Anda di halaman 1dari 59

ASKEP GANGGUAN

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Ns. Astrid, S.Kep., M.Kep


Pendahuluan
 Pengukuran suhu tubuh merupakan langkah dasar
dalam menentukan status kesehatan klien dan tidak
sesederhana seperti kelihatannya
 Satu pilihan dapat ditetapkan dari berbagai jenis
detektor suhu dan lokasi tubuh
 Pilihan anda akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti derajat keakuratan yang diperlukan,
frekuensi dan usia klien
 Penafsiran terhadap hasil pengukuran akan
dipenaruhi oleh faktor seperti waktu pengambilan
dalam sehari dan patologi klien
Defenisi
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit
dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa
standar penilaian suhu, antara lain :
normal, hipertermi, hipotermi, dan febris

Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah


tanpa kita tau sebab-sebabnya dan
mekanismenya
Regulasi Suhu Tubuh

1/3/2015
Kmb-
5
Faktor yang mempengaruhi Suhu Tubuh
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan
Gangguan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme
organ regulasi suhu tubuh mengalami gangguan yang
dapat merangsang peningkatan suhu tubuh

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan


Lingkunga lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
n berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
manusia

Suhu tubuh bervariasi pada siang atau malam hari.


Irama diurnal Suhu terendah manusia yang tidur pada malam
hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal
pagi dan tertinggi pada awal malam

Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh


lebih tinggi daripada wanita.Suhu tubuh wanita
Jenis kelamin dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu
tubuh wanita pada pagi hari saat bangun
meningkat 0,3 – 0,5˚C
Faktor yang mempengaruhi Suhu Tubuh
Kecepatan Kecepatan metabolisme basal tiap individu
metabolis berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
me basal panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula

Rangsanga Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan


n saraf kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat
simpatis
Hormon pertumbuhan (growth hormon) dapat
Hormon menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme
pertumbuhan sebesar 15 – 20%, akibatnya produksi panas
tubuh juga meningkat

Hormon tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas


hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga
peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi
laju metabolisme menjadi 50 – 100% diatas
normal
Mekanisme Kehilangan Panas

Radiasi Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh


dalam bentuk gelombang panas infra merah

Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat


paparan langsung kulit dengan benda – benda
yang ada disekitar pasien

Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat


Evaporasi
memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Pada
kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme
evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari
Hormon tiroid
Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran
udara / air
Mekanisme Kehilangan Panas

Usia individu sangat mempengaruhi metabolisme


tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga
Usia memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh.
Individu Pada neonatus dan bayi, terdapat mekanisme
pembentukan panas melalui pemecahan
(metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi
proses termogenesis tanpa menggigil (non
shivering thermgenesis)
Hubungan Suhu Tubuh dengan Cairan
Tubuh

Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan,


dan cairan inilah yang berperan dalam mengatur
suhu tubuh manusia.
Seperti yang terlihat saat berkeringat, tubuh
melepaskan keringat saat panas untuk mengurangi
panas berlebih dalam tubuh sehingga mengurangi
suhu tubuh yang tinggi tersebut. Semua pengaturan
suhu tubuh seperti ini dilakukan dan bergantung
pada asupan air yang ada pada tubuh kita
Hubungan Suhu Tubuh dengan Eritrosit

Apabila eritrosit naik, maka suhu tubuh


akan ikut naik. Begitu pula sebaliknya.
Suhu tubuh yang naik menyebabkan
pembuluh darah mengembang sehingga
berdekatan dengan kulit dan wajahpun jadi
memerah, sedangkan jika suhu tubuh
turun, maka pembuluh darah mengecil
sehingga berjauhan dengan kulit dan
wajahpun menjadi pucat.
Gangguan Kesehatan Akibat Perubahan
Suhu Tubuh
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
Kelelahan elektrolit berlebihan yang disebabkan oleh
akibat lingkungan yang panas. Tindakan yang pertama
panas adalah memindahkan klien ke lingkungan yang
lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit
Hipertermia adalah Peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
Hipertermia untuk meningkatkan pengeluaran panas atau
menurunkan produksi panas, disebabkan oleh
penyakit atau trauma hipotalamus
Demam dapat terjadi karena mekanisme
pengeluaran panas tidak mampu untuk
Demam mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan
suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39˚C
Gangguan Kesehatan Akibat Perubahan
Suhu Tubuh

Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau


lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas, kondisi ini disebut
heat stroke. Kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas yang tinggi

Heat
Stroke

Tanda dan gejala  gamang, konfusi, delirium,


sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual,
dan bahkan inkontinensia, kulit hangat dan
kering (tanda paling penting)
Gangguan Kesehatan Akibat Perubahan
Suhu Tubuh
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia.
Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu
inti :
Hipotermia Ringan : 33˚ - 36˚ C, Sedang : 30˚ - 33˚ C
Berat : 27˚ - 30˚ C, Sangat Berat : < 30˚ C
Gejala  gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan,
depresi dan tidak mampu menilai (suhu 35oC), frekuensi
jantung, pernapasan dan tekanan darah turun (suhu
dibawah 34,4oC), jika terus berlangsung  kulit menjadi
sianotik
terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal
Mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara
Frosbite permanen
Sering terjadi di  lobus telinga, ujung hidung, jari, dan
jari kaki, daerah yang cedera berwarna putih berlilin, dan
keras jika disentuh
ASKEP KLIEN DENGAN
GANGGUAN

SUHU TUBUH

16
PENGKAJIAN

Pengkajian Pada Pasien Yang Mengalami


Demam
A. Identitas Diri :
    Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan
B. Status Kesehatan :
Keluhan Utama : Panas
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Lanjutan………………………………

1) hipertermi : Pola Demam

a. Terus menerus : tingginya menetap > 24 jam,


bervariasi (1-2)o C.
b. Intermitten   : demamm memuncak secara
berseling dengan suhu normal.
c. Remitten           : demam memuncak danturun
tanpa kembali ketingkat suhu normal.
d. Relaps              : periode episode demam diselingi
dengan tingkat suhu normal episode
demam dengan normo termia dapat
memanjang lebihdari 24 jam. Mulai timbulnya panas, berapa
lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
2) Hipotermi : Hipotermia Aksidental Biasanya Terjadi Secara Berangsur Dan Tidak

Diketahui Selama Beberapa Jam. Ketika Suhu Tubuh Turun Menjadi 35 ºc, Klien

Mengalami Gemetar Yang Tidak Terkontrol, Hilang Ingatan, Depresi, Dan Tidak

Mampu Menelan. Jika Suhu Tubuh Turun Di Bawah 34,4 ºc, Frekuensi Jantung,

Pernafasan, Dan Tekanan Darah Turun. Kulit Menjadi Sianotik.

D.      Riwayat Kesehatan Lalu

1)      Hipertermi : Sejak Kapan Timbul Demam, Sifat Demam, Gejala

Lain Yang Menyertai Demam (Misalnya: Mual, Muntah, Nafsu Makn,

Eliminasi, Nyeri Otot Dan Sendi Dll), Apakah Menggigil, Gelisah.

2)      Hipotermi : Tanyakan suhu pasien sebelumnya, Sejak kapan

timbul gejala gemetar, Hilang ingatan, Depresi dan gangguan menelan .


E.       Riwayat Penyakit Keluarga.

(Riwayat Penyakit Yang Sama Atau Penyakit Lain Yang Pernah Diderita Oleh

Anggota Keluarga Yang Lain Baik Bersifat Genetik Atau Tidak)

F.       Riwayat Psikologis.

G. Pemeriksaan Fisik :

1)      Hitung TTV Ketika Panas Terus Menerus Dan Sesuai Perintah (2/4 Jam)

2)      Inspeksi Dan Palpasi Kulit, Ceg Turgor (Dingin, Kering, Kemerahan,

Hangat, Turgor Menurun)

