Anda di halaman 1dari 19

ABSES PERIANAL

 M > F (3:1)
 Puncak insidensi: dekade
ke 3 dan ke 5
 Prevalensi penyakit ini
disertai oeh :
 Diabetes
 hematologic disorders
 inflammatory bowel
disease (IBD)
 HIV positive
 Infeksi perianal yang
rekuren.
Glandular secretion Infection &
stasis suppuration

Anal crypts abscess


obstruction formation
 Nyeri Perianal dan
demam
 pruritus
 Nyeri perianal sering
diperburuk oleh
gerakan dan
peningkatan tekanan
perineum dari duduk
atau buang air besar.
 PE: menunjukkan jaringan eritematosa,,
berfluktuasi, massa subkutan kecil dekat
lubang dubur.
 LABORATORY EVALUATION: Leukositosis
 DIAGNOSTIC PROCEDURES ; jarang
dilakukan, hanya pada abses yang berulang
 CT scan atau MRI mempunyai akurasi 80%
pada drainase yang tidak adekuat
 Tindakan pembedahan drainase dini untuk
mengeluarkan jaringan purulen
 Terapi antibiotik primer saja tidak efektif dalam
mengatasi infeksi penyebab dan hanya
menunda tindakan intervensi bedah.
 Keterlambatan drainase bedah abses anorektal
memperpanjang infeksi, menambah kerusakan
jaringan, dan dapat mengganggu fungsi
sphincter, serta menyebabkan striktur dan / atau
pembentukan fistula.
 Analgesik pascaoperasi dan pelunak feses
diperlukan untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah sembelit.
 Pasien di follow up selama 2-3 minggu untuk
evaluasi luka dan evaluasi pembentukan fistel
 Terapi antibiotik untuk mengatasi kuman
anaerob dan aerob : ciprofloxacin 500 mg 2x
sehari selama 5 hari

Anda mungkin juga menyukai