Anda di halaman 1dari 25

KULIAH 3

PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN KESEHATAN
Dr. Dra. INDAH ANGGRAINI, MSi
INSTIKES HEVELTIA MEDAN
2022
Pengembangan kebijakan kesehatan mencakup beberapa hal:
1. Respon terhadap permasalahan yang menjadi kepentingan masyarakat
luas.
2. Merumuskan formulasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
3. Menerapkan formulasi kebijakan diikuti dengan monitoring dan
evaluasi.
4. Butir 1 – 3 disebut siklus kebijakan.
5. Tahap evaluasi menjadi dasar untuk pengembangan kebijakan
berikutnya.
A.Proses Pengembangan Kebijakan
Proses pengembangan kebijakan merupakan tahapan yang
berurutan :
1. Pembuatan agenda (agenda setting).
2. Formulasi kebijakan.
3. Pengadopsian kebijakan.
4. Pengimplementasian kebijakan.
5. Evaluasi kebijakan.
1. Agenda Setting/Pembuatan Agenda
variabel kunci :
Problem adalah permasalahan yang memicu atau mendesak terbentuknya
suatu kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Possible solution, penyelesaian terhadap banyaknya permasalahan yang


kemungkinan besar mampu dilakukan pemerintah.

Politik, terkait keadaan politik masalah public tidak terlepas dari


pengaruh politik dalam penyusunan agenda setting, pembuatan
kebijakan, sampai dengan implementasi kebijakan.
2. Formulasi Kebijakan
suatu proses berulang ulang yang melibatkan sebagian komponen dari siklus perencanaan.

Secara umum memiliki tahapan sebagai berikut :


1) Pengaturan proses pengembangan kebijakan.
2) Penggambaran permasalahan.
3) Penetapan sasaran dan tujuan.
4) Penetapan prioritas.
5) Perancangan kebijakan.
6) Penggambaran pilihan-pilihan.
7) Penilaian pilihan-pilihan.
8) Penelaahan dari sejawat (peer review).
9) Revisi kebijakan.
10) Upaya untuk mendapatkan dukungan formal.
Proses pembuatan kebijakan sebagai suatu system yang
dibangun berdasarkan elemen-elemen yang mendukung
system tersebut, ini tergantung interaksi antar berbagai sub
system.
Suatu system akan berhasil melalui tiga hal :
- Menghasilkan output yang layak dan memuaskan.
- Menyandarkan pada ikatan yang berakar dalam system itu sendiri.
- Menggunakan kekuatan (otoritas).
Pada bagian input dalam pendekatan formulasi kebijakan
sebuah system terdapat :
-Demands, dimunculkan oleh individu atau kelompok yang mencari
kebijakan tertentu.
-Sumberdaya atau resourse, membantu pemerintah merespon demands
yang dibuat.
-Support, mengacu pada dukungan yang disampaikan oleh mayoritas
dalam system kesehatan.
3.Pengabdopsian Kebijakan
Sebuah proses formal mengambil atau mengadopsi alternative solusi
kebijakan yang ditetapkan sebagai sebuah regulasi atau produk
kebijakan yang selanjutnya akan dilaksanakan.
Sangat ditentukan oleh rekomendasi yang berisikan informasi mengenai
manfaat dan dampak yang mungkin terjadi dari berbagai alternative
kebijakan yang telah disusun dan akan diimplementasikan.
Penerapan kebijakan baru, perubahan, perbaikan, atau terminasi, atau
penarikan kebijakan yang sudah ada merupakan tanggung jawab
pimpinan pembuat kebijakan.
Pengajuan kebijakan baru, amandemen, atau penarikan/penghentian
kebijakan yang sudah ada harus mendapat persetujuan dengan suara
affirmative dari mayoritas anggota keseluruhan pimpinan.
4.Pengimplementasian Kebijakan
Pengimplemantasian merupakan cara agar kebijakan
mencapai tujuannya.
“Implementasi adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi
kebijakan didalam kurun waktu tertentu” (Dunn,2003)
“Implementasi secara luas sebagai pelaksanaan undang-
undang atau kebijakan yang melibatkan seluruh actor,
organisasi, prosedur, serta aspek teknik untuk meraih
tujuan-tujuan kebijakan atau program-program” (Winarno,
2010)
“Ada dua alternative dalam implementasi kebijakan :
mengimplementasikan dalam bentuk program atau membuat
kebijakan turunannya” (Hann, 2007)
Keberhasilan implementasi kebijakan :
-Kesiapan implementasi menentukan efektivitas dan keberhasilan sebuah
kebijakan.
-Kebijakan berbasis data atau bukti.

Oleh karena itu keberadaan actor utama untuk menganalisis


kesiapan, memasukkan hasil penelitian kebijakan sebagai
pertimbangan implementasi kebijakan.
Para actor utama perlu memiliki :
-Tanggung jawab terhadap implementasi.
-Memantau kemajuan, mengevaluasi hasil dan memastikan umpan balik
untuk pembuat kebijakan.
-Mengenalkan aplikasi semua hasil penelitian yang berguna .
5. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan kesehatan merupakan penilaian terhadap
keseluruhan tahapan dalam siklus kebijakan, utamanya
ketika sebuah kebijakan yang disusun telah selesai
diimplementasikan.
Tujuannya :
1) Apakah kebijakan telah sukses mencapai tujuannya.
2) Menilai sejauh mana keefektifan kebijakan dapat dipertanggung
jawabkan kepada pihak yang berkepentingan.
Evaluasi merupakan salah satu mekanisme pengawasan
kebijakan.
Parameter yang umum digunakan :
1) Kesesuaian.
2) Relevansi.
3) Kecukupan.
4) Efisiensi.
5) Efektif.
6) Adil.
7) Respon.
8) Dampak.
Proses pengembangan kebijakan :
1. Masukan (input)
2. Proses, yang dalam hal ini merupakan pembuat keputusan sampai
menghasilkan hukum, peraturan dari kebijakan.
3. Hasil (outcome) diimplementasikan, dievaluasi, sehingga menjadi
umpan balik untuk proses pembuatan kebijakan selanjutnya
(pengembangan kebijakan lama atau pembuatan kebijakan baru)
B.Urgensi Pengembangan Kebijakan
Pengembangan kebijakan dilakukan karena beberapa alasan :
1) Kebijakan yang ada masih bersifat terlalu umum.
2) Kebijakan yang ada sulit diimplementasikan di lapangan.
3) Kebijakan yang sudah ada mengandung potensi konflik.
4) Kebijakan yang ada menemui banyak permasalahan, ada kesenjangan
kebijakan.
5) Adanya pengaruh factor eksternal, situasi politik yang tidak stabil.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan:
1. Area yang mendapatkan pengaruh atau yang terkena pengaruh.
2. Tujuan atau hasil yang diharapkan.
3. Tindakan yang telah dilakukan atau akan dilaksanakan, termasuk
mekanisme legislasi, finansial, dan administratif pengembangan
kebijakan.
4. Elemen system politik, consensus atau adanya kesepakatan bersama
antar pemangku kepentingan yang berpengaruh, aturan hukum,
kompetisi antar berbagai kepentingan politik dan good governance
atau tata kelola pemerintahan.
C.Pendekatan Pengembangan Kebijakan
Pengembangan kebijakan public merupakan hasil dari isu
kebijakan, interaksi actor/pelaku,dan lingkungan kebijakan
dengan memanfaatkan model-model tertentu.
Aktor atau pelaku kebijakan adalah mereka yang terlibat aktif
(langsung atau tidak langsung) dalam proses, individu, lembaga
non pemerintah, badan-badan pemerintah, yang dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebijakan yang
dikembangkannya.
Lingkungan kebijakan adalah setiap aspek kehidupan masyarakat
yang dapat atau perlu dipengaruhi oleh pelaku kebijakan untuk
dikembangkan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Berbagai interaksi antara actor/pelaku dan lingkungan dalam
mengembangkan kebijakan, lazimnya berlangsung dalam model
pengembangan kebijakan sbb :
1. Model kelembagaan, menekankan struktur daripada proses atau
perilaku actor (pelaku kebijakan), yang ditekankan adalah aspek
kewenangan atau otoritas dari suatu lembaga dalam membuat kebijakan,
merupakan hasil dari lembaga-lembaga negara atau pemerintah.
2. Model system, sebuah kebijakan tidak bisa terlepas dari masalah
lingkungan dimana kebijakan diterapkan. Tuntutan, dukungan,
sumberdaya, dari individu dan masyarakat merupakan input kebijakan.
Sistem politik akan memprosesnya menjadi output (kebijakan-kebijakan).
Kebijakan yang dihasilkan akan mempengaruhi lingkungan kebijakan dan
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan yang
akan mendorong tuntutan baru dari individu dan masyarakat.
Aspek lain yang mempengaruhi kebijakan menurut pendekatan
system adalah :
- Aspek pemasok (supply) yaitu institusi pengembangan
SDM kesehatan, institusi pemberi layanan kesehatan,
badan-badan diluar sector kesehatan.
-Aspek interaksi, yaitu interaksi antar komponen dalam
system kebijakan, institusi pelayanan kesehatan
sebagai eksekutor kebijakan kesehatan dengan
masyarakat, institusi pemberi layanan kesehatan non
pemerintah, dan industry kesehatan.
3.Model kelompok, perumusan dan pengembangan kebijakan
diwarnai oleh peran aktif dari berbagai kelompok kepentingan
untuk mempengaruhi substansi dan bentuk kebijakan. Proses tawar