3)      Tanda-tanda Dehidrasi

4)      Perubahan Tingkah Laku : Bingung, Disorientasi, Gelisah, Disertai

Dengan Sakit Kepala, Nyeri Otot, Nousea, Photopobia, Lemah, Letih, Dll.
2.      Diagnosa
A.       Resiko Ketidakseimbangan
Suhu Tubuh Berhubungan
Dengan Hipertermia
B.      Hipertermia Berhubungan
Dengan Penyakit
C.       Hipotermia Berhubungan
Dengan Penuaan
3.      Intervensi
A.       Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh Berhubungan Dengan Hipertermia
Tujuan : Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama 3 X 24 Jam Suhu Tubuh Dalam
Rentang Normal.
Kriteria Hasil :
1)      Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal 36,5 – 37,5 0C
2)      Kulit Tidak Teraba Hangat
Intervensi :
1)      Evaluasi Lingkungan Rumah Tentang Faktor – Faktor Yan Dapat Mengganggu Suhu Tubuh.
2)      Kaji Tanda Dan Gejal Hipertermia
3)      Anjurkan Pasien Atau Keluarga Untuk Minum Secara Adekuat
4)      Instruksikan Keluarga Unutk Mengenali Tanda Dan Gejala Awal Hipertermia : Kulit Kering, Sakit
Kepala, Penignkatan Suhu, Iritabilitas, Suhu Diatas 37,8 0C, Dan Kelemahan.
5)      Kolaborasi Dalam Pemberian Antipiretik Sesuai Kebutuhan
6)      Sesuaikan Suhu Lingkungan Sesuai Dengan Kebutuhan Pasien.
B.      Hipertermia Berhubungan Dengan Penyakit
Tujuan : Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama 3 X 24 Jam
Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal.
Kriteria Hasil :
3)      Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal 36,5 – 37,5 0C
4)      Kulit Tidak Teraba Hangat
5)      Nadi Dan Pernafasan Dalam Rentang Normal Yaitu :
Nadi : 60 -100 X/ Menit, RR : 16 – 24 X / Menit, Sistole : 90 – 140 Mmhg,
Diastole : 60 – 90 Mmhg.
Intervensi :
1)      Pantau Hidrasi ( Turgor Kulit, Kelembapan
Membran Mukosa )
2)      Pantau TTV Dan Warna Kulit
3)      Ajarkan Pasien Atau Keluarga Dala
Mebgukur Suhu Untuk Mencegah Dan Mengenali
Secara Dini Hipertermia.
4)      Kolaborasi Dengan Dokter Dalam
Pemberian Antipiretik Sesuai Dengan Kebutuhan.
5)      Kompres Dengan Air Dingin Atau Hangat
6)      Anjurkan Asupan Cairan Oral
7)      Lepaskan Pakaian Yang Berlebihan
C.       Hipotermia Berhubungan Dengan Penuaan
Tujuan : Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama
3 X 24 Jam Suhu Tubuh Kembali Dalam Rentang Normal.
Kriteria Hasil :
1)      Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal 36,5 – 37,5 0C
2)      Kulit Tidak Teraba Dingin
3)      Pasien Tidak Tampak Menggigil, Pucat Dan
Merinding
4)      TTV Dalam Rentang Normal
Nadi : 16 – 24 X / Menit, RR : 60 – 100 X / Menit, Sistole :
90 – 140 Mmhg, Diastole : 60 – 90 Mmhg.
Intervensi :
1)      Kaji Gejala Hipotermia ( Perubahan Warna
Kulit, Menggigil, Kelelahan, Kelemahan, Apatis, Dan
Bicara Yang Bergumam ).
2)      Kaji Suhu Tubuh Paling Sedikit Setiap 2 Jam
Sesuai Kebutuhan.
3)      Ajarkan Pada Pasien, Khusunya Pasien Lansia
Tentang Tindakan Untuk Mencegah Hipotermia Dari
Pajanan Dingin.
5)      Kolaborasi Dalam Teknik Menghangatkan Suhu
Basal ( Hemodialisa, Dialisis Peritonial, Irigasi
Kolon ).
6)      Berikan Pakaian Yang Hangat, Kering, Selimut
Penghangat, Alat – Alat Pemanas Mekanik, Suhu
Ruangan Yang Disesuaikan, Botol Dengan Air
Hangat, Minum Air Hangat Sesuai Dengan Toleransi.
HIPERTERMIA
Kriteria mayor  suhu tubuh lebih tinggi
dari 37,80C per oral atau 38,80C per rektal,
kulit hangat, takikardi
Faktor yang berhubungan dehidrasi ,
penyakit atau trauma, ketidakmampuan
atau menurunnya kemampuan untuk
berkeringat, pakaian yang tidak layak,
kecepatan metabolisme meningkat,
pengobatan/anesthesia, terpajan pada
lingkungan yang panas (jangka panjang)
27
Intervensi Hipertermia

1. Ajarkan kepada keluarga cara mengukur suhu


2. Pantau hidrasi (misalnya, turgor, kulit, kelembapan
membran mukosa)
3. Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasan,
4. Pantau suhu minimal setiap 2 jam
5. Pantau warna dan suhu kulit
6. Gunakan matras dingin dan mandi air hangat
7. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien
hanya dengan selembar pakaian
28
Intervensi Hipertermia
8. Anjurkan asupan cairan oral yang adekuat
(>2000 ml/hari kecuali terdapat kontraindikasi
penyakit jantung atau ginjal)
9. Pantau asupan dan haluaran cairan
10. Gunakan kipas yang berputar di ruangan pasien
11. Gunakan selimut pendingin
12. Kolaborasi : pemberian obat antipiretik

29
HIPOTERMIA
 Kriteria mayor  penurunan suhu dibawah 35,50C
per rektal, kulit dingin, pucat (sedang), menggigil
(ringan)
 Faktor yang berhubungan  Penuaan,
mengkonsumsi alkohol, kerusakan hipotalamus,
penurunan kecepatan metabolisme basal, penyakit
atau trauma, ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan untuk menggigil tidak aktif, pakaian
yang tidak adekuat, obat-obatan yang
menyebabkan vasodilatasi, terpajan lingkungan
yang dingin atau kedinginan (dalam waktu lama)
30
Intervensi Hipotermia
1. Pantau tanda-tanda vital terutama suhu
2. Kaji gejala hipotermia misalnya perubahan warna
kulit, menggigil, kelelahan, kelemahan, apatis, dan
bicara yg berguman
3. Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut
penghangat, alat-alat pemanas mekanis, suhu ruangan
yang disesuaikan, botol dengan air hangat, berendam
air hangat, dan minum air hangat, sesuai toleransi.
4. Jangan berikan obat IM / SC
untuk pasien hipotermia

31
Ketidakefektifan Termoregulasi
 Kriteriamayor  Kuku sianosis, kulit dingin, fluktuasi
suhu tubuh diatas atau dibawah rentang normal
 Faktor yang berhubungan  Penuaan, fluktuasi suhu
lingkungan, imaturitas, trauma atau penyakit
 Intervensi  Disesuaikan dengan kondisi pasien
(hipotermia atau hipotermia)

32
Kompres Panas
 Definisi  memberikan rasa hangat (suhu 40-46oC)
pada klien dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh
tertentu yang memerlukannya
 Tujuan  memperlancar sirkulasi darah,
mengurangi rasa sakit , merangsang peristaltik,
memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat)

33
Indikasi Kompres Panas
1. Klien dengan perut kembung
2. Klien yang kedinginan, bisa dikarenakan iklim, narkose,
3. Klien yang mengalami radang, seperti radang persendian
4. Klien dengan kekejangan otot.
5. Klien yg mengalami inflamasi (bengkak) akibat suntik.
6. Klien yang mengalami abses atau hematoma

34
Jenis Kompres Panas
1. Kompres panas basah  biasanya dilakukan untuk
mengompres luka
2. Kompres panas kering

35
Prosedur Kompres Panas Basah
Persiapan alat :
 Kom bertutup steril berisi cairan hangat sesuai
kebutuhan (40-460C)
 Bak steril berisi pinset 2 buah, kasa beberapa potong
 Perban, kassa dan kain segitiga
 Plester dan gunting plester
 Pengalas atau perlak
 Sarung tangan steril
 Bengkok 2 buah (1 kosong dan lainnya berisi cairan
lysol)
 2 buah pinset anatomis
36
Prosedur Kerja Kompres Panas Basah

1. Berikan penjelasan kepada klien tentang


prosedur yang akan dilakukan
2. Bawa alat ke dekat klien
3. Posisikan klien dengan nyaman
4. Bebaskan area yang akan dikompres
5. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
6. Pasang pengalas atau perlak dibawah area yang
akan diberikan kompres
7. Buka balutan perban (jika perban) dan buang
bekas balutan ke dalam bengkok kosong
37
8. Ambil beberapa potong kassa dengan pinset dari baki
steril dan masukkan ke dalam kom berisi cairan hangat
untuk mengompres
9. Ambil dengan pinset lainnya untuk memegang atau
memeras kasa kompres hangat dan kom kompres hangat
agar kasa tidak terlalu basah tetapi harus lembab
10. Selanjutnya ambil kasa dengan cara diregangkan atau
dibentangkan dan letakkan di atas area yang akan
dikompres
11. Perhatikan respon klien , adakah rasa tidak nyaman
dalam beberapa detik setelah rasa hangat menempel
kulit, angkat tepi kasa untuk melihat apakah terdapat
kemerahan pada kulit yang dikompres

38
12. Perhatikan respon klien, angkat tepi kasa untuk melihat
apakah terdapat kemerahan pada kulit yang dikompres
atau tidak
13. Jika klien menoleransi kompres hangat tersebut, tutup
kasa kompres hangat basa pada area yang memerlukan
kompres, lalu lapisi dengan kasa kering selanjutnya
balut dengan kasa atau kain serta fiksasi dengan plester
atau ikat
14. Lakukan perasat ini selama ± 15-30 menit atau sesuai
program terapi dang anti balutan kompres hangat setiap
± 5 menit sekali
15. Atur posisi klien kembali seperti semula
16. Rapikan dan bersihkan alat-alat untuk dapat
dipergunakan kembali
39
Prosedur Kompres Panas Kering
 Persiapan alat  Buli-buli panas dengan sarungnya ,
termos , air panas , tisu, sarung tangan bersih,
thermometer air dan kain besar secukupnya (jika
diperlukan)

40
Prosedur Kerja Kompres Panas
Kering
1. Berikan penjelasan kepada klien
2. Dekatkan alat-alat pada klien
3. Jaga privasi klien dan berikan posisi yg nyaman
4. Bebaskan area yang akan dikompres
5. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
6. Pasang pengalas di bawah area yang akan di kompres
7. Periksa buli-buli dari kebocoran dengan cara berikut :
 Membalikkan mulut/tempat memasukkan air kemudian lihat
apakah terjadi kebocoran/tidak
 Dengan meremas dan melihat apakah ada kaluarnya udara
bersamaan dengan tetesan air atau tidak

41
Lanjutan….

8. Uji buli-buli panas terlebih dahulu dg cara mengisi


terlebih dahulu air panas dan mengencangkan sekrupnya
(penutup) kemudian membalikan posisi buli-buli panas
berulang kali lalu dikosongkan kembali
9. Siapkan & ukur air panas yg akan diberikan (± 50-600C)
10. Isi buli-buli panas kembali dengan air panas ± setengah
bagian, lalu keluarkan udara dengan cara berikut.
 Melatakkan atau meniduri buli-buli panas diatas meja atau
tempat yang datar
 Melipat bagian atas buli-buli sampai kelihatan permukaan air di
leher atau mulut buli-buli lalu menutup buli-buli dengan benar
dan rapat.

42
Lanjutan…

11. Periksa kembali apakah terjadi kebocoran, keringkan


dan masukkan ke dalam sarungnya.
12. Bawa buli-buli ke dekat klien dan letakkan
13. kaji secara teratur kondisi klien misalnya kemerahan,
ketidaknyamanan, kebocoran dan sebagainya.
14. Ganti buli-buli panas setelah 20 menit pemberian
15. Kembalikan klien pada posisinya yang nyaman
16. Buli-buli panas dikosongkan dan dikeringkan agar
dapat dipergunakan kembali
17. Buka sarung tangan dan cuci tangan

43
Kompres Dingin
 Tujuan  mencegah peradangan meluas ,
mengurangi kongesti, mengurangi perdarahan lokal,
mengurangi rasa sakit di daerah sekitar trauma atau
memar dan agar luka menjadi bersih
 Indikasi  suhu rendah, memar/gejala peradangan,
muntah darah, pasca tonsilektomi dan luka tertutup
dan terbuka

44
Kompres Dingin Basah Steril
 Persiapan alat  Baki, mangkuk tertutup steril,
cairan yang diperlukan (PK : betadin = 1:1000), kain
steril, pinset anatomi 2 buah, kain kasa, pembalut
jika diperlukan, perlak kecil, tirai jika perlu, sarung
tangan bersih, dan perlak/pengalas
 Persiapan klien  membebaskan area yang akan
dilakukan tindakan kompres

45
Prosedur Kerja Kompres Dingin
Steril
1. Berikan penjelasan kepada klien
2. Bawa alat-alat ke dekat klien
3. Jaga privasi klien
4. Bantu posisi klien yang nyaman dan tepat
5. Membebaskan area yang akan dilakukan tindakan
6. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
7. Psg pengalas di bawah area yg akan diberikan kompres
8. Kocok obat/cairan kompres jika terdapat endapan
9. Tuangkan cairan dalam mangkuk steril
10. Masukkan kasa ke dalam mangkuk cairan kompres
46
Lanjutan…
11. Peras kain kasa menggunakan 2 pinset
12. Bentangkan dan letakkan kasa di atas bagian yang
akan di kompres, lalu balut
13. Lakukan berulang-ulang kali jika masih diinginkan
atau dianjurkan
14. Rapikan klien dan atur posisinya kembali
15. Rapikan dan bersihkan alat-alat agar dapat
dipergunakan kembali
16. Buka sarung tangan dan cuci tangan
17. Dokumentasikan tindakan
47
Prosedur Kerja Kompres
Dingin dg Es
1. Berikan penjelasan kepada klien
2. Bawa alat ke dekat klien
3. Jaga privasi klien
4. Bantu posisi klien yang nyaman dan tepat
5. Membebaskan area yang akan dilakukan tindakan
6. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
7. Pasang pengalas/perlak di bawah area yang akan
diberikan kompres
8. Masukkan kasa/kain sesuai yang dibutuhkan ke dalam
mangkuk air biasa atau air es, peras sampai kasa lembap
48
Lanjutan…

9. Bentangkan kasa di ats bagian tubuh yg akn di kompres


10. Lakukan berulang kali jika masih diinginkan/dianjurkan
11. Ganti kain kasa yang sudah digunakan dengan kain kasa
yang sudah direndam dengan air biasa
12. Berikan sampai suhu tubuh menurun
13. Rapikan klien & atur posisi klien kembali pd posisi nyaman
14. Rapikan dan bersihkan alat-alat
15. Buka sarung tangan dan cuci tangan
16. Dokumentasikan tindakan

49
PENGGUNAAN BLANKET
PADA KLIEN DENGAN
PERUBAHAN SUHU TUBUH
WARMER BLANKET
Merupakan system sekaligus tahan lama
terjangkau dirancang untuk memberikan
kehangatan dan kenyamanan bagi
mereka
yang sakit, memulihkan atau terluka.
Hal ini sering digunakan oleh
professional
dalam perawatan jangka panjang,
dipasang ke stop kontak 110 volt,
tidak menimbulkan bahaya listrik

atau tersandung.
Manfaat
Ketika klien tidak menghasilkan cukup panas
metabolic untuk menghangatkan diri maka
selimut mungkin digunakan saat dibutuhkan
Klien dingin lebih hangat dengan selimut
meskipun efek termal warmed hanya 10 menit
Menghindari ketidak nyamanan kehilangan
panas ketika klien pakai selimut dingin
Mengelola trauma klien
Warmer Blanket
Indikasi :
Pasien hipotermi : sering digunakan dikamar
operasi pada pasien yang mengalami kedinginan
atau hipotermi akibat suhu ruangan pada saat
pasien dilakukan operasi, selama dan setelah
operasi, juga sering digunakan di ICU
MEMASANG COOLER BLANKET
Pengertian: Sering kali digunakan untuk meredakan perdarahan
dengan cara mengkonstriksi pembuluh darah,
meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan
meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan
konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan
bekerja sebagai counter irritant.
Tujuan :
1.   Membantu menurunkan suhu tubuh
2.   Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3.   Membantu mengurangi perdarahan
4.   Membatasi peradangan
Indikasi :
1.      Pasien yang suhunya tinggi
2.      Pasien perdarahan hebat
3.      Pasien yang kesakitan

Kontraindikasi :
1.  Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena
mengurangi  aliran ke luka terbuka
2.  Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan
lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan jaringan.
3.    Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien
memiliki alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan
respon inflamasi (mis, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan
kadang-kadang spasme otot), yang dapat membahayakan jika orang
tersebut hipersensitif
Persiapan Alat :
Alat
1.      Bengkok
2.      Kantong es
3.      Sarung pelindung

Bahan
1.      Potongan es secukupnya dalam wadah
2.      Kassa gulung
3.      Plester

Perlengkapan
1.      Baki dan alas
2.      Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3.      Tempat cuci tangan/handrub
4.      Sarung tangan
5.      Alat tulis dan buku catatan
6.      Tempat sampah
7.      Baskom
Persiapan Pasien :
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
Menjaga privasi pasien

Langkah-langkah :
Menyiapkan alat dan bahan
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es dicelupkan dulu ke dalam
air untuk menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh simpul pada
sarung tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kebocoran cairan jika es meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut belum
dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan menggunakan kasa gulung,
pengikat,atau handuk. Fiksasi dengan plester se suai kebutuhan.
Prosedur :
a. Mencuci tangan di bawah ai mengalir
b. Memasang perlak dan alasnya
c. Mendekatkan alat dan bahan
d. Memakai sarung tangan
e. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dan
hanya pada jangka waktu yang telah ditentukan guna menghindari
efek yang mebahayakan dari kompres dingin yang berkepanjangan
f. Memberitahukan tindakan telah dilaksanakan dan berpamitan
g. Membereskan alat- alat
h. Melepas sarung tangan dengan membuangnya ke dalam tempat
sampah infeksius
i. Mencuci tangan
j. Evaluasi respon klien
k. Dokumentasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai