Anda di halaman 1dari 35

PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG

SARANA DAN PRASARANA


KESEHATAN
Workshop
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Rumah Sakit
UNDANG-UNDANG
DI BIDANG SARANA DAN PRASARANA
KESEHATAN
 UUD Th 1945
 UU No.36/2009 tentang Kesehatan.
 UU No.44/2009 tentang Rumah Sakit.
 UU No. 8 /1999 tentang Perlindungan Konsumen
 UU No. 28 /2001 tentang Bangunan Gedung
 UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran
 UU No. 32/2009 Tentang Perlindungan &Pengelolaan
lingkungan Hidup.
 Undang Undang No.15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan.
Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28 H (Perubahan II 18 Agustus 2000)
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan


lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Pasal 34 (Perubahan II 18 Agustus 2000)
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
TTG KESEHATAN

 Pasal 1
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.

 Pasal 5
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.

 Pasal 15
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas
kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggitingginya.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

 Pasal 7
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

 Pasal 8
(1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi
ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta
sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

 Pasal 9
Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi:
a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

 Pasal 10
(1) Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
(2) Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas ruang dalam ayat (1) paling sedikit terdiri atas ruang:
a. rawat jalan;
b. ruang rawat inap;
c. ruang gawat darurat;
d. ruang operasi;
e. ruang tenaga kesehatan;
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
j. ruang pendidikan dan latihan;
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

k. ruang kantor dan administrasi;


l. ruang ibadah, ruang tunggu;
m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah
sakit;
n. ruang menyusui;
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry;
r. kamar jenazah;
s. taman;
t. pengolahan sampah; dan
u. pelataran parkir yang mencukupi.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

 Pasal 11
(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat
meliputi:
a. instalasi air;
b. instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. instalasi gas medik;
d. instalasi uap;
e. instalasi pengelolaan limbah;
f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
h. instalasi tata udara;
i. sistem informasi dan komunikasi; dan
j. ambulan.
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar
pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan
Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

 Pasal 11
(4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
kompetensi di bidangnya.
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 17
Rumah Sakit yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14,
Pasal 15, dan Pasal 16 tidak diberikan izin
mendirikan, dicabut atau tidak
diperpanjang izin operasional Rumah
Sakit.
UU NO. 44 : RUMAH SAKIT

Pasal 40

1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RS wajib dilakukan


akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali
2) Akreditasi RS sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilakukan oleh
suatu lembaga independen baik dari dalam/luar negeri berdasarkan
standar akreditasi yg berlaku

3) Lembaga independen sbgmana dimaksud pd ayat (2) ditetapkan


oleh Menteri

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi RS sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), & ayat (2) diatur dgn Peraturan Menteri
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
No. 12 Tahun 2012
 Pasal 3 :

Ayat 3  Rumah sakit wajib mengikuti


akreditasi nasional
Ayat 5  Rumah Sakit yang akan mengikuti
akreditasi internasional harus sudah
mendapatkan status akreditasi
nasional
Ayat 7  Rumah sakit baru yang telah memper-
oleh izin operasional dan beroperasi se
kurang kurangnya 2 tahun wajib meng
ajukan permohonan akreditasi
B. PERSYARATAN IZIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT
PMK 147-2010 ttg Perizinan RS

Sarana prasarana
 Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada
rawat jalan, rawat inap, gawatdarurat, operasi/bedah,
tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang
sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan,
ruang kantor dan administrasi,ruang ibadah, ruang
tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat
rumah sakit;ruang menyusui, ruang mekanik, ruang
dapur, laundry, kamar jenazah, taman,pengolahan
sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai
dengan jenis dan klasifikasinya.
Permenkes 340 tahun 2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit
Pasal 5
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
Pasal 25
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen
UU No.8 TH 1999 TTG PERLINDUNGAN KONSUMEN
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN
HAK (PS. 6) KEWAJIBAN (PS. 7)
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, 1. Membaca, mengikuti petunjuk, info
keselamatan atas barang dan jasa 2. Beritikad baik dalam transaksi
2. Hak memilih dan mendapatkan 3. Membayar sesuai nilai yang
3. Hak atas info yang benar, jelas, jujur disepakati
mengenai kondisi dan jaminan 4. Mengikuti upaya penyelesaian
barang dan jasa hukum
4. Hak untuk didengar pendapat /
keluhan
5. Hak untuk mendapat advokasi,
perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa
6. Hak untuk diperlakukan / dilayani
secara benar, jujur dan tidak
diskriminatif
7. Hak untuk kompensasi, ganti rugi,
penggantian bila barang tidak sesuai
perjanjian.
HAK, KEWAJIBAN & TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA

HAK (PS. 7) KEWAJIBAN (PS. 7) TANGGUNGJAWAB


(PS. 19)
1. Menerima 1. Itikad baik 1. Memberi ganti rugi
pembayaran yang 2. Memberi info yang atas kerusakan,
sesuai benar, jujur dan jelas pencemaran dan
2. Mendapat 3. Memberi pelayanan kerugian konsumen 
perlindungan hukum secara benar, jujur, uang atau barang,
3. Melakukan adil perawatan, santunan)
pembelaan diri 4. Menjamin mutu 2. Waktu penggantian 7
4. Rehabilitasi nama barang dan jasa hari setelah transaksi
baik 5. Membebaskan 3. Tidak menutup
konsumen untuk tuntutan pidana
menguji, menelaah
6. Memberi kompensasi,
ganti rugi akibat
penggunaan dan
ketidaksesuaian
barang
Standar yang terkait
TAHUN PRODUK PERATURAN
1. PERMEN PU No. 19/PRT/M/2006 TTG PEDOMAN TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG TAHAN GEMPA

2006 2. PERMEN PU No. 29/PRT/M/2006 TTG PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

3. PERMEN PU No. 30/PRT/M/2006 TTG PEDOMAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS PADA BG DAN LINGKUNGAN

4. PERMEN PU No. 05/PRT/M/2007 TTG PEDOMAN TEKNIS RUSUNA BERTINGKAT TINGGI

5. PERMEN PU No. 06/PRT/M/2007 TTG PEDOMAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

6. PERMEN PU No. 24/PRT/M/2007 TTG PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN


2007
7. PERMEN PU No. 25/PRT/M/2007 TTG PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI

8. PERMEN PU No. 26/PRT/M/2007 TTG PEDOMAN TIM AHLI BANGUNAN GEDUNG

9. PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007 TTG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

10. PERMEN PU No. 24/PRT/M/2008 TTG PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

2008 11. PERMEN PU No. 25/PRT/M/2008 TTG RENCANA INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN KOTA

12. PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008 TTG SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

2009 13. PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009 TTG MANAJEMEN PROTEKSI KEBAKARAN DI PERKOTAAN

14. PERMEN PU No. 16/PRT/M/2010 TTG PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA BANGUNAN GEDUNG

2010 15. PERMEN PU No. 17/PRT/M/2010 TTG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG

16. PERMEN PU No. 18/PRT/M/2010 TTG PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN

2011 MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG


PERPRES N0.73/2011 TTG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
18
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 45/PRT/M/2007 TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA

Pasal 4
(1) Setiap pembangunan Bangunan Gedung Negara yang
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga harus mendapat
bantuan teknis berupa tenaga Pengelola Teknis dari
Departemen Pekerjaan Umum dalam rangka pembinaan
teknis.

(2) Untuk pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung Milik


Daerah yang biayanya bersumber dari APBD diatur dengan
Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota yang didasarkan pada
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 45/PRT/M/2007 TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA

Pasal 6
(1) Pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung
negara melakukan pembinaan teknis dan pengawasan teknis kepada
Pengguna Anggaran dan Penyedia Jasa Konstruksi.

(2) Pembinaan teknis dan pengawasan teknis bangunan gedung negara


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Departemen
Pekerjaan Umum cq Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk tingkat nasional dan wilayah
DKI Jakarta; dan Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis Provinsi
yang bertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedung untuk
wilayah provinsi di luar DKI Jakarta.
SNI Konstruksi Bangunan dan Gedung
No. Nomor SNI Jenis SNI Penjelasan
1 SNI 03-1726- Tata Cara Standar ini menetapkan ketentuan, perencanaan umum
2002 Perencanaan struktur gedung, perencanaan struktur gedung tak
Ketahanan beraturan, kinerja struktur gedung, pengaruh gempa
Gempa Untuk pada struktur bawal, pengaruh gempa pada unsur
Rumah dan sekunder, unsur arsitektur dan instalasi mesin listrik.
Gedung. Syarat-syarat perencana struktur gedung tahan gempa
yang ditetapkan dalam standar ini tidak berlaku untuk
bangunan sebagai berikut: 1)gedung dengan sistem
struktur yang tidak umum atau yang masih
memerlukan pembuktian tentang kelayakannya; 2)
gedung dengan sistem isolasi landasan (hase isolation)
untuk meredam pengaruhi gempa terhadap struktur
atas; 3) Bangunan Teknik Sipil seperti Jembatan,
bangunan air, dinding, dan dermaga pelabuhan,
anjungan lepas pantai dan bangunan non gedung
lainnya; 4).Rumah tinggal satu tingkat dan gedung-
gedung non-teknis lainnya.
SNI Konstruksi Bangunan dan Gedung
No. Nomor SNI Jenis SNI Penjelasan
2 SNI 03-1728- Tata Cara Pelaksanaan Tata cara ini digunakan untuk memberikan
1989 Mendirikan Bangunan landasan dalam membuat peraturan-
Gedung peraturan mendirikan bangunan di masing-
masing daerah, dengan tujuan
menyeragamkan bentuk dan isi dari
peraturan-peraturan bangunan yang akan
dipergunakan di seluruh kota-kota di
Indonesia
3 SNI 03-1729- Tata Cara Perencanaan Tata cara ini digunakan untuk mengarahkan
2002 Bangunan Baja Untuk terciptanya pekerjaan perencanaan dan
Gedung pelaksanaan baja yang memenuhi ketentuan
minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan
struktur yang aman, nyaman dan ekonomi
4 SNI 03-1735- Tata Cara Perencanaan Tata cara ini digunakan dalam
2000 Akses Bangunan dan merencanakan bangunan dan lingkungannya
Akses Lingkungan khususnya dalam hal pencegahan terhadap
Untuk Pencegahan bahaya kebakaran meliputi pengamanan dan
Bahaya Kebakaran Pada penyelamatan terhadap jiwa, harta benda
Bangunan Rumah dan dan kelangsungan fungsi bangunan
Pengelolaan Limbah
 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
 PP no 18 Tahun 1999 Jo No. 85 Tahan 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
 Kepmen LH No 058/1995 Tentang Baku mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit.
 Kep Men Kes No 1204 Tahun 1204 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
 PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL
 Permeneg LH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
 Kepmenkes No. 875 tahun 2001 tentang Pedoman Teknis Penyusunan
UKL dan UPL Bagi Rumah Sakit Kelas C
 Kepmeneg LH No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL -
UPL
Undang – Undang No 32 tahun 2009
Tentang perlindungan dan pengelolaan LH
 Ps. 20 (3) setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media lingk dengan syarat
memenuhi BML dan dapat izin pejabat berwenang
 Ps. 22 (1) setiap kegiatan (usaha) berdampak penting – besar wajib AMDAL.
 Ps. 59 (1) setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 yang dihasilkannya
 Ps. 68 setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib memberikan info
terkait PPLH dengan benar, menjaga keberlangsungan fungsi LH, dan menaati
ketentuan tentang BML.
 Ps. 87 (1) Penanggung jawab keg (usaha) wajib membayar ganti rugi atas
pencemaran yg terjadi akibat tindakannya.
 Psl. 97 s/d Psl. 123 mengatur ketentuan pidana terkait pengelolaan lingkungan hidup.
PP RI NO. 41 TAHUN 1999
TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
 Pasal 21 : Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang mengeluarkan emisi dan/atau baku tingkat kebauan ke udara
ambien wajib :
 Menaati baku mutu
 Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara
akibat usahanya
 Memberikan info yang benar kepada masyarakat terkait upaya
pengendalian pencemaran udara yang dilakukannya.
 Terkait dengan :
 Kepmen LH No. 13 Tahun 1995 tentang Baku Emisi Tak Bergerak
 KepGub DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan
Kebisingan di DKI Jakarta
 Dst…
PP RI No. 82 Tahun 2001
Tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air

 Pasal 24 (1) : Setiap orang yang membuang limbah ke


prasarana dan/atau sarana pengelolaan air limbah yang
disediakan oleh Pemda dikenakan retribusi
 Pasal 25 : Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib
membuat rencana penanggulangan pencemaran air
pada keadaan darurat dan/atau keadaan yang tidak
terduga lainnya
 Terkait dengan :
Keputusan Gub DKI No. 582 Tahun 1995 tentang
Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai /
Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah
Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004
tentang persyaratan kesehatan lingkungan rs
Persyaratan konstruksi RS
Persyaratan kualitas lingkungan :
Udara ambien : Debu, SO 2, NO2, O3, H2S, NH3.
Udara ruang : Debu, jumlah kuman, H 2S, NH3.
Kualitas fisik ruangan : Pencahayaan, kelembaban
Intensitas kebisingan
Limbah cair : Suhu, pH, BOD 5, COD, TSS, NH3 bebas, PO4, Coliform (MPN), dst 
KepmenLH No 58/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair RS
Vektor : Densitas / keberadaan lalat, tikus, nyamuk, kecoa, dan binatang pengganggu lainnya
Keselamatan radiasi : Nilai Batas Dosis bagi pekerja dan masyarakat
Air bersih : mengacu pada Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat – syarat dan
pengawasan kualitas air
Air minum : mengacu pada Kepmenkes No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat – Syarat
Pengawasan Kualitas Air Minum
Kepmenkes No.1204 th 2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Limbah RS adalah semua limbah yang dihasilkan


dari kegiatan RS dalam bentuk padat, cair dan gas.
Setiap RS harus melakukan reduksi limbah
dimulai dari sumber.
Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari
sumber yang menghasilkan limbah.
Limbah padat medis harus dipisahkan dali limbah
padat non medis
Peraturan Pemerintah No.18 th.1999 ttg PENGELOLAAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN :
Pasal 8 (e),limbah medis rumah sakit masuk dalam katagori
limbah B3, karena bisa menyebabkan infeksi.
Pasal 9 (1),Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan reduksi,mengolah dan menimbun limbah tsb
Pasal 10 Limbah B3 dapat disimpan selama 90 hari sebelum
diserahkan kepada pihak ketiga, bila limbah B3 < 50 kg/hari
dapat disimpan > 90 hari.
Pasal 34 (1), Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan
cara thermal, stabilisasi dan solidifikasi, secara fisika, kimia,
biologi dan/atau cara lainnya sesuai dengan perkembangan
teknologi.
Pasal 40 (1),setiap pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin
KETENTUAN PIDANA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3
(UU No. 32/2009)

Pelanggaran Dalam Pidana Denda


Pengelolaan Limbah B3 Penjara
Min Maks Min Maks

Pengelolaan Limbah B3 1 thn 3 thn 1 Milyar 3 Milyar


tanpa izin (Pasal 102)
Tidak melakukan 1 thn 3 thn 1 Milyar 3 Milyar
pengelolaan limbah B3
(Pasal 103)
Pejabat berwenang tdk - 1 thn - 500 jt
melakukan pengawasan
(Pasal 112)
Impor Limbah (Pasal 105) 4 thn 12 thn 4 Milyar 12 Milyar
Impor Limbah B3 (Pasal 106) 5 thn 15 thn 5 Milyar 15 Milyar
Radiasi medik
UU No. 10 tentang Ketenaganukliran

Peraturan Pemerintah No:


 26/2002 “Keselamatan pengangkutan Zat Radioaktif”
 27/2002 “Pengelolaan Limbah Radioaktif”
 33/2007 “Keselamatan Radiasi Pengion & Keamanan Sumber
Radioaktif”
 29/2008 “Perizinan Pemanfaatan SRP & Bahan Nuklir”
 27/2009 ”PNBP yang Berlaku di BAPETEN”

SK/Perka No:
 01/1999 “Ketentuan Keselamatan Radiasi”
 21/2002 “Program Jaminan Mutu Instalasi Radioterapi”
 01P/2003 “Dosis Panduan Radiodiagnostik”
 07/2007 “Keamanan Zat Radioaktif”
 15/2008 “Persyaratan SIB”…. & 3 draft perka: “uji kesesuaian”,
31

SNI Jaringan Listrik
No. Nomor SNI Jenis SNI
1 SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik 2000
(PUIL 2000)
2 SNI 04-3593-1994 Instalasi listrik bangunan. Bagian 2 : Prinsip
dasar
SNI Genset
No. Nomor SNI Jenis SNI
1 SNI ISO 8528-1 Generator set arus bolak-balik dengan
penggerak mesin bakar internal sistem torak
bolak-balik : Penggunaan, Pengenal dan
kinerja
2 SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik 2000
(PUIL 2000)
SNI Air
No. Nomor SNI Jenis SNI
1 SNI 05-2547-1991 Spesifikasi ini digunakan dalam menilai
mutu meter air yang digunakan untuk
keperluan air bersih.
2 SNI 03-2916-1992 Spesifikasi ini bertujuan memberikan
persyaratan
teknis sumur gali sebagai sumber air baku
untuk air bersih yang terlindung dari
pencemaran
GAS MEDIK
 SNI 03-7011-2004, SISTEM GAS MEDIK DAN VAKUM
MEDIK PADA BANGUNAN RUMAH SAKIT = NFPA
99 C 2002, US STANDART
 AS 2896 – 1991, AUSTRALIAN STANDART
 BS STANDART HTML 2022
 JIS STANDART
 EN 1057 EUROPEAN STANDART
 DIN 1786/1754

Anda mungkin juga menyukai