Pemeriksaan fisik
• Massa pada skrotum unilateral
• Nyeri pada skrotum dapat terjadi pada 27% pasien
Pemeriksaan penunjang
1. USG Testis
2. Computerised tomography (CT)
3. Magnetic resonance imaging (MRI)
4. Fluorodeoxyglucose-positron mission tomography (FDG-PET)
5. Serum Tumor Marker
6. Pemeriksaan Patologis
USG Testis
• menentukan apakah massa intra atau ekstra testis;
• menentukan volume dan lokasi anatomis lesi testis;
• digunakan untuk mengkarakterisasi testis kontralateral
Computerised tomography (CT)
• Digunakan untuk mengevaluasi adanya metastasis
• CT-Scan dengan kontras direkomendasikan untuk staging sebelum
orkidektomi
• CT-Scan dada lebih sensitif tetapi kurang spesifik dibandingkan
rontgen dada (CXR) dalam staging dalam toraks.
Magnetic resonance imaging (MRI)
• Memiliki sensitifitas dan spesifisitas lebih tinggi daripada USG
• MRI dapat digunakan untuk membedakan massa pada intra atau
ekstra testicular ketika tidak dapat dikonfirmasi secara klinis maupun
USG
• Sangat direkomendasikan untuk melihat adanya metastasis ke otak.
Fluorodeoxyglucose-positron mission
tomography (FDG-PET)
• Direkomendasikan untuk pasien seminoma dengan massa residu
pasca kemoterapi > 3 cm (diameter terbesar) untuk menilai aktivitas
FDG.
Serum Tumor Marker
Pre-Operasi
• Alphafetoprotein, subunit beta dari human Chorionic Gonadotropin (β-
hCG) dan lactate dehydrogenase LDH harus ditentukan sebelum dan
sesudah orkidektomi memprediksi histologi kanker sel germinal yang
mendukung diagnosis Ca Testis.
Post-Operasi
• Tingkat serum AFP, β-hCG dan LDH digunakan untuk stratifikasi
prognostik Ca Testis setelah orkidektomi.
• Persistensi atau peningkatan penanda tumor serum yang meningkat
setelah orkidektomi menunjukkan kemungkinan adanya metastasis.
Alpha fetoprotein (AFP)
Normal: <40mcg/L