
III.FASE REPARASI AKHIR DAN
SEKUELE (3 minggu)
FASE AKUT (0 s/d 1 minggu)

Kerusakan jaringan akut 


kerusakan membran sel 
kerusakan jaringan sekitarnya :
epitel kornea, konjungtiva,
keratosit, saraf kornea, endotel
kornea dan pembuluh darah,
komponen sel dan pembuluh
darah iris serta badan silier dan
epitel lensa.
Penetrasi bahan kimia pada
kornea  kerusakan epitel 
kekeruhan  stroma nekrosis
perilimbal dan perdarahan.
Kerusakan epitel kornea dan
struktur yang lebih dalam
mungkin tidak tampak, karena
tertutup oleh kekeruhan stroma
bagian anterior.
II. FASE REPARASI AWAL (1—3
mgg)
Melewati minggu I  epitel kornea dan
konjungtiva regenerasi (kecuali pada ruda
paksa yang berat)  Regenerasi sempurna
terjadi pada fase dini.
Pertumbuhan pembuluh darah dan
infiltrasi sel radang kedalam stroma
kornea terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan epitel.
Kekeruhan kornea Mg I mulai berkurang
(kasus ringan atau sedang)  perbaikan
sempurna terjadi pada fase awal ini.
Bila terjadi ulserasi kornea  umumnya
terjadi pada minggu II-III
III. FASE REPARASI AKHIR
dan
SEKUELE ( 3 minggu)
Ulserasi stroma kornea  pada
keseimbangan antara sintesa kolagen dan
degradasi kolagen selama fase dini.
Ulserasi  irreguleritas permukaan kornea
 astigmatisme & visus 
Komplikasi yang paling serius 
descemetokel dan perforasi  merusak
integritas bola mata.
Jika perforasi tak terjadi  mata
membaik dengan Neovaskularisasi &
sikatrik  seluruh kornea jaringan
fibrivaskuler + simblefaron (tgt luas
nekrosis konjungtiva)
Jika konjungtiva palpebra dan konjungtiva
bulbi keduanya terkena  selama proses
penyembuhan  simblefaron 
perubahan palpebra  entropion dan
trikiasis
PENGOBATAN RUDA PAKSA BASA

1. Pengobatan Segera.
2. Pengobatan Fase Akut.
Pengobatan Segera

Irigasi segera  cairan non-


toksik : air, larutan buffer, atau
normal salin, atau Ringer Laktat
 standar irigasi minimal 30
menit.
Pengobatan Fase Akut

Tujuan :
♠ Memperbaiki keadaan penderita
♠ Mencegah infeksi
♠ Mengurangi reaksi radang
♠ Mencegah kerusakan stroma

Ruda Paksa Ringan :


 Antibiotika (Kloramfenikol, Gentamisin,
Bacitrasin)  memperbaiki
jaringan yang rusak
 Sikloplegik.
Rudapaksa Berat:
 Tambahkan Steroid topikal
 Kollagenase Inhibitor
 Bandage Lens (Soft Lens Tx)

NB.Kortikosteroid diberikan
10 hari pertama  tidak
ada perbaikan  distop
RUDA PAKSA ASAM
Umumnya ruda paksa asam  gejala lebih
ringan  ekpossure dengan asam lemak dan
asam kuat yang mengalami pengenceran

Gejala lebih berat  disebabkan asam dari


logam berat : asam kromat, asam sulfat,
asam sulfite, asam hidroklorida.
BAHAN ASAM YANG SERING
PENYEBAB RUDA PAKSA

1. Asam Sulfat (H2 SO4)


Kebanyakan ruda paksa asam sulfat 
ledakan baterai (Accu)
 Campuran gas Hidrogen dan Oksigen akan
meledak bila terjadi kontak dengan api.

 Ruda Paksa  kombinasi antara luka bakar


asam dengan kontusio dari partikel
baterai.
2. Asam Sulfit (H2 SO2)
Sulforos oksida :
- Bahan pengawet buah-buahan
atau sayuran
- zat pemutih & bahan pendingin
 Sulfur oksida merusak saraf kornea
sehingga terjadi anastesi dan sedikit rasa
tidak enak.
3. Asam Hidroflurida
Bahan penggosok gelas dan silicon,
pelapisan gelas.
EFEK TOKSIK
Kerusakan jaringan  kerusakan epitel
 koagulasi dan presipitasi protein 
kerusakan jaringan tsb
Derajat kerusakan  afinitas anion asam
terhadap jaringan  tergantung
perubahan pH asam tersebut.
Perubahan cairan akuos humor oleh ruda
paksa asam < basa.
GAMBARAN KLINIK TRAUMA
ASAM
Gambaran klinik  klasifikasi
HUGHES
Asam  koagulasi epitel  barrier
terhadap penetrasi asam selanjutnya,
sedangkan
Basa  reaksi safonifikasi (reaksi
penyabunan) pada lemak membran sel
yang diikuti kerusakan jaringan
sekitarnya.
PENGOBATAN TRAUMA ASAM

Irigasi  NaCl normal, air, Ringer Laktat


selama 20-30 menit  harus segera 
menghindari hipotermi.

Tujuan utama  pemulihan epitel yang


menutupi permukaan bola mata,
mengontrol peradangan, supportif
terhadap proses reparasi, dan mencegah
infeksi.
GRADASI KLINIS TRAUMA KIMIA
Stem Cell Limbus (HUGHES) :
I. Iskemia Limbus negatif atau
minimal.
II. Iskemia < 2 kwadran limbus.
III.Iskemia > 3 kwadran limbus.
IV. Iskemia seluruh limbus, seluruh
epitel konjungtiva & BMD.
Kerusakan  pH, Volume,
lama kontak, toksisitas
ASAM :
 Denaturasi dan presipitasi
 Kerusakan terlokalisir.
 Tidak merusak proteolik kornea
BASA :
 Merusak proteolikan kornea.
 Proses safonifikasi / perlunakan jaringan
 Penetrasi.
 Perforasi konjungtiva, sclera, khoroid,
retina.
KOMPLIKASI TRAUMA
KIMIA
1. Simblefaron
2. Glaukoma sekunder
3. Sindroma Mata Kering
4. Katarak Traumatik
5. Sikatrik Kornea
6. Ptisis Bulbi
PROGNOSIS tergantung :

1. Luas kerusakan permukaan


epitel
2. Derajat luka baker pada kulit
3. Gangguan fungsi kelopak
4. Defek epitel yang persisten
5. Penetrasi intra okuler
PENANGANAN TRAUMA KIMIA

1. Irigasi Mata dan Jaringan


sekitarnya
2. Parasintesa BMD
 jika perlu pada trauma
kimia yang berat
3. Debridement jaringan nekrotik
4. Pengobatan:
 Mempercepat reepitelisasi kornea
 Mengontrol peradangan :
- Mencegah infiltrasi sel-sel radang -
Mencegah pembentukan enzim
kolagenase
 Mencegah infeksi sekunder
 Mengontrol TIO
 Suplemen/Anti Oksidan
 Tindakan Pembedahan
BAHAN PENYEBAB TRAUMA KIMIA
:
1. Ammonia (NH3) : Pupuk, materi Pendingin, bahan
pembersih. Penambahan air  uap NaOH.
2. Natrium Hidroksida (NaOH)  Pembersih saluran
 sangat cepat penetrasi.
3. Kalium Hidroksida (KOH)  Kustik Soda 
sangat cepat penetrasi.
4. Magnesium Hidroksida [Mg(OH)2]  Kembang
api  Kombinasi trauma kimia dan termis.
5. Kapur (Ca(OH2)  Kapur dinding, Semen,
Pemutih  Kecelakaan kerja  kemampuan
penetrasi lemah  toksisitas meningkat bila ada
partikel tertinggal
1. Air Keras (H2SO4), Pembersih industri, air ACCU
Percampuran dengan air mata  koagulasi
kornea, dapat disertai benda asing atau robekan
jaringan.
2. Asam Sulfit (H2SO3)
a. Terbentuk dari percampuran sulfur dioksida
(SO2),
b. Pengawet buah/sayuran.
c. Bahan pemutih
d. Bahan pendingin.

Relatif lebih mudah ber-penetrasi dibanding bahan


asam lainnya .
3. Asam Hidrofluorik (HF)  Bahan
pemoles/pemutih kaca, pemisah mineral, akilasi
bensin, produksi silikon  mudah penetrasi
4. Asam Cuka (CH3COOH)
Cuka 4-10 %, Cuka biang 80%
Trauma ringan bila konsentrasi  Asam Asetat
Glasial 90%
5. Asam Chromik (HCr2O3) Industri Verkrom
6. Asam Hidroklorik (HCl)  Larutan 31-38%
4 FASE PENANGANAN
TRAUMA KIMIA

I. FASE KEJADIAN (Immediate)


II.FASE PENGOBATAN (Terapeutik)
III.FASE PEMULIHAN DINI (Early
Repair : hari ke 7 – 21)
IV.FASE PEMULIHAN AKHIR
(Late Repair : setelah hari ke-21)
I. FASE KEJADIAN (Immediate)

Tujuan : menghilangkan materi penyebab


sebersih mungkin
Tindakan :
Irigasi Bahan Kimia
Pembilasan segera, bila mungkin berikan
anestesi topical terlebih dahulu.
Pembilasan dengan larutan non-toxic (Na
Cl 0.9%, Ringer Lactat dll) sampai pH air
mata kembali normal (dinilai dengan
kertas Lakmus)
Benda asing yang melekat dan jaringan
bola mata yang nekrosis harus dibuang
(pada anak-anak, jika perlu dalam
narkose).
Bila diduga terjadi penetrasi bahan kimia
ke dalam bilik mata depan (BMD) , maka
dilakukan irigasi BMD dengan larutan
Ringer Lactat.
DIAGNOSA
1. Anamnesa :
Bahan kimia penyebab, waktu dan
lamanya kontak sampai dilakukan
tindakan pembilasan, lamanya irigasi
yang telah dilakukan, jenis kecelakaan
tersebut (mis : rumah tangga,
pekerjaan, kriminal dsb)
Pemeriksaan Oftalmologis :
Tajam penglihatan, pemeriksaan lampu
celah, tekanan bola mata.

Penderita dirawat di Rumah Sakit bila :


• Trauma kimia asam mengenai kedua mata
• Semua penderita trauma kimia basa harus
dirawat.
II. FASE PENGOBATAN (Therapeutic)
Tujuan : Mencegah terjadinya penyulit
Prinsip :
A. Mempercepat proses re-epitelialisasi kornea.
B. Mengontrol tingkat peradangan
* Mencegah infiltrasi sel-sel radang.
* Mencegah pembentukan enzym
kolagen
C. Mencegah infeksi sekunder.
D. Mencegah peningkatan TIO
E. Suplemen / antioksidan
F. Tindakan pembedahan.
PENATALAKSANAAN :
TINDAKAN A
Mempercepat Epitelisasi Kornea
GRADASI I :
-
GRADASI II : Bandage Lens
GRADASI III : Bandage
Lens, Autoserum 6x
GRADASI IV : Bandage Lens,
Autoserum/Jam
TINDAKAN B : Mengontrol Peradangan
GRADASI I : (AB +)
Steroid tets 4-6 x
EDTA 1% tetes 4-6x
GRADASI II : Kortikosteroid tts 6x
Na-EDTA 1% 6x
GRADASI III : Deksametason /Pred tts
tiap jam
Autoserum tts 6x
GRADASI IV : Deksa /Pred tts tiap 30 mnt
EDTA tts tiap 30 menit
Autoserum tts tiap jam
TINDAKAN C : Mencegah Infeksi Sekunder
GRADASI I :
Anti Biotik + Steroid 4-6 x
GRADASI II : Tetrasiklin salep 4 x
Doxysiklin 2x100 mg
GRADASI III : Tetrasiklin salep 4 x 
Doxysiklin 2 x 100 mg
GRADASI IV : Tetrasiklin salep 4x
Doxysiklin 2 x 100 mg
TINDAKAN D : Mencegah TIO 
GRADASI I =C
GRADASI II : Timolol 0.5% tetes 2 x
GRADASI III : Timolol 0.5 % 2x
Asetazolamide 2 x 500 mg
Subsitusi ion kalium
GRADASI IV : Sama dengan gradasi III
TINDAKAN E : Suplemen /Antioksidan
GRADASI I : Sulfas
Atropin 1% 3x
Vit C 4x 500 mg
GRADASI II : Sulfas Atropin 1% 3x
Vit C 2000/hari
GRADASI III : Sulfas Atropin 1% 3x
Vit C 2000 mg/hr
GRADASI IV : Sulfas Atropin 1% 3x
Vit C 2000 mg/hari

TINDAKAN F : Pembedahan
GRADASI I & II = E
GRADASI III & IV :
Nekrotomi + Graf konjungtiva-limbus
III. FASE PEMULIHAN DINI
(EARLY REPAIR : HARI KE 7-21)

TUJUAN :
Membatasi tingkat penyulit.
PROBLEM :
Hambatan re-epitelisasi kornea
Gangguan fungsi kelopak mata
Hilangnya sel Goblet
Ulserasi Stroma  perforasi kornea
PRINSIP FASE III = FASE II
PENATALAKSANAAN PEMULIHAN DINI
TINDAKAN A :
Percepat Reepitelisasi Kornea
GRADASI I : Reepitelisasi
Sempurna GRADASI II :
Reepitelisasi Sempurna +?
Bandage Lens diteruskan
GRADASI III : Bandage Lens + Autoserum 6x

GRADASI IV : Bandage Lens + Autoserum tiap


jam
TINDAKAN B : Mengontrol Radang
GRADASI I : (AB) + Steroid tets tapp off
GRADASI II : Kortiko steroid
tetes tapp off.
Na-EDTA 1% tapp off
GRADASI III : Deksa / Pred Tapp Off / hentikan
ganti NSAID
Na-EDTA tiap Jam
Auto serum 6x
GRADASI IV : Deksa / Pred hentikan ganti
NSAID tiap jam
atau PROVERA tiap jam
Na-EDTA TIAP 30 Menit
Autoserm tiap jam
TINDAKAN C: Mencegah Infeksi Sec
Gradasi I :(AB) + Steroid tts tapp off
Gradasi II: -Tetrasiklin salep 2 x
- Doxysiklin 2 x 100 mg
Gradasi III:-Tetrasiklin Salep 2x
-Doxysiklin 2 x 100 mg
Gradasi IV:-Tetrasiklin Salep 2x
-Doxysiklin 2 x 100 mg
TINDAKAN D: Mencegah TIO
Gradasi II: TIO tdk Timolol 
Gradasi III:TIO tdkStop
Actz dan Ion K Gradasi
IV:-Timolol 0,5% 2x
-Acetz + Ion K
teruskan
TINDAKAN E : Suplement / Antioksidan
Gradasi I :-Uveitis (-) : SA dihentikan
Gradasi II:-Uveitis (-) : SA dihentikan
-Vitamin C 2000 mg/hr
Gradasi III:-Sulfas Atropin 1% 3x
-Vitamin C 2000 mg/hr
-Retinoc Acid salep 2 x
Gradasi IV:-Sulfas Atropin 1% tts 3x
-Vitamin C 2000 mg/hari
- Vitamin A dan E Jaringan
- Nekrotik (+)
TINDAKAN F : Pembedahan
Gradasi III :-Jaringan Nekrotik (+)
EksisiJaringan Nekrotik
-Ulseroma Stroma (+)
Graft Konjugtiva atau
mukosa bibir / amnion
-Fs. Kelopk (±)Tarsorp
Gradasi IV:-Nekrotik (+)Eksisi
-Ulseroma StromaGraf
mukosa bibir,Amnion
Ad. IV FASE PEMULIHAN
AKHIR
IV. PHASE PEMULIHAN AKHIR ( rate
repair : setelah hari ke 21 )
TUJUAN : Rehabilitasi fungsi Visus
PROBLEM :
*Disfungsi sel Goblet
*Hambatan re-epitelisasi kornea
*Ulserasi Stroma (Gradasi III & IV)
PRINSIP :
a. Mempercepat proses re-epitelisasi
kornea atau optimalisasi fungsi epitel
permukaan
b.Seterus sesuai dengan phase II
PENATALAKSANAAN

TINDAKAN A:Epitelisasi Kornea


GRADASI I : Solcoseryl gel 3x
GRADASI II: Epitelopati
(+)
Solcoseryl 4x
GRADASI III: Epioteliopati (+)
Solcoseryl GRADASI
IV: Reepitelisasi (+)
Bandage Lens
GRADASI IV:
*Tindakan B:Kontrol Radang
-NSAID tts 4-6 x
-Medroxyprogesteron 1%4x
-Na-EDTA 4-6 x
-Auto Serum 4-6 x
*Tindakan C:Mencegah Inf Sek
-Tetrasiklin Salep 4x
-Doxycyclin 2x100 mg
GRADASI IV (Sambungan)
Tindakan D:Mencegah TIO
-TIO tdk hentikan obat
Tindakan E:-Vit C 2000 mg/hr
-Vit A & E
Tindakan F:Pembedahan
-Graft Konjungtiva-Limbus
-Terapeutik Keratoplasty
-Keratoprotesis
Ad. III. TRAUMA AKIBAT
FAKTOR FISIK
• A.TRAUMA THERMIS
• B. TRAUMA RADIASI
TRAUMA THERMIS

Tujuan utama Pengobatan:


1.Mengurangi nyeri akibat
iridosiklitis
2.Mencegah Infeksi Sekunder dengan
pemberian Antibiotika.
3.Menekan reaksi Inflamasi
4.Mengurangi sikatrik kelopak mata /
malfungsi kelopak mata.
-membatasi debridement
-skin grafting
-tarsoraphy.
5.Jika kelainan terbatas pada
epitel  bebat tekan +
sikloplegik.
B. TRAUMA RADIASI
1. Ultra Violet.
Penyebab : sinar mahari, sinar las.

a.Kornea.
- Fotokeratitis, daya regenerasi
epitel tinggi, jarang kerusakan
permanent
Terapi : Antibiotika salap mata,
sikloplegik, bebat mata
- Climatic Droplet keratopaty /
Labrador keratopaty / Bietti’s nodul (
efek radiasi kronis)
- Pterygium.
b.Lensa  katarak.
c.Retina  makulopati.
Resiko Tinggi Terhadap Radiasi Ultra
Violet:
a. Afakia dan pseudofakia dengan
lensa intra okuler yang tidak
menyerap UV.
b. Penderita katarak
c. Pasien dengan mengkonsumsi
obat tertentu
d. Pekerja dilingkungan yang mengandung
UV
e. Pekerja dibawah sinar matahari.
f. Orang yang menyukai rekreasi tertentu
g.Orang menggunakan lampu sinar
matahari buatan
h. Anak-anak yang bermain ditempat
terbuka / terpapar sinar matahari.
3.Infra Red.
– Cahaya pembuatan kaca
– Cahaya gerhana matahari
*Akibat pada mata: Katarak,
Retinitis Solaris.
BLOW OUT FRACTUR

Deff :Adalah fraktur dasar orbita dan


atau dinding medial orbita tanpa
disertai fraktur
pada rima orbita.
Tanda-tanda Blow Out Fraktur:

1.Ptosis
2.Diplopia ada / tidak.
3.Enoftalmus ringan sampai berat.
4.Jika ada diplopia hambatan
gerakan keatas / bawah dan atau
medial / inferior.
5. Palpasi : -rima
orbita utuh
-Krepitasi kulit kelopakmata ada /
tidak -
Hipoaestesi regio infra orbita ada / tidak.
6. CT Scan orbita : fraktur +
Terapi : Rujuk dokter spesialis mata.
Untuk konservatif/ rekonstruksi.
• WASSALAMU’ALAIKUM WW
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai