Anda di halaman 1dari 21

LGBT DALAM

REFERAT PERSPEKTIF
PSIKIATRI
Muh. Nasry Noer Najib
4520112006

Pembimbing:
dr. Mayamariska Sanusi, Sp. KJ

DEPARTMEN KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
 American Psychological Association menyatakan bahwa orientasi seksual merujuk pada
suatu perasaan dan konsep diri dari individu
 LGBT merupakan kepanjangan dari Lesbian, Guy, Biseksual, dan Transgender.
 LGBT merupakan suatu ganguan identitas gender dan gangguan preferensi seksual. Menurut
standar kompetensi dokter indonesia (SKDI), tingkat kompetensi gangguan tersebut adalah 2
 Lesbian dan Gay termasuk dalam homoseksualitas yang merupakan sebuah rasa ketertarikan
secara perasaan dalam bentuk kasih sayang, hubungan emosional yang ditujukan terhadap
orang-orang berjenis kelamin sama.
 Biseksual merupakan gabungan dari homoseksual dan heteroseksual.
 Sementara transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang
melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat
mereka lahir
APA.2015.
Naswati. 2016
Shahab, A. 2017
01
LESBIAN

Wanita dengan ketertarikan seksual


terhadap wanita lain. Orientasi
seksual wanita ke wanita lain
dengan hubungan seksual antara
wanita dan wanita lain
 Etiologi:  Psikopatologi
Hubungan Keluarga dan Lingkungan • Seorang perempuan dapat menjadi homoseksual
 Epidemiologi disebabkan ketergantungan ibunya terhadap perempuan
Homoseksual paling banyak ditemukan di Amerika Serikat. tersebut yang menyebabkan maskulinisasi dari perempuan
Didapatkan pula bahwa kurang dari 50% dari angka kejadian tersebut menjadikannya seorang lesbian. Ibu tersebut
di US tersebut merupakan lesbian. biasanya ibu yang sering terluka karena memiliki suami
 Faktor Risiko abusif yang sering menganiaya keluarga
1) Hubungan antara perilaku genetik dan lingkungan terhadap
orientasi seksual. • Karena sering melihat ibunya, seorang perempuan, disiksa
2) Didapatkan data bahwa seorang perempuan lesbian dan menjadi wanita lemah yang tidak dapat berbuat apa-
mempunyai kecendrungan 6−25% untuk mempunyai saudara apa, perempuan tersebut tidak mau menjadi perempuan.
perempuan yang lesbian pula. Sehingga, kebanyakan kasus lesbianism disebabkan oleh
3) Kembar monozigot maupun kembar dizigot, didapatkan hasil keadaan ibunya yang tidak dapat diandalkan, bukan karena
data berupa 24−48% dari kembar monozigot dan 15−16% ayahnya yang menyiksa ibunya.
dari kembar dizigot adalah lesbian atau biseksual

Shahab, A. 2017
Al-Farisy, A. 2018
02
GAY
Secara umum untuk
menggambarkan seorang pria yang
tertarik secara seksual dengan pria
lain
 Etiologi:
Faktor Psikologis, Psikoanalitik, Biologis
 Epidemiologi  Psikopatologi

Secara nasional jumlah homoseksual mencapai 1% dari total • Identitas terbentuk selama masa remaja dan

penduduk Indonesia yaitu sekitar 2 juta jiwa. Data statistik lain awal dewasa dari pengalaman sebelumnya di

juga menunjukkan bahwa 8-10 juta populasi pria Indonesia development. Rasa menjadi gay atau lesbian

pada suatu waktu terlibat pengalaman homoseksual. adalah aspek ego identity.
• Beberapa gay dan lesbian dapat

 Faktor Risiko menunjukkan gejala utama gangguan depresi

1) Mempunyai saudara laki-laki yang gay juga berpeluang lebih yaitu rasa bersalah terhadap orientasi

besar (22%) dibandingkan yang mempunyai saudara laki-laki seksual mereka, dan keinginan untuk

heterosexual (4%) reorientasi hanyalah simptomatis dari

2) Orang dengan kembar monozigot yang juga gay berpeluang gangguan depresi tersebut

lebih besar untuk menjadi gay (32%) dibandingkan kembar


dyzigot (13%)
Oetomo. 2015
Al-Farisy, A. 2018
03
BISEKSUAL
Orang yang tertarik secara
seksual baik itu terhadap laki-
laki maupun perempuan
 Etiologi:
Sistem hormonal, neurofisiologi, sosiokultural (termasuk budaya, keluarga, perbedaan
sosioekonomi, dan pendekatan religiusnya), serta faktor psikologis lainnya (seperti pengalaman
seksual dan juga trauma seksual individu).
 Epidemiologi
Bahwa lebih dari setengah LGBT adalah biseksual dan persentasi wanita lebih tinggi dibandingkan
pria.
 Psikopatologi
Ego (kesadaran) dan Superego (nilai-nilai moralnya) lemah. Keinginan untuk selalu memenuhi
insting seksnya membuat mereka tidak lagi menganggap aktivitas seksualnya sebagai bentuk
pelecehan, tetapi kenikmatan seksuallah yang mengendalikan dirinya secara tidak disadari untuk
terus melakukan pengulangan

Wati, T. 2018
Marizka. 2020
TRANSGENDER
Orang-orang yang menampilkan
identitas gender yang berbeda
dengan jenis kelamin bawaan

04 lahirnya
 Etiologi:
Adanya keinginan yang kuat untuk melakukan peran seks lain atau mendapatkan penampilan seks yang berbeda
dengan manipulasi hormon dan operasi
 Epidemiologi
Orang tua biasanya melaporkan perilaku yang tidak sesuai dengan gender anaknya pada usia sebelum 3 tahun. Pada
anak laki-laki usia dibwah 12 tahun yang datang untuk pemeriksaan kesehatan, didapatkan sekitar 10% memiliki
keinginan untuk memiliki gender yang berlawanan, sedangkan pada anak perempuan usia dibawah 12 tahun, terdapat
5% anak yang ingin menjadi gender berlawanan. Perbandingan antara anak laki-laki : perempuan yang mengalami
disforia gender adalah 4 : 1.
 Kriteria Diagnosis
Adapun kriteria diagnosis menurut DSM IV TR yaitu
1) Adanya identitas yang kuat dan menetap terhadap gender lawan jenis.
2) Adanya ketidak nyamanan terhadap seks atau adanya rasa ketidaksesuaian terhadap peran gender seks tersebut
3) Gangguan ini tidak bersamaan dengan kondisi fisik interseks
4) Gangguan ini menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau area
fungsi penting lain.
Al-Farisy, A. 2018
Marizka. 2020
BAB II
LGBT DALAM
PERSPEKTIF PSIKIATRI
 Negara terbesar kelima penyumbang LGBT adalah Indonesia setelah negara China, India,
Eropa, dan Amerika. Indonesia memiliki populasi 3% LGBT. Dengan kata lain, dari 250 juta
penduduk Indonesia, sekitar 7,5 juta adalah LGBT. Berarti dari 100 orang yang berkumpul di
suatu tempat, 3 di antaranya memungkinkan mereka adalah LGBT.
 LGBT merupakan penyimpangan seksual dan termasuk kedalam OMDK (Orang Dengan
Masalah Kejiwaan) berdasarkan UU No.18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
 Dari sudut pandang piskologis, untuk LGBT memfokuskan mereduksi kecemasan dan
tekanan agar tidak berlanjut pada maladaptif atau perilaku yang membahayakan
 Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku LGBTQ, yakni:
1) Pola Asuh Orang tua
2) Trauma dan Kekerasan Seksual
3) Lingkungan dan pengaruh teman
Shahab, A. 2017
Al-Farisy, A. 2018
Hasnah. 2019
Marizka. 2020
BAB III
TATALAKSANA
 Sesungguhnya tidak ada terapi kejiwaan yang dikhususkan untuk pelaku
LGBT
 Tapi ada beberapa upaya yang dapat dilakukan seperti konseling secara
berkala dengan psikolog dan terapi kerohanian ilmu-ilmu agama
 Yang paling utama dalam terapi ini adalah dengan adanya motivasi yang
kuat yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
 Sedangkan agar meminimalisir kemungkinan homoseksualitas terjadi maka
pada saat masih kanak-kanak, individu harus diberikan pendidikan secara
proporsional oleh kedua orang tua khususnya pada usia 4 tahun keatas
 Pola asuh orang tua yang baik dapat meminimalisir kemungkinan individu
menjadi homoseksual.

Ardi, Z.. 2018


Al-Farisy, A. 2018
BAB IV
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
KOMPLIKASI

2. Jenis Risiko
Menjadi seorang LGBT rentan terhadap berbagai
 Resiko sehubungan dengan kesehatan mental dan emosional
resiko, hal ini dapat dilihat dari dua sudut pandang
a. Tekanan psikologis terhadap penderitaan / kondisi yang tidak
yaitu berdasarkan sumber resiko dan jenis resiko.
menyenangkan
b. Negative Self Image
1.Sumber Risiko
c. Terlibat dalam melakukan hubungan seksual (hubungan intim)
Resiko yang harus dihadapi dari lingkungan
homoseksual.
eksternal
d. Resiko sehubungan dengan kesehatan fisik / biologis
 Resiko yang berasal dari perilaku sendiri /
 Resiko sehubungan dengan kesehatan fisik / biologis
lifestyle
 HIV-AIDS, Anal Cancer
 Resiko yang sehubungan dengan kedua-keduanya (kesehatan
mental dan emosional dan kesehatan fisik / biologis
a. DomesticViolence / Sex - Physical - EmotionalAbuse
b. SubstanceAbuse / Penyalahgunaan NAPZA ( Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif) / Narkoba
Shahab, A. 2017
Mukhid. 2018
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN

 Lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) merupakan suatu


ganguan identitas gender dan gangguan preferensi seksual
 Penyebab dari LGBT bisa dikarenakan genetik, hormonal, dan lingkungan.
 Untuk pengobatan terhadap pelaku LGBT dapat dilakukan dengan terapi
kejiwaan serta terapi kerohanian dengan meyakinkan pelaku jika mereka
tidak dikucilkan tetapi diperhatikan dan dirangkul dalam upaya
penyembuhannya
REFERENSI

1. American Psychological Association. 2015. Guidelines for Psychological Practice With Transgender and Gender
Nonforming People. American Psychological Association
2. Sadock, B.J. dan V.A. Sadock. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. EGC. Jakarta
3. Shahab, A. 2017. LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender). Fakultas Kedokteran Univ. Sriwijaya.
Palembang
4. Naswati,S. 2016. Bahaya LGBT Ditinjau Dari Medis. Fakultas Kedokteran Univ. Yarsi. Jakarta.
5. Oetomo. D. 2015. Laporan LGBT Nasional Indonesia - Hidup Sebagai LGBT di Asia. USAID. Bali.
6. Al-Farisy, A. 2018. Kendala LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) Untuk Beralih Menjadi Heteroseksual.
Yayasan Gaya Mahardhika Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
7. Wati, T. 2018. Pembentukan Identitas Pada Biseksual. Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. Medan.
8. Marizka, 2020. Kondisi Mental dan Kejiwaan Pelaku LGBTQ di Kota Padang. Universitas Andalas. Padang.
9. Ardi, Z dkk. 2018. Fenomena LGBTQ Dalam Perspektif Konseling Dan Psikoterapi:Realitas Dan Tantangan
Konselor. Univesitas Negeri Padang Jurnal Educatio. Padang.
10. Hasnah dkk. 2019. Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender (LGBT) Versus Kesehatan: Studi Etnografi. Jurnal
Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Makassar.
11. Mukhid, Abd. 2018. Kajian Teoritis Tentang Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) Dalam Perspektif
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai