Anda di halaman 1dari 17

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2022

UNIVERSITAS BOSOWA

PULMONARY BAROTRAUMA

DISUSUN OLEH :

Larasati Tiara Mundari


4521112034

DOSEN PEMBIMBING :
dr. Bulkis Natsir,Sp.P

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2022

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Larasati Tiara Mundari

NIM : 4521112034

Judul Referat : Pulmonary Barotrauma

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik dalam


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Bosowa.

Makassar, 24 September 2022

Pembimbing

dr. Bulkis Natsir,Sp.P


BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi

Barotrauma paru adalah cedera paru yang disebabkan oleh


perubahan tekanan (Boyle's Law). Pada penyelam bisa terjadi pada
pendakian atau penurunan. Barotrauma pendakian ini berhubungan
dengan scuba diving, dan barotrauma penurunan untuk menyelam
bebas (Menahan nafas)1.
Barotrauma paru adalah cedera menyelam yang potensial.
Barotrauma paru dapat terjadi selama menyelam dengan alat bantu
pernapasan bawah air (SCUBA) atau menyelam bebas. Hal ini
dapat terjadi selama penurunan (barotrauma paru negatif atau
tekanan paru) atau selama pendakian (barotrauma paru positif juga
dikenal sebagai sindrom overinflasi paru (POIS) 2.
Barotrauma paru adalah barotrauma yang paling berbahaya
diantara baraotrauma lainnya. Penyelam akan terpajan dengan
tekanan yang meningkat pada pembuluh darah saat menyelam.
Peningkatan tekanan berhubungan langsung dengan kedalaman
menyelam3.
B. Epidemiologi

Tinjauan data kematian Divers Alert Network menunjukkan bahwa


barotrauma adalah cedera yang paling banyak dilaporkan terkait dengan
menyelam. Sekitar 80% dari cedera terkait dengan barotrauma telinga
dan sinus; 15% disebabkan oleh barotrauma paru, termasuk emboli gas
arteri. Sisanya 5% dari kerusakan adalah karena gastrointestinal, gigi,
masker. Mayoritas kematian akibat penyelaman disebabkan oleh
tenggelam, penyakit jantung aterosklerotik, dan emboli gas arteri yang
berhubungan dengan barotrauma paru3,4.

C. Patogenesis
Mekanisme yang mendasari terjadinya kecelakaan
penyelaman akibat tekanan yang berlebihan, secara langsung
berhubungan dengan hukum Boyle yaitu volume gas akan
berkurang dengan peningkatan tekanan. Bahaya terbesar terjadi
saat berada pada kedalaman yang mendekati permukaan dengan
volume pengembangan gas terbesar. Barotraumas yang terjadi
saat menyelam ke bawah disebut squeeze, pada paru akan
menyebabkan kongesti, edema dan perdarahan paru. Barotraumas
yang terjadi saat penyelam naik ke atas akibat gas yang terjebak
dalam jaringan tubuh. Gas-gas tersebut akan mulai mengembang
saat penyelam naik. Selama ke atas, penyelam akan merasakan
nyeri dada. Jika penyelam menahan napas dan tidak mengeluarkan
gas, gas tersebut akan mengembang secara eksponensial
sehingga perbedaan tekanan gas di alveoli dan air meningkat 50-
100mmHg, gas bebas bergerak menembus membrane alveoli
masuk ke dalam jaringan interstisial, kapiler paru dan pleura
visceral6.

Gas akan masuk ke dalam kapiler paru menyebabkan emboli


gas dalam arteri, gas masuk ke pleura visceral yang mengalami
rupture akan menyebabkan pneumotoraks, serta gas melalui
interstisial paru masuk ke mediastinum akan menyebabkan
pneumomediastinum atau emfisema mediastinal. Emfisema
subkutan terjadi akibat gas masuk ke jaringan subkutan. Bahaya
terbesar adalah rupture alveoli pada saat penyelam naik ke atas
dari kedalaman 33 kaki, karena volume gas relative menjadi 2 kali
ukuran semula selama masa transisi6.

Alveoli berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbon


dioksida. Di bawah tekanan yang berkurang dan volume yang
membesar, alveolus akan pecah bersama dengan pembuluh darah
di sekitarnya. Alveoli terletak di pusat dan perifer. Tergantung pada
lokasi pecahnya alveolus yang kolaps, udara akan bocor keluar.
Umumnya, udara mengalir ke lima area di dalam tubuh 4.
• mediastinum => pneumomediastinum, pneumoperikardium,
• kepala dan leher, => emfisema subkutan,
• kerongkongan => pneumoperitoneum.
Hal ini dapat melakukan perjalanan perifer
• rongga pleura => pneumotoraks atau tension pneumotoraks.
U/dara alveolus dapat masuk ke pembuluh kapiler, vena
pulmonalis, dan sirkulasi sentral => gas4.
D. Klasifikasi

1. Barotrauma Ascent
Salah satu penyebab kematian pasa penyelam adalah barotrauma
paru. Penelitian tentang mekanisme terjadinya emboli udara yang
disebabkan oleh barotrauma paru menunjukkan bahwa sebagian trauma
berasal dari penyakit dekompresi dan sebagian lainnya yang lebih fatal
berasal dari emboli udara. Pneumotoraks merupakan komplikasi yang
jarang pada barotrauma paru, terjadi pada sekitar 10% penyelam yang
mengalami sindrom overinflasi paru. Disebabkan karena ekspansi dari gas
yang masuk ke paru - paru saat menyelam. Ekspansi ini bila melebihi
kapasitas pengembangan paru akan dipaksakan untuk masuk ke dalam
jaringan sekitar dan pembuluh darah sehingga menimbulkan emboli.
Gejala yang ditimbulkan bergantung pada daerah emboli. Gas pada
jaringan sekitar paru akan menimbulkan emfisema mediastinum dan
subkutis, bahkan pneumothoraks5.

2. Barotrauma Descent
Terdapat risiko terjadinya barotrauma paru saat turun maupun naik,
namun terdapat mekanisme yang berbeda dari keduanya. Seorang
penyelam yang turun saat menyelam terus- menerus akan memiliki udara
di dadanya dan paru-paru yang dikompres secara progresif sesuai dengan
Hukum Boyle. Akhirnya volume paru-paru tercapai saat kompresi gas
tidak dapat lagi diakomodasi oleh pengurangan volume paru lebih lanjut,
namun dikompensasi oleh pembengkakan pembuluh darah di paru-paru.
Pembuluh darah paru-paru hanya memiliki kemampuan terbatas untuk
distend, dan dapat diperkirakan pecah setelah batas ini terlampaui,dan
menyebabkan perdarahan paru. laporan kasus mengenai kondisi ini
jarang terjadi dan kurang terdokumentasi. Hal ini dapat terjadi biasanya
dalam upaya memecahkan rekor. Dasar teori kondisi ini teruji ketika rekor
dunia turun hingga 200 meter dibuat oleh penyelam dengan menahan
napas beberapa tahun yang lalu5.

E. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan dan perdarahan


pada daerah yang mengalami squeeze maupun overpressure, adanya
krepitasi pada emfisema subkutis, dan defisit neurologis pada pasien
dengan emboli gas6..

Emfisema mediastinal memberikan keluhan nyeri ringan substernal


yang dirasakan sebagai nyeri tumpul yang menjalar ke bahu, leher dan
belakang, rasa berat di dada dan batuk. Tanda-tanda tersebut
berhubungan dengan sakit tenggorokan, disfagia dan perubahan suara 6.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita barotrauma adalah


pemeriksaan lab berupa:

a) Analisa Gas Darah

Untuk mengevaluasi gradien alveolus-arteri untuk


mengetahui terjadinya emboli gas7.

b) Darah Lengkap

Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki


sekuele neurologis yang persisten selama 1 bulan setelah
perlukaan7.

c) Kadar Serum Creatin Phosphokinase


Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan
peningkatan kerusakan jaringan karena mikroemboli 7.

d) Foto Thorax

Paling sering ditemukan pneumomediastinum ataupun


pneumotoraks. Edema atau infiltrat juga mungkin ada 8.

e) CT-San dan MRI

CT-Scan / MRI Setiap pasien yang mengalami sakit kepala


parah atau sakit punggung parah setelah menyelam, emfisema
subkutan, perubahan tingkat kesadaran, dispnea, atau nyeri dada
yang tidak dapat dijelaskan8.

f) Ultrasonografi dan Ekokardiografi

Ultrasonografi dan ekokardiografi dapat digunakan untuk


mendeteksi jumlah dan ukuran gelembung di sisi kanan jantung,
gas di jaringan subkutan, adanya abses pada pembengkakan leher,
dan udara di peritoneum8.

G. Diagnosis Banding

a). Infark Miokard


Infark Miokard Akut atau yang biasa di kenal dengan IMA adalah
suatu nekrosis miokardium yang diakibatkan oleh ketidakadekuatan
pasokan darah akibat dari sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan
yang terjadi secara garis besar dikarenakan oleh ruptur plak ateroma pada
arteri koroner yang kemudian disusul dengan terjadinya trombosis,
vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan mikroembiolisasi distal. Kadang-
kadang sumbatan akut ini terjadi disebabkan karena adanya spasme arteri
koroner, emboli, atau vaskulitis. Infark miokard mengarah pada proses
rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak dapat mencukupi
kebutuhan sehingga aliran darah koroner berkurang 9.

`Berdasarkan definisi yang dituliskan diatas infark miokard akut


atau

serangan jantung secara mendadak dapat di artikan sebagai suatu


keadaan dimana terjadi secara tiba tiba berkurangnya atau tidak ada
sama sekali aliran darah ke jantung, karena diakibatkan adanya sumbatan
atau obstruksi yang menyebabkan otot jantung mati karena berkurangnya
atau tidak adanya oksigen9.

b). Emboli Paru

Emboli Paru (Pulmonary Embolism)adalah penyumbatan arteri


pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara
tiba-tiba10.Trias klinik klsasik yang merupakan predisposisi
tromboemboli paru dideskripsikan oleh Rudolph Virchow tahun 1856,
yaitu :

1.Trauma lokal pada dinding pembuluh darah

2.Hiperkoagulabilitas

3.Stasis darah

Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus),


tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang,
pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran
darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.Biasanya arteri
yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang
memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian
jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh
yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru
sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk
mencegah kematian paru-paru.Sekitar 10% penderita emboli paru
mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut infark paru. Jika
tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat
diminimalkan. Gumpalan yang besar membutuhkan waktu lebih lama
untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan.
Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak 10.

c). Edema Paru

Edema paru adalah akumulasi cairan di interstisial dan alveoulus


paru yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh
tekanan intravaskular yang tinggi (edem paru kardiak) atau karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler (edem paru non kardiogenik)
yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat sehingga
terjadi gangguan pertukaran udara di alveoli secara progresif dan
mengakibatkan hipoksia11.

Tingkat oksigen darah yang rendah (hipoksia) dapat terdeteksi


pada pasien-pasien dengan edema paru. Lebih jauh, atas pemeriksaan
paru-paru dengan stethoscope, didapatkan suara-suara paru yang
abnormal, seperti rales atau crakles (suara-suara mendidih pendek yang
terputus-putus) yang berkoresponden pada muncratan cairan dalam
alveoli selama bernafas11.

d). Asma Eksaserbasi


Asma eksaserbasi adalah terjadinya peningkatan progresif dari
sesak napas, batuk, wheezing, dada terasa berat, atau beberapa
kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Hal ini ditandai dengan penurunan
volume ekspirasi yang dapat dinilai dengan pengukuran volume ekspirasi
paksa dalam 1 detik pertama (forced expiration volume-1) atau arus
puncak (peak expiration flow) pada pemeriksaan fungsi paru. Selain itu,
derajat eksaserbasi asma dapat ditentukan berdasarkan tingkat
keparahan gejala pada saat eksaserbasi asma yang meliputi ringan,
sedang, berat, dan terancam gagal napas12.
BAB II
TATALAKSANA

1. Akses intravena harus diperoleh bersamaan dengan pemberian


oksigen tambahan. Pemberian cairan intravena kristaloid untuk
hidrasi. Lakukan intubasi pada pasien yang mengalami hipoksia
persisten meskipun bernapas dengan oksigen 100% 12.
2. Pada kasus pneumomediastinum ringan cukup diobservasi, tak
perlu terapi rekompresi12.
3. Pada pneumotoraks atau tension pneumotoraks dibutuhkan
rekompresi segera dan pemasangan torakostomi 12.
4. Pengobatan untuk kasus emboli gas arteri yang berhubungan
dengan barotrauma paru harus diselesaikan dalam 2 jam pertama.
Ini memberikan manfaat paling besar dan peluang terbaik untuk
menyelesaikan gejala secara lengkap. Setiap penundaan dalam
rekompresi dan terapi oksigen hiperbarik (HBOT) jika > enam jam
dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk12.
BAB III

KOMPLIKASI DAN PROGNOSA

A. Komplikasi

Adapun beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan


barotrauma paru yaitu12 :

1. Pneumomediastinum
2. Pneumoperikardium
3. Pneumoperitoneum
4. Emfisema subkutan
5. Pneumotoraks
6. Tension pneumotoraks
7. Emboli gas udara

B. PROGNOSA

Prognosis untuk barotrauma paru terkait dengan SCUBA diving


tergantung pada tingkat keparahan dan jenis barotrauma paru yang
diderita. Kasus ringan pneumomediastinum atau pneumotoraks
sembuh dengan sedikit atau tanpa pengobatan 13.

Emboli udara-gas dari barotrauma paru biasanya membawa tingkat


kematian 30%. Ini adalah penyebab kematian paling umum kedua
pada penyelam setelah tenggelam13.
BAB IV

PENCEGAHAN

Pencegahan risiko terjadinya kecelakaan akibat tekanan yang


berlebihan pada paru selama penyelaman dimulai dengan pemeriksaan
fisik yang baik pada penyelam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
meyakinkan tidak terdapatnya riwayat kelainan paru sebelumnya yang
mungkin sebagai faktor predisposisi terjadi gas trapping yaitu terdapat
bleb, bula, penyakit paru obstruktif yang tidak diterapi dengan adekuat
termasuk asma. Selain itu perlu penjelasan tentang tingkah laku penyelam
yang tidak tepat yaitu menahan napas selama naik ke permukaan dengan
cepat. Pemeriksaan spirometri perlu dilakukan untuk menilai derajat
obstruksi saluran napas. Uji faal paru dengan flow volume curve dengan
aliran ekspirasi tengah 80% dari nilai prediksi merupakan batas keamanan
untuk menyelam14.
BAB V

PENUTUP

Barotrauma paru terjadi ketika penyelam terpajan dengan tekanan


yang meningkat pada pembuluh darah saat menyelam. Peningkatan
tekanan berhubungan langsung dengan kedalaman menyelam.

Peningkatan tekanan berpengaruh dengan peningkatan tekanan


partial gas-gas respirasi (O2 dan N) sehingga larutan dalam jaringan
tubuh akan meningkat dan tekanan yang meningkat akan membentuk
gelembung- gelembung gas di dalam darah dan jaringan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

1. How many recreational scuba divers in the world? [accessed 2014 Mar
14]. Available from: http://wiki.answers.com/Q/
How_many_recreational_scuba_divers_in_the_world
2. Buzzacott P, Denoble PJ, editors. DAN Annual Diving Report 2018
Edition: A Report on 2016.
3. Diving Fatalities, Injuries, and Incidents [Internet]. Divers Alert Network;
Durham (NC): 2018.
4. Casadesús JM,dkk. Diagnosis of arterial gas embolism in SCUBA
diving: modification suggestion of autopsy techniques and experience
in eight cases. Forensic Sci Med Pathol. 2018 Mar;14(1):1’8-25.

5. Slutsky AS. Mechanical ventilation. American College of Chest


Physicians’ Consensus Conference. Chest 1993;104:1833-59.
6. Molvaer OI, Eidsvik S. Facial baroparesis: a review. Undersea Biomed
Res 1987;14:277–295.
7. Bond GF. New developments in high pressure living. Arch Environ
Health 1964;9:310–314.
8. Craig AB Jr. Causes of loss of consciousness during underwater
swimming. J Appl Physiol 1961;16:583–586.
9. Khounvisith V,et all. Hepatitis A Virus in Lao People’s Democratic
Republic: Seroprevalence and Risk Factors.2020;103 (1)

10. Panagopoulos N, Leivaditis V, Koletsis E, et al. Pancoast tumors:


characteristics and preoperative assessment. J Thorac Dis
2014;6:S108-15.
11. International consensus conferences in intensive care medicine.
Ventilator-associated lung injury in ARDS. American Thoracic Society,
European Society of Intensive Care Medicine, Societé de Réanimation
Langue Française. Intensive Care Med 1999;25:1444-52.
12. Boycott AE, Damant GCC, Haldane JS. The prevention of compressed
air illness. J Hyg (Lond) 1908;8:342–443.
13. Bond GF. New developments in high pressure living. Arch Environ
Health 1964;9:310–314.
14. Madesis A, Tsakiridis K, Zarogoulidis P, et al. Review of mitral valve
insufficiency: repair or replacement. J Thorac Dis 2014;6:S39-51.

Anda mungkin juga menyukai