Anda di halaman 1dari 5

DIAGNOSIS CVA

1. Anamnesis
A. CVA Infark:
Gejala gangguan fungsi otak pada stroke sangat tergantung pada daerah otak yang
terkena. Defisit neurologis yang ditimbulkannya dapat bersifat fokal maupun global,
yaitu:
 Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu ekstremitas, kelumpuhan otot-otot
penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, bicara, dan
sebagainya
 Gangguan fungsi keseimbangan
 Gangguan fungsi penghidu
 Gangguan fungsi penglihatan
 Gangguan fungsi pendengaran
 Gangguan fungsi somatik sensoris
 Gangguan fungsi kognitif, seperti: gangguan atensi, memori, bicara verbal, gangguan
mengerti pembicaraan, gangguan pengenalan ruang, dan sebagainya
 Gangguan global berupa gangguan kesadaran
(Aninditha and Wiratman, 2017)

Trombus Embolus
Gejala akut/sub akut berupa kelemahan  Gejala mendadak (paling cepat di
atau kebas separuh badan dan atau antara semua jenis stroke
wajah merot  Sering terjadi saat beraktifitas, namun
Sering terjadi saat istirahat dan saat terkadang saat istirahat
bangun pagi  Umumnya kesadaran bagus, namun
Biasanya kesadaran bagus dapat memburuk bila emboli besar
Sering mengenai usia tua (60-80 tahun)  Sering mengenai usia 20-30 an dan
70an
 Harus ada sumber emboli (umumnya
dari jantung akibat gangguan irama
atau katup)

B. CVA Hemoragik
Beberapa gejala klinis stroke hemoragik antara lain nyeri kepala, penurunan
kesadaran, muntah, kejang, kaku kuduk, serta gejala lain seperti aritmia jantung dan
edema paru. Nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan, berkaitan
dengan lokasi dan luasnya lesi perdarahan, yaitu pada stroke hemoragik di daerah
lobaris, serebelum, dan lokasi yang berdekatan dengan struktur permukaan meningen.
Pada perdarahan kecil di parenkim otak yang tidak memiliki serabut nyeri, tidak
terdapat nyeri kepala saat fase awal perdarahan. Namun seiring perluasan hematom
yang menyebabkan peningkatan TIK dan efek desak ruang, keluhan nyeri baru muncul
yang biasanya disertai muntah dan penurunan kesadaran (Aninditha and Wiratman,
2017).
Penurunan kesadaran terjadi pada stroke hemoragik yang besar atau berlokasi di
batang otak. Hal ini disebabkan efek desak ruang dan peningkatan TIK, serta
keterlibatan struktur reticulating activating system (RAS) di batang otak Muntah juga
akibat peningkatan TIK atau kerusakan lokal di ventrikel keempat, biasanya pada
perdarahan sirkulasi posterior. Kejang merupakan gejala yang dikaitkan dengan lokasi
perdarahan. Lokasi yang bersifat epileptogenic antara lain perdarahan
lobar,graywhite.matter junction di korteks serebri, dan putamen (Aninditha and
Wiratman, 2017).

ICH SAH
Nyeri kepala hebat, mual, dan muntah  Gejala prodromal berupa nyeri kepala
Sering terjadi saat aktifitas hebat dan mendadak
Sering disertai penurunan kesadaran  Kesadaran sering terganggu  UP
Sering terjadi pada usia 50-80 tahun and DOWN
 Sering pada usia 30-50 tahun dan 70
tahun

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan sederhana untuk mengenali gejala dan tanda stroke yang disusun oleh
Cincinnati menggunakan singkatan FAST:
• F facial droop (mulut mencong tidak sirnetris)
• A arm weakness (kelemahan pada tangan)
• S speech difficulties (kesulitan bicara)
• T time to seek medical help (waktu tiba di RS secepat mungkin).

Pada pemeriksaan fisik neurologis biasanya akan ditemukan

 Penurunan kesadaran/GCS
 Kelumpuhan nervus cranialis
 Kelemahan motoric
 Defisit sensorik
 Gangguan fungsi kognitif
 Pemeriksaan fisiologis  meningkat pada sisi yang lemah
 Pemeriksaan patologis: positif
 Tanda rangsangan meningens : biasanya positif pada SAH
(Aninditha and Wiratman, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan penunjang jantung
Abnormalitas jantung dan EKG sering ditemukan pada pasien dengan stroke akut.
Prevalensi segmen QT memanjang, depresi ST dan inversi gelombang T lebih sering
ditemukan pada stroke iskemik akut, terutama jika mengenai insular korteks. Hal ini
membuktikan bahwa semua pasien stroke akut dan TIA harus diperiksa EKG 12 jalur.
Beberapa pemeriksaan yang perlu dipertimbangkan :
 Elektrokardiografi
Semua pasien stroke yang dirawat harus dilakukan elektrokardiografi tanpa menunda
diagnostik dan terapi definitif.
 Ekokardiografi
Transthoracic echocardiography (TTE) dijadikan pedoman untuk pemeriksaan
motilitas jantung dan melihat struktur jantung serta thrombus. Transesophageal
echocardiography (TOE) lebih superior daripada transthoracic echocardiography
(TTE) untuk melihat adanya trombus di LAA (left atrial appendices) pada pasien atrial
fibrilasi. Pada pemeriksaan jantung untuk melihat keberadaan left-to-right shunt TEE
dan TCD bubble contrast lebih superior dibandingkan dengan TOE.

B. CT-Scan Kepala
 Persyaratan untuk pencitraan CT-kranial pada stroke akut (PNPK Stroke, 2019)
(1) CT (computed tomography) kepala tanpa kontas.
(2) Peralatan generasi ke-3 atau ke-4.
(3) Ketebalan potongan 5-10 mm, dengan irisan yang terputus-putus.
(4) Potongan harus dibuat pada bidang oblik untuk mencegah radiasi ke mata.
 Kriteria diagnostik pada pencitraan CT-kranial pada stroke akut (PNPK Stroke,
2019)
1) Infark : area hipodens fokal, pada kortikal, subkortikal, sustantia alba, grisea
yang dalam, diikuti oleh teritoral vascular, distribusi ’watershed’, adanya
kontras antara substansia alba dan grisea yang kabur dan hilangnya sulkus atau
pita insular.
2) Perdarahan : adanya gambaran hiperdens pada sustansia alba atau grisea,
dengan atau tanpa terkenanya permukaan kortikal (40-90 Hounsfield units).
Ptekial adalah titik hiperdens yang terletak secara acak dan iregular. Hematoma
adalah gambaran hiperdens yang solid dan homogen.
3) Gambaran hiperdens dari arteri intrakranial yang besar : memberi kesan adanya
material embolik vaskular.
4) Kalsifikasi : gambaran hiperdens dalam atau menempel pada dinding
pembuluh darah (>120 HU).
5) Insidentil: ‘silent’ infark, subdural, tumor, aneurisme besar, malformasi
arteriovena.
C. Magnetic resonance imaging (MRI)
Pemeriksaan MRI dilakukan dengan indikasi kusus, seperti atroke like syndrome.
Kriteria diagnostik infark pada MRI otak pada stroke akut
(1) Akut
 Adanya sinyal rendah (hipointens) pada T1 (terkadang sulit dilihat pada fase
ini) dan adanya sinyal tinggi (hiperintens) pada densitas putaran.
 T2 weighed dan densitas proton- weighted images dimulai saat 8 jam setelah
onset dan harus mengikuti distribusi vaskular.
 Efek massa maksimal saat 24 jam, kadang dimulai 2 jam setelah onset.
 Tidak ada perubahan sinyal pada parenkimal.
 Adanya enhancement saat diberikan kontras pada daerah territorial hiperakut
infark saat 48 jam.

(2) Subakut (1 minggu atau lebih)

Adanya sinyal rendah pada T1 dan sinyal tinggi pada T2 weighted yang
mengikuti distribusi vaskular. Revaskularisasi dan rusaknya sawar darah otak
menyebabkan adanya enhancement pada parenkim otak dengan agen kontras.

(3) Infark lama (beberapa minggu sampai tahun)

Adanya sinyal rendah pada T1, sinyal tinggi pada T2. Efek massa hilang sampai 1
bulan. Hilangnya jaringan pada infark besar. Enhancement parenkimal hilang
setelah beberapa bulan.

(PNPK Stroke, 2019)

Anda mungkin juga menyukai