menawar (bargaining process) dalam pengembangan kebijakan
yang akan bermuara pada suatu keseimbangan (equilibrium).
Manfaat langsung akan dirasakan oleh masyarakat khusus dari
kelompok kepentingan yang paling dominan.
4.Model elit massa, model yang merujuk kepada kenyataan
bahwa kelompok atas yang relative sedikit akan selalu memiliki
kekuasaan lebih untuk mengatur kelompok bawah yang relative
banyak.
5. Model rasional, membandingkan antara tingginya nilai
keberhasilan kebijakan dengan rendahnya nilai pengorbanan yang
harus terjadi. Sulit untuk melakukan kuantifikasi dari nilai
pengorbanan dan nilai keberhasilan dari fenomena social yang
tidak terlepas dari aspek kultural suatu kelompok masyarakat.
6. Model incremental, model ini merupakan kritik terhadap model
rasional, merupakan model praktis karena pengembangan sebuah
kebijakan seringkali dihadapkan dengan keterbatasan waktu,
ketersediaan informasi, dan kecukupan dana unruk melakukan
evaluasi terhadap kebijakan lama. Oleh sebab itu pilihannya
adalah melanjutkan kebijakan lama dengan beberapa modifikasi.
7. Model proses, model ini berlandaskan asumsi bahwa
pengembangan system politik dan kebijakan berlangsung sebagai
sebuah rangkaian proses. Kebijakan kesehatan sebagai bagian
dari kebijakan public juga merupakan sebuah proses politik dan
harus mengikuti siklus kebijakan dalam pengembangannya.
Setiap tahap dari proses pengembangan kebijakan akan
menghasilkan output berupa revisi dari kebijakan lama.
8. Model pilihan public, kebijakan dianggap sebagai sebuah
proses kolektif sekelompok masyarakat yang berkepentingan atas
keputusan tersebut. Setiap kebijakan yang dibuat dan akan
dikembangkan adalah pilihan masyarakat (public) yang menjadi
pengguna, sehingga pada setiap tahap pengembangan harus
melibatkan masyarakat.
9. Model teori permainan, model ini berdasarkan pada model
rasional akan tetapi karena adanya suasana kompetisi diantara
para pemangku kepentingan, keberhasilan kebijakan tidak hanya
ditentukan oleh pemangku kepentingan kunci namun juga
pemangku kepentingan yang tidak memiliki pengaruh secara
langsung.
Memilih model yang terbaik dilihat dari:
1. Kompleksitas isu (permasalahan). Pengembangan kebijakan untuk
permasalahan sederhana atau yang telah menjadi rutinitas dapat
menggunakan model incremental dan model kelembagaan.
2. Model system dapat digunakan ketika permasalahan kebijakan
membutuhkan sudut pandang yang lebih komprehensif, yaitu ketika
interaksi antara pemerintah sebagai supra struktrur kebijakan dan
factor lingkungan dianggap cukup berpengaruh terhadap kebijakan.
3. Model rasional dapat dikembangkan ketika permasalahan kebijakan
yang dihadapi bersifat sederhana, tidak terkait dengan aspek social
kebijakan seperti : persamaan hak, pemerataan, dan permasalahan
etika.
4. Model incremental dapat digunakan ketika organisasi mengalami
keterbatasan sumberdaya.
5. Kemampuan analisis kebijakan dan intuisi pengambil kebijakan dapat
dikembangkan menurut model yang ada.
Beberapa prinsip yang harus menjadi perhatian untuk
memastikan proses pengembangan kebijakan berlangsung
dengan baik :
1. Prinsip tranparansi dan akuntabilitas. Pemerintah tidak lagi menjadi
actor utama dan terkuat dalam proses penetapan kebijakan. Menteri
dan staf bekerja bersama mengelola dan mengalokasikan sumber
daya yang ada, mengupayakan untuk membangun dan menyepakati
pola dalam jaringan kebijakan (policy networks) sebagai bentuk tata
kelola governance. Melalui proses yang transparan masyarakat dapat
mengawasi jalannya proses pengembangan kebijakan sehingga
kebijakan yang dihasilkan dapat dijaga akuntabilitasnya
2. Prinsip akomodasi aspirasi dan kepentingan semua pemangku
kepentingan. Kesemua aspirasi dan kepentingan dari seluruh kelompok
harus diupayakan dapat terakomodasi atau terwakili pada batas-batas
tertentu
3. Relevansi substansi kebijakan. Isi atau substansi kebijakan yang
dikembangkan harus relevan dengan permasalahan public dan
kepentingan masyarakat, serta berangkat dari argument kuat berbasis
data dan bukti. Pilihan pengembangan kebijakan yang diambil juga
merupakan pilihan terbaik dari beberapa alternative kebijakan.
4. Dukungan dan kapasitas sumberdaya. Dibutuhkan adanya dukungan
memadai serta kapasitas dan sumberdaya cukup untuk menjamin
proses pengembangan kebijakan akan mencapai hasil akhir yang
signifikan.

Anda mungkin juga menyukai