Bahan Paparan Sertifikasi Frambusia
Bahan Paparan Sertifikasi Frambusia
AGUSTUS, 2022
DALAM RANGKA
PERSIAPAN SERTIFIKASI KAB/KOTA BEBAS
FRAMBUSIA
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
DITJEN P2P
FRAMBUSIA
FRAMBUSIA
Target dan Kesepakatan Regional, Global dan Nasional Eradikasi
Frambusia (2017-2030)
Renstra Kemenkes 2020-2024 : Eradikasi Frambusia dan Sertifikasi 514
Kabupaten/kota bebas frambusia tahun 2024
Eradikasi Frambusia adalah upaya pembasmian yang dilakukan secara
berkelanjutan untuk menghilangkan frambusia secara permanen sehingga
tidak menjadi masalaah Kesehatan masyarakat secara nasional
Frambusia / patek / puru/yaws adalah penyakit menular menahun yang
kambuhan, yang terutama menyerang kulit, tulang dan tulang rawan, yang
disebabkan oleh bakteri Treponema pertenue.
Penularan frambusia pada suatu populasi dapat terhenti apabila setiap
anggota penduduk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
terutama menjaga kebersihan individu seperti mandi menggunakan air
dan sabun.
PMK no. 8 tahun 2017 tentang Eradikasi Frambusi
Epidemiologi
NTT (17 Kab): Lembata, Belu, Flores Timur, Nagekeo, Ngada, Sumba Tengah, Sumba
*memiliki riwayat kasus frambusia Barat, Sumba Timur, Sumba Barat Daya, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan,
tahun 2010 - 2017 Ende, Alor, Sikka, Kab. Kupang, Rotendao, Malaka
SITUASI ERADIKASI FRAMBUSIA
No Kegiatan eradikasi frambusia JUM
Kab/Kota
Trend Of Yaws Cases 2010-2021 in Indonesia
I. Kabupaten/Kota Endemis 79
5928
a. Telah dilaksanakan POPM 62
- Tidak POPM krn rumor & lanjut 17 4510
3621
SSF 3379
2762
- POPM Ulang di tahun 2021 (Krn 5
cakupan POPM < 90% dan 2977
masih ada kasus) 1521 1218 673
353 130 167
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
b. Survey Serologi Frambusia :
Penetapan
Pedoman untuk Komite Ahli
Mencapai target 79 Kab/Kota Frambusia
Eradikasi Frambusia Endemis
Frambusia
Strategi Eradikasi Frambusia
• Advokasi pemangku • Promosi PHBS • POPM Total Penduduk: • Penguatan sdm dan
kebijakan • Pengendalian terhadap seluruh penduduk desa sistem surveilans
• Peningkatan faktor risiko penularan • POPM (Pengobatan) • Penemuan kasus pasif
kompetensi (memakai pakaian yang Kasus Kontak: Kasus (fasyankes) dan aktif
• Sosialisasi, kerja sama sama, jarang berganti dan minimal 20 (pusling, sekolah,
LP/LS dan masyarakat pakaian, hygiene sanitasi kontaknya kegiatan integrasi)
• Penyebaran media KIE buruk, adanya penyakit kulit • Pencatatan dan
lain, luka berulang) Pelaporan secara
berjenjang (manual dan
online)
ASSESMENT SERTIFIKASI
BEBAS
FRAMBUSIA
Sertifikat Bebas
Frambusia
REKOMENDASI PERTIMBANGAN
PROVINSI TIM PUSAT
CONTOH REKOMENDASI
REKOMENDASI PROVINSI
didasarkan pada:
1. Usulan dari Kabupaten/kota yang
telah membuktikan tidak ditemukan
kasus bersadarkan Surveilans
berkinerja baik.
2. Penilaian (LKP) Tim Provinsi.
3. Hasil penilaian berkinerja baik/sangat
baik.
4. Disetujui pimpinan terkait minimal
pejabat tinggi pratama (es.2).
5. Ditujukan ke Dirjen P2P, Kemenkes.
11
PERTIMBANGAN TIM PENILAI PUSAT
didasarkan pada:
13
TAHAPAN SERTIFIKASI FRAMBUSIA
14
Puskesmas, Fasilitas Layanan Kesehatan
1. Membuktikan tidak terdapat kasus dengan melaksanakan kegiatan survelians berkinerja baik
dengan kegiatan pencarian kasus di Layanan Kesehatan, puskesmas keliling/pencarian pada
masyarakat, kegiatan pemeriksaan anak sekolah terutama daerah beresiko tinggi penularan
frambusia.
2. Menindaklanjuti semua kasus suspek dengan pemeriksaan serologi (RDT sifilis/frambusia).
3. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan pada point (1).
4. Memastikan semua tenaga pelayanan kesehatan mampu menegakkan diagnosa, tatalaksana
pengobatan frambusia dan promosi Kesehatan.
5. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana program frambusia (RDT, Azitromisin dan
lain-lain).
6. Melaksanakan kampanye program frambusia dan PHBS.
7. Menyediakan media KIE dan Peraturan Permenkes no. 8 tahun 2017 tentang Eradikasi
Frambusia.
8. Mengumpulkan dan menyimpan semua data dari kegiatan yang telah di lakukan dan tim
puskesmas dalam proses penilaian sertifikasi bebas frambusia.
9. Memberikan laporan kegiatan POPM total penduduk dan atau POPM kasus kontak. (pada
daerah endemis)
10. Memberikan laporan kegiatan survey serologi frambusia (SSF) 3 tahun berturut-turut (pada
daerah endemis) 15
Kabupaten/Kota :
1. Memastikan tidak terdapat kasus baru frambusia di dalam wilayah
Kabupaten/Kota.
2. Memastikan pencatatan dan pelaporan kegiatan pencarian kasus terlaksana
dengan baik
3. Memverifikasi dan memberikan semua dokumen pencarian kasus dan
penilaian sertifikasi dengan Tim provinsi maupun tim pusat.
4. Melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi program frambusia bagi
tenaga Kesehatan puskesmas dan fasyankes
5. Menyiapkan tim puskesmas dan fasyankes dan memfasilitasi proses penilaian
sertifikasi frambusia.
6. Menyediakan saran dan prasarana program frambusia (RDT, RPR, obat
Azitromisin, media KIE dan lainnya).
7. Memberikan surat usulan penerima sertifikat bebas frambusia kepada provinsi
setelah melaksanakan proses verifikasi dokumen dengan keyakinan benar-
benar tidak terdapat kasus frambusia dengan melampirkan dokumen-
dokumen sesuai ketentuan yang ditetapkan minimal pejabat tinggi pratama
terkait. 16
Provins :
1. Menindaklanjuti usulan kabupaten/kota penerima sertifikat bebas frambusia
dengan proses pembinaan dan penilaian.
2. Menyiapkan tim provinsi dalam tupoksi melaksanakan pembinaan dan
penilaian bebas frambusia, Tim provinsi yang ditunjuk memiliki kompetensi
bidang medis (dokter spesialis kulit kelamin atau dokter umum yang memiliki
pengalaman minimal 1 tahun program frambusia), Kesehatan masyarakat,
epidemiologi, Kesehatan lingkungan.
3. Melaksanakan persiapan proses penilaian/ assessment minimal dengan
instrumen Lembar Kerja Penilaian (LKP).
4. Melaksanakan kunjungan lapangan ke dinas Kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas, rumah sakit, klinik kesehatan, sekolah, masyarakat dan daerah
yang memiliki risiko penularan frambusia (daerah sulit air bersih dan kurang
tersedia sarana air bersih)
5. Melaksanakan penilaian terhadap data, dokumen dan wawancara terhadap
pejabat dan pengelola program frambusia, tenaga Kesehatan dan masyarakat
(guru, toko masyarakat/agama).
17
Provins :
6. Memberikan feedback kepada kebupaten/kota.
7. Memberikan rekomendasi kepada kabupeten/kota yang mengusulkan sebagai
bebas frambusia setelah proses penilaian kepada Direktur Jenderal P2P
Kementerian Kesehatan ditetapkan minimal pejabat pratama bidang terkait,
dengan melampirkan :
a. Surat usulan kabupaten/kota
b. Lembar Kinerja Penilaian (LKP)
c. Laporan hasil kegiatan penilaian Provinsi
d. SK Tim Provinsi
8. Memfasilitasi proses assessment dari tim pusat.
18
Tahapan sertifikasi frambusia
1. Kabupaten/Kota 2. Kabupaten/Kota mengajukan 3. Tim Penilai Provinsi melakukan
menyiapkan dokumen usulan sertifikasi bebas assesment dokumen, wawancara
yang dipersyaratkan frambusia ke provinsi dan penilaian lapangan
kabupaten/kota
4. Tim Penilai 5. Tim Penilai Provinsi mengirimkan Surat 6. Tim Pusat* membahas Surat
Provinsi membuat Rekomendasi (berdasarkan hasil penilaian baik Rekomendasi dan Laporan Hasil
Laporan Hasil atau sangat baik) dan Laporan Hasil penilaian penilaian Provinsi : review
Penilaian untuk Sertifikasi Bebas Frambusia ke Tim Kembali kelapangan dan
Pusat wawancara kompetensi
Memberikan Pertimbangan
Non endemis
P
R
O
V
I
N
S
I 20
No. PROGRAM Penilaian Provinsi (Lembar Kerja Penilaian)
Provinsi menilain terhadap Kinerja Program Frambusia.
1. Promosi Kesehatan 1. Komitmen satuan Kerja (Kabupaten/Kota, Puskesmas)
2. Kampanye program Frambusia dan PHBS
3. Dukungan anggaran
4. Kerja sama LS/LP
5. Tidak ada rumor frambusia di masyarakat
6. Tersedia Media KIE Frambusia dan Permenkes di Puskesmas
2. Pengendalian 1. Terdapat kegiatan Deteksi dini frambusia
Faktor Risiko 2. Pemeriksaan RDT terhadap Kasus Suspek
3. Kegiatan Peningkatan kompetensi program frambusia bagi nakes
Puskesmas/fasyankes.
4. Kompetensi tinggi terhadap Program Frambusia
5. Akses air bersih
3. Surveilans 1. Kepatuhan Pelaporan Puskesmas dan Kabupaten melalui online dan Manual
2. Tidak ditemuakan penderita yang berobat dengan diagnose frambusia di
Puskesmas, RS dan klinik/praktek dokter (6 bulan terakhir)
3. Tidak ditemuakan kasus frambusia konfirmasi di kegiatan Puskesmas keliling
4. Tidak ditemuakan kasus pada kegiatan pemeriksaan anak sekolah
5. Tidak terdapat laporan masyarakat penyakit frambusia
21
Tahapan Penilaian LKP Provinsi
4. Penilaian
KUNJUNGAN LAPANGAN
02 Kompetensi Nakes, masyarakat, akses air bersih, lingkungan
risiko, Media KIE dan Permenkes no.8/2017 tentang eradikasi
frambusia
Penilaian Wawancara Tim Pusat :
1. Paparan Situasi P2 Frambusia di Kab/kota
2. Paparan hasil Penilaian Provinsi >
rekomendasi
WAWANCARA 3. Verifikasi dokumen oleh Subdit
03 Kompetensi nakes,
masyarakat dan pengelola
4. Penilaian/wawancara Kompetensi nakes di
Puskesmas oleh KOMLI (PERDOSKI dan
program. PAEI)
5. Diskusi hasil penilaian
6. Feedback hasil penilaian
MATERI WAWANCARA :
KOMPETENSI KOMPETENSI RUMOR PADA
PENYAKIT FRAMBUSIA SURVEILANS FRAMBUSIA
MASYARAKAT
1. ERADIKASI FRAMBUSIA
1. PENYAKIT FRAMBUSIA
2. SURVEILANS FRAMBUSIA
2. DIAGNOSIS KLINIS 1. MENGENAL PENYAKIT
3. UPAYA PENEMUAN KASUS FRAMBUSIA DARI NAMA
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
FAMBUSIA MASING2 DAERAH
4. TATALAKSANA PENGOBATAN
4. PENCATATAN DAN PELAPORAN 2. AKSES AIR BERSIH DAN
DAN POPM Your Picture Here
5. SERTIFIKASI BEBAS PHBS
5. DIAGNOSA BANDING
FRAMBUSIA 3. PENYAKIT KORENG YANG
BIASA PADA ANAK-ANAK
Pencatatan dan Pelaporan
(Online dan Manual)
Pelaporan Online Frambusia: Dilaporkan
sebelum tgl 20
https://s.id/laporframbusia
Semua Puskesmas
melaporkan online tiap
bulan
> 80 % Puskesmas
Mengirim Laporan Frambusia
4. Input data laporan bulanan
Klik B1 Laporan
Bulanan Puskesmas
3. Cek Kode yg didaftarkan, Konfirmasi
ke Pusat dan cek kode disetujui
Klik C4 Kode Puskesmas
yang didaftarkan-disetujui
2. Daftarkan Kode jika belum
terdaftar (Kemkes 2017/2018) Klik B2 Kode
Puskesmas
Bulan
sebelumnya
(bulan yang
datanya
akan diinput)
Semua suspek
dari pelayanan
/poli, pencarian
aktif di sekolah
dan pusling,
maupun kegiatan
ICF dan SSF)
ONLINE MANUAL
Formulir 7
Nama/Kode Puskesmas
Nama Kabupaten/Kota
Bulan dan Tahun Laporan
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Suspek yang diperiksa dengan RDT Frambusia
(=RDT Syhilis). Semua suspek harus diperiksa/
dikonfirmasi
Nama/Kode Puskesmas
Nama Kabupaten/Kota
Bulan dan Tahun Laporan
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Jumlah Desa yang dilakukan pemeriksaan frambusia
(pusling/kunjungan rumah/kegiatan terintegrasi) pada
bulan pelaporan
Nama/Kode Puskesmas
Nama Kabupaten/Kota
Bulan dan Tahun Laporan
1
2
3
4
5
Jml Semua Desa dikurangi C12 6
1
2
3
4
5
6
Melihat Hasil
Input Laporan
Pelaporan Manual Puskesmas
Tetap dikirim dari puskesmas ke kabupaten secara rutin, dokumen disimpan kabupaten dan arsip di
puskesmas. Dicek saat verifikasi sertifikasi bebas frambusia kabupaten/kota
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Formulir 6
Register Kabupaten/Kota
Puskesmas
:
: Kode :
Tahun :
Puskesmas Klinis
RDT RPR Pengobatan
Hasil Follow Up
No. Kasus
Frambusia Hari Ke-
Periksa (Y/T)
Periksa (Y/T)
Bentuk Lesi
Lokasi Lesi
Umur
dengan Tanggal (kasus
No. Nama Penderita Kepala Keluarga Desa/ Alamat Diagnosis
Nama suspek Kasus Jenis Mulai konfirmasi
Hasil
Hasil
Dosis 7 15 30
Indeks Obat Pengobatan dan
(termasuk kasus (dd/mm/yy) probable)
konfirmasi)
sesuai jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 25
A1 di form 7.
Jika tidak
ditemukan
N I H I L
Suspek atau
kasus konfirmasi Catatan:
Hubungan dengan kasus indeks : Indeks/kasus yg pertama kali ditemukan (I), Keluarga (K), Tetangga (T), Teman Sepermainan (TS), Teman Kerja (TK)
maka dItulis Bentuk Lesi : Papula (P), Papiloma(PI), Ulkus(U), Makula(M), Hiperkeratosis(K), Lesi Tulang(T)
Lokasi lesi : Tangan(T), Kaki(K), Muka(M), Badan(B)
NIHIL Hasil Pemeriksaan : (+) / (-)
Diagnosis : Konfirmasi (K) = kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan pengujian RDT (+)
: RDT negatif (R) = kasus suspek atau kasus probable dengan pengujian RDT (-)
: Probable (P) = kasus suspek yang tinggal di desa/kelurahan endemis frambusia atau kontak erat dengan penderita frambusia
konfirmasi/probable dengan lokasi lesi pada tungkai, lutut atau kaki ATAU usia <15 tahun
Suspek (S) = seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis frambusia (> 2 minggu)
Pengobatan : Benzathine Penicillin (BP), Azitromisin (Azt), lainnya ditulis lengkap
Hasil Follow Up : Sembuh (S), Masih Sakit (MS)
4. Laporan Kegiatan Aktif di Sekolah dan Puskesmas
Formulir 17
Keliling/Kunjungan Rumah (jika ada)
Register Berobat Pada Kegiatan Puskesmas Keliling
Formulir 19
Desa
Nama Puskesmas
Nama Kabupaten/Kota Register Frambusia Menurut Sekolah
Tanggal Kegiatan
Puskesmas : Tahun :
Jenis Kode : Bulan :
No Nama Pasien Alamat Umur Gejala Diagnosis Obat Keterangan
Kelamin
1 Jumlah Murid Jumlah Siswa Menurut Diagnosis Obat
2 Nama Tanggal Jumlah RDT RPR RDT
No Konfirmas
3 Sekolah Kegiatan Kelas Total Diperiksa Koreng Suspek RPR Sehat Suspek Probable Azit Bpen
(+) (-) (+) (-) i
4 (+)
Formulir 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
5
6
7 Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
8 PUSKESMAS Formulir 9
9
Nama Puskesmas
10
Nama Kabupaten/Kota
Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia Puskesmas Keliling
Tahun
Rangkuman PUSKESMAS
1 Tahun/Bulan Kegiatan Nama Puskesmas
2 Jumlah Penduduk Desa
3 Jumlah anak<15 th berobat Nama Kabupaten/Kota
No Urut Jumlah Anak Diperiksa Frambusia Sekolah Aktif
Nama
4 Jumlah kasus konfirmasi/probable Jumlah Tahun
5 Jumlah suspek
(Kode
6 Jumlah kasus RDT (-)
Sekolah Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frekuensi Aktif
Sekolah) Jumlah Jumlah Anak Berumur <15 Tahun Berobat Desa Aktif
Total No Urut Nama Desa
Penduduk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frekuensi Aktif
Total
THANK YOU