Anda di halaman 1dari 7

KECURANGAN

PADA SEKTOR
KESEHATAN
Beberapa fenomena kasus kecurangan yang terjadi di sector
kesehatan yang berujung pada tindak korupsi
1. Kebiasaan masyarakat memberikan uang pelicin kepada petugas
kesehatan. Kebiasaan ini di mulai dari nilai-nilai individu yang
memandang bahwa hal tersebut merupakan unsur budaya atau
kebiasaan yang pada akhirnya tanpa di sadari akan menyuburkan
tindak korupsi.
2. Seorang petugas kesehatan merekomendasikan obat pesanan
sponsor, karena telah mendapatkan gratifikasi dari produsen obat
tersebut.
3. Penyalahgunaan kartu miskin, Jamkesmas, Jamkesda, oleh golongan
mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.
4. Manipulasi data tindakan medis/paramedic yang berdampak pada
besarnya klaim pada asuransi kesehatan atau sejenisnya.
5. Mark Up di berbagai pengadaan barang di lingkup departemen kesehatan.
Contoh kasus nyata Mark Up pengadaan Alat Kesehatan.
- KPK menemukan adanya indikasi kecurangan di duga Mark Up dalam
kasus pembelian alat laboratorium.
-ICW ( Indonesia Corruption Watch) melaporkan adanya tindakan korupsi
di lingkup depkes tentang pengadaan alat –alat kesehatan, tempat paling
rawan dinas kesehatan provinsi. Dalam jumlah puluhan M, dalam bentuk
Mark Up
◦ Sejak berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional, maka potensi fraud semakin
nampak di Indonesia dan semakin meluas.
◦ Fraud pada layanan kesehatan berpotensi merugikan dana kesehatan negara dan
menurunkan mutu pelayanan kesehatan.
◦ Hasil Kajian yang dilakukan oleh Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Ilmu Kedokteran ( FIK UGM ) rentang waktu januari – desember
2015 :
- Hasil Kajian menunjukan bahwa fraud berpotensi bahkan sebagian sdh
terbukti, data yang di lansir dari KPK hingga juni 2015 terdeteksi potensi fraud
dari 175.774 klaim fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut dg nilai Rp. 440 M,
ini baru tingkat klinisi, belum actor lain misalnya : BPJS kesehatan, pasien,
supplier alat kes. dan obat. Hal ini terjadi mengingat system pengawasan dan
deteksi masih di lakukan secara sederhana.
◦ Untuk mencegah bertambah luasnya Fraud maka kemenkes membuat Permenkes
no 36 tahun 2015 tentang pencegahan kecurangan dalam pelaksanaan program
jaminan kesehatan . Permenkes ini resmi berlaku oktober 2015.
◦ Bentuk peraturan yang tercantum dalam permenkes tsb mencakup :
- Pembangunan kesadaran anti fraud.
- Pelaporan.
- Deteksi.
- Investigasi.
- Pemberian Sanksi.
Pelaksanaan sosialisasi Permenkes tsb blm berjalan baik, sehingga hasil blm
maksimal.
◦ Informasi terkait laporan dugaan fraud melalui situs inspektorat Jenderal
kementerian kesehatan (http://itjen.depkes.go.id/wbs/) terdapat menu
Whistleblowing System (WBS) untuk melaporkan dugaan korupsi pejabat
kementerian kesehatan..
◦ Kondisi serupa ditemukan juga dalam website BPJS Kesehatan, saluran
pelaporan khusus terkait Fraud layanan kesehatan belum ada. Salah satu
portal yang sementara dapat digunakan untuk melakukan pengaduan dugaan
Fraud layanan kesehatan adalah “Lapor!” (https://www.lapor.go.id/). Portal
ini menampung semua keluhan pelayanan publik dan tindak lanjut yang
sudah dilakukan juga diinformasikan kembali kepada masyarakat.
◦  Bentuk laporan berkala dapat mencontoh laporan yang diterbitkan oleh
Departemen Kehakiman dan Departemen Kesehatan dan Pelayanan
Masyarakat Amerika Serikat tentang Program Pengendalian Fraud dan
Abuse Layanan Kesehatan (contoh laporan dapat diakses di
http://oig.hhs.gov/publications/docs/hcfac/FY2014-hcfac.pdf). Laporan
semacam ini dapat memberi gambaran kepada aktor potensial Fraud layanan
kesehatan bahwa tindakan mencurangi program JKN ini tidak mendapat
tempat di Indonesia.

◦ Referensi :
◦  HANEVI DJASRI, PUTI AULIA RAHMA DAN EVA TIRTABAYU HASRI | Pusat Kebijakan dan Manajemen
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai