Anda di halaman 1dari 21

ARTRITIS

REUMATHOID
OUTLINE

PENDAHULUAN 01 02 TINJAUAN
PUSTAKA

KESIMPULAN 03 04 DAFTAR
PUSTAKA
PENDAHULUAN
Artritis Reumathoid (AR) merupakan penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua
kelompok ras dan etnik didunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai
dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan
persendian, sering kali juga melibatkan organ tubuh lainnya

Di Indonesia dari hasil survey epidemiologi di


Bandungan Jawa Tengah didapatkan prevalensi AR 0,3
%,
Prevalensi pada laki-laki lebih rendah yaitu 0,16% dibandingkan wanita yaitu
0,75% dan dinyatakan signifikan secara statistik. Sekitar 2,6 juta laki-laki dan
12,21 juta wanita menderita RA pada tahun 2000 kemudian meningkat menjadi
3,16 juta laki-laki dan 14,87 juta wanita yang menderita RA pada tahun 2010

Prevalensi tertinggi dilaporkan pada masyarakat asli Amerika, Yakima,


Pima, dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara sebesar 7%.
TINJAUAN PUSTAKA

Rheumatoid Artritis (RA)


adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belum diketahui dan
ditandai oleh sinovitis erosif
yang simetris dan pada
beberapa kasus disertai
keterlibatan jaringan
ekstraartikular
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Artritis Reumatoid terjadi akibat adanya predisposisi


genetik, terutama HLA-DR4 dan HLA-DR1,

Artritis rheumatoid lebih sering terjadi pada perempuan


( rasio 3:1 dibandingkan laki-laki), serta insidens
tertinggi ditemukan pada usia 20-45 tahun.

faktor risiko RA yang lain ialah kemungkinan infeksi


bakterial, virus, serta kebiasaan merokok.
PATOGENESIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
1. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein
(CRP) meningkat
2. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF
negatif tidak menyingkirkan diagnosis
3. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan
dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98%
dan sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap
beratnya penyakit tidak konsisten
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Radiologis

Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang


sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau
subluksasi sendi
DIAGNOSIS BANDING

Spondiloartropati seronegatif,
Lupus eritematosus sistemik
misalnya artritis psoriatik

Artritis gout poliartikular Artritis reaktif


DIAGNOSIS

Selama ini diagnosis AR memakai kriteria ACR tahun 1987


dengan sensitivitas 77-95% dan spesifisitas 85-98%. Tapi kriteria
ini mulai dipertanyakan kesahihannya dalam mendiagnosis AR
dini sehingga dipandang perlu untuk menyusun kriteria baru yang
tingkat kesahihannya lebih baik

diagnosis AR di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis


menurut American College of Rheumatology/European League
Against Rheumatism 2010
DIAGNOSIS
TATALAKSANA

Penatalaksanaan pada RA mencakup:

Terapi farmakologi,
Rehabilitasi dan
Pembedahan bila diperlukan
TATALAKSANA

Terapi farmakologi

1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)


aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak

2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)


hidroksiklorokuin, metotreksat, sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin

3. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari
TATALAKSANA

Rehabilitasi

Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup


pasien. Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi
yang terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan
bidai, latihan,
TATALAKSANA

Pembedahan

Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang


diharapkan, maka dapat dipertimbangkan pembedahan yang
bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi, arthrodesis, total
hip replacement
TATALAKSANA
Tabel 2. DMARD yang digunakan pada pengobatan Artritis Reumatoid  

  DMARDS Mekanisme Dosis Efektifitas Efek samping Persiapan - Pemantauan  

  Metotreksat Menurunkan 7..5 – 25 +++ Fibrosis hati, Awal : foto thorax, DPL, TFG, TFH.  
kemotaksis PMN mg / pnemonia Selanjutnya
    dan mempengaruhi minggu   interstitial DPL dan TFH tiap bulan  
    sintesis DNA     dan supresi    
          sumsum    
          Tulang    

  Sulfasalasin Menghambat 2x500 ++ Supresi Awal pengobatan : G6PD. DPL tiap  


angiogenesis dan mg/hari sumsum 4 minggu selama
    migrasi PMN ditingkat-   Tulang 3 bulan selanjutnya tiap 3  
      kan sampai     bulan, TFH 1 bulan  

      3x1000mg     selanjutnya tiap 3 bulan  

  Klorokuin
basa
Menghambat lisosom
dan pelepasan IL-1
6.5 mg/kg bb/
hari (150 mg)
+ Jarang,
kerusakan
Pemeriksaan mata pada awal
pengobatan, lalu setiap 3-6
 
makula. bulan

  Leflunomide Menghambat enzim 20 mg/hari +++ Diare, alopecia, DPL, TFG, TFH  
dihidroorotat rash,
    dehidrogenase     sakit kepala,    
    sehingga     secara teoritis    
    pembelahan sel     berisiko    
    limfosit T auto     infeksi karena    
    reaktif menjadi     imunosupresi.    
    terhambat          

  Siklosporin Memblok sintesis IL- 2.5-5mg +++ Gagal ginjal Awal : kliren kreatinin; DPL,  
1 dan IL-2 /kgbb TFG, TFH tiap 2
            minggu, 3 minggu dan  

            selanjutnya tiap 4 minggu.  


TATALAKSANA

Pemilihan jenis DMARD ditentukan oleh 3 faktor :

1. Faktor obat : efektivitasnya, kemudahan pemberian, sistem


pemantauan, waktu yang diperlukan sampai obat memberikan
khasiat, kemungkinan efek samping dan yang tidak kalah
penting adalah biaya pengobatan.
2. Faktor pasien: kepatuhan pasien, komorbiditas, beratnya
penyakit dan kemungkinan prognosisnya.
3. Faktor dokter: kompetensi dalam pemberian dan pemantauan
obat.
PROGNOSIS

Perjalanan penyakit dari RA ini bervariasi dan juga ditentukan dari


ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu yang lama. Lima
puluh hingga tujuh puluh lima persen penderita ditemukan mengalami
remisi dalam dua tahun. Selebihnya dengan prognosis yang lebih buruk

Kejadian mortalitas juga meningkat 10-15 tahun lebih awal


dibandingkan mereka yang tidak mengalami RA. Khususnya pada
penderita RA dengan manifestasi yang berat, kematian dapat
disebabkan oleh infeksi, penyakit jantung, gagal nafas, gagal ginjal,
dan gangguan saluran cerna. Sekitar 40% pasien RA mengalami
hendaya dalam 10 tahun ke depanya.
KESIMPULAN
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan
inflamasi kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat
melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai
dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial
yang disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur

Penyebab RA sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa


faktor yang diduga menjadi penyebab RA antara lain : faktor genetik,
reaksi inflamasi pada sendi dan selubung tendon, faktor rheumatoid,
sinovitis kronik dan destruksi sendi, Gender, Infeksi

diagnosis AR di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis


menurut American College of Rheumatology/European League
Against Rheumatism 2010
DAFTAR PUSTAKA
1. Daud, Rizasyah.Artritis Reumatoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
kelima. Jakarta: Interna Publishing . 2014. Hal 1174
2. Febriana.2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis
Ankle Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
3. Kapita Selekta Kedokteran/editor. Chris Tanto, et al. Ed.4.(2014). Jakarta: Media
Aesculapius, pp 835-839
4. Putra,T.R., Suega,K., Artana,I.G.N.B. (2013). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Penyakit Dalam. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah
5. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Diagnosis dan
Pengelolaan Artritis Reumatoid. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. ISBN
6. Fauzi, Ahmad.2019.Reumatoid Artritis. Fakultas kedokteran Universitas Lampung
Bagian Ortopedi dan Traumatologi Departemen Bedah. Vol 3. No 1 Hal 168-175
7. Rudan, I., et al. (2015). Prevalence Of Rheumatoid Arthritis In Low– And Middle–
Income Countries: A Systematic Review And Analysis. Journal of Global Health,
vol.5, no.1, pp.1-10
8. Choy E. (2012). Understanding The Dynamics: Pathway Involved In The
Pathogenesis Of Rheumatoid Arthritis. Oxford University Press on behalf of the
British Society for Rheumatology, vol. 51, pp.3-11
THANKS

Does anyone have any questions?

addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

Anda mungkin juga menyukai