Klasifikasi Stadium Klinis 1 Tidak ada penurunan berat badan Tanpa gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten HIV/AIDS 2 Penurunan berat badan Ada 2 klasifikasi yang sampai ISPA berulang: sinusitis, otitis media, tonsilitis, dan faringitis sekarang sering digunakan untuk Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir Luka di sekitar remaja dan dewasa yaitu klasifikasi bibir (Kelitis Angularis) menurut WHO dan Centers for Disease Ulkus mulut berulang Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo) Dermatitis Seboroik I Control and Preventoin (CDC) nfeksi jamur pada kuku Amerika Serikat. Di negara negara berkembang menggunakan sistem 3 Penurunan berat badan >10% klasifikasi WHO dengan memakai data Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya >1 bulan klinis dan laboratorium, sementara di Kandidiasis oral atau Oral Hairy negara-negara maju digunakan sistem LeukoplakiaTB Paru dalam 1 tahun terakhir klasifikasi CDC. Klasifikasi menurut Limfadenitis TB Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia, Piomiosis Anemia ( WHO digunakan pada beberapa Negara yang pemeriksaan limfosit 4 Sindroma Wasting (HIV) Pneumoni Pneumocystis Pneumonia CD4+ tidak tersedia. Klasifikasi Bakterial yang berat berulang dalam 6 bulan Kandidiasis esofagus stadium klinis HIV/AIDS WHO Herpes Simpleks Ulseratif >1 bulan Limfoma Sarkoma Kaposi dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu: Kanker Serviks yang invasif Retinitis CMV TB Ekstra paru Toksoplasmosis Ensefalopati HIV Meningitis Kriptokokus Infeksi mikobakteria non-TB meluas Lekoensefalopati multifokal progresif Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas Rapid test disarankan untuk kasus Diagnosis kecelakaan kerja bagi petugas yang terpapar darah penderita HIV/AIDS atau Langkah pertama untuk mendiagnosis HIV/AIDS adalah anamnesis secara pada penderita yang kemungkinan tidak keseluruhan kemudian ditemukan mau datang kembali untuk menyampaikan adanya faktor resiko dan menemukan hasil tes HIV. Tes ELISA merupakan temuan klinis pada pemeriksaan fisik. pemeriksaan yang umum dilakukan karena Tes diagnostik untuk HIV yang sampai sekarang masih digunakan adalah praktis dan sensitifitasnya tinggi. ELISA ( enzyme-linked Rekomendasi WHO jika tes ELISA dengan 3 immunoabsorbent assay), rapid test, reagen yang berbeda hasilnya postif semua Western Blot, dan PCR (Polymerase chain reaction) dengan sampel whole atau rapid test dengan 3 reagen hasilnya blood, dried bloodspots, saliva dan positif semua maka tidak dianjurkan tes urin. Western Blot Tes infeksi HIV/AIDS
Tes HIV adalah tes yang dilakukan untuk memastikan
apakah individu yang bersangkutan telah dinyatakan terkena HIV atau tidak. Tes HIV berfungsi untuk mengetahui adanya antibodi terhadap HIV atau mengetes adanya antigen HIV dalam darah. Ada beberapa jenis tes yang biasa dilakukan diantaranya yaitu tes Elisa, tes Dipstik dan tes Western Blot. Masing-masing alat tes memiliki sensitivitas atau kemampuan untuk menemukan orang yang mengidap HIV dan spesifitas atau kemampuan untuk menemukan individu yang tidak mengidap HIV. Untuk tes antibodi HIV semacam Elisa memiliki sensitivitas yang tinggi. • Syarat dan prosedur tes darah HIV/AIDS : • Syarat tes darah untuk keperluan HIV: • a) Bersifat rahasia. • b) Harus dengan konseling pada pra tes. Dengan kata lain persentase pengidap HIV yang memberikan hasil negatif • c) Tidak ada unsur paksaan. palsu sangat kecil. Sedangkan spesifitasnya adalah antara 99,70%- 99,90% dalam arti 0,1%-0,3% dari Tahapan tes HIV/AIDS Pre tes semua orang yang tidak berantibodi HIV akan dites positif untuk antibodi konseling tersebut. Untuk itu hasil Elisa positif a) Identifikasi risiko perilaku perlu diperiksa ulang (dikonfirmasi) seksual (pengukuran tingkat risiko dengan metode Western Blot yang perilaku). mempunyai spesifitas yang lebih tinggi. b) Penjelasan arti hasil tes dan prosedurnya (positif/negatif). c) Informasi HIV/AIDS sejelas- jelasnya. d) Identifikasi kebutuhan pasien, setelah mengetahui hasil tes. e) Rencana perubahan perilaku. Tabel 3. Gejala mayor dan minor infeksi HIV/AIDS Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan turun >10% Batuk menetap > 1 bulan
Diare kronik, berlangsung > 1 bulan Dermatitis generalisata
Demam berkepanjangan > 1 bulan Herpes Zooster multisegmental dan
Diare kronik, berlangsung > 1 bulan Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita Retinitis Cytomegalovirus Penularan HIV/AIDS d) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan ( 1 ) Antenatal : saat bayi masih orang yang telah terpapar HIV. berada di dalam rahim, melalui b) b) Transfusi darah : melalui plasenta. transfusi darah yang tercemar ( 2 ) Intranatal : saat proses HIV persalinan, bayi terpapar darah c) Penggunaan jarum suntik : ibu atau cairan vagina penggunaan jarum suntik, tindik, ( 3 ) Postnatal : setelah proses tato, dan pisau cukur yang dapat persalinan, melalui air susu ibu. menimbulkan luka yang tidak Kenyataannya 25-35% dari semua disterilkan secara bersama-sama bayi yang dilahirkan oleh ibu yang dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang sudah terinfeksi di negara terinfeksi HIV. Caracara ini dapat berkembang tertular HIV, dan 90% menularkan HIV karena terjadi bayi dan anak yang tertular HIV kontak darah tertular dari ibunya. Perilaku berisiko yang e) Mengalami luka tusuk jarum yang menularkan HIV/AIDS tidak disengaja, termasuk diantara a.Melakukan seks anal atau pekerja kesehatan. vaginal tanpa kondom. b) Memiliki infeksi menular f) Memiliki banyak pasangan seksual seksual lainnya seperti sifilis, atau mempunyai pasangan yang memiliki herpes, klamidia, kencing banyak pasangan lain. nanah, dan vaginosis bakterial. c) Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik lainnya dan solusi obat ketika menyuntikkan narkoba. d) Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi jaringan, prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau tindakan yang tidak steril. Tugas