Revisi Proposal Riset Aan Adri
Revisi Proposal Riset Aan Adri
OLEH*:
AAN ADRI ALAMSAH
1
BAB 1
PENDAHULUAN
motorik yang berlebihan ( Bernand & Wilson 2009 ). Hasil penelitian Tjahyono, Pengaruh Terapi
Bermain Terhadap Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Mirah Delima Rumah
Sakit William Booth Surabaya, 2014, dari total 27 reponden, 15 responden ( 55 %) memiliki tingkat
oversensitivity, setelah di lakukan terapi bermain terdapat penurunan skala derajat kecemasan
sebanyak 13 responden ( 65%) sehingga terapi bermain berpengaruh terhadap kecemasan anak yang
mengalami hospitalisasi. Sedangkan penelitian Fradianto, Pengaruh Terapi bermain Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah yangMengalami Hospitalisasi di RSUD
dr.Soedarso Pontianak,2014, dari total responden 20 org, 90% mengalami tingkat kecemasan tertinggi
yaitu cemas berat dan setelah dilakukan terapi bermain menurun 35 %
Pelayanan kesehatan bagi anak yang sakit dapat berupa pengobatan dan perawatan, termasuk
perawatan anak di rumah sakit yang dikenal dengan rawat inap. Rawat inap adalah proses harus
tinggal di rumah sakit untuk perawatan dan pengobatan sampai anak kembali ke rumah karena suatu
alasan (Supartini, 2004). Hockenberry & Wilson (2007) menemukan bahwa stresor rawat inap
termasuk ketakutan meninggalkan orang tua dan orang yang dicintai, ketakutan akan ketidaktahuan,
kehilangan kontrol dan otonomi, ketidaknyamanan, kerusakan fisik yang mengakibatkan rasa sakit
dan pemutusan hubungan, dan kematian. Ditemukan termasuk ketakutan. Oleh karena itu, tantangan
yang dihadapi anak-anak di rumah sakit adalah bagaimana mengatasi masalah perpisahan, beradaptasi
dengan lingkungan dan orang yang merawatnya, bagaimana menangani anak dengan penyakit lain,
dan Tata cara perawatan dan pengobatan yang mereka terima.
2
Terapi bermain terhadap anak yang mengalami hospitalisasi mendapatkan hasil bahwa terapi bermain
di rumah sakit tidak hanya akan memberian rasa senang pada anak tetapi juga akan membantu anak
anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, nyeri dan anak akan lebih
kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga di harapkan dapat mempercepat
proses penyembuhan (Hale,M.A,Tjahjono,2014). Pada penelitian Fradianto (2014), ia menggunakan
terapi bermain lilin sebagai media atau alat permainannya sehingga perluadanya penelitian yang
menggunakan media atau alat permainan berbeda.
Berkaitan dengan permainan pengobatan ini, perawat perlu memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
permainan pengobatan, seperti pengertian permainan pengobatan, fungsi permainan pengobatan,
klasifikasi permainan pengobatan, prinsip-prinsip permainan pengobatan, dan peran permainan
pengobatan. pengasuh. ada. Bermain terapeutik. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan staf
keperawatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. Perawat
diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan terbaru untuk memberikan perawatan yang
memadai kepada pasien (Gordon & Watts, 2011) .
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Memahami (Understanding) Memahami suatu objek berarti tidak hanya mengetahui tentang
objek tersebut, tetapi juga menyebutkannya, tetapi juga mampu menginterpretasikan dengan
benar objek yang diketahui seseorang. Mereka yang memahami objek dan materi harus
mampu menjelaskan, memberi contoh, menarik kesimpulan, dan memprediksi apa yang
dicari.
3. Aplikasi Aplikasi didefinisikan ketika seseorang yang memahami subjek menerapkan atau
dapat menerapkan prinsip-prinsip yang diketahui pada situasi atau kondisi lain. Penerapan
juga berarti penerapan atau penerapan hukum, rumus, metode, prinsip, dan rencana program
dalam keadaan lain.
4. Analisis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menggambarkan atau memisahkan dan
kemudian mencari hubungan antara objek atau komponen yang diketahui yang bersangkutan.
Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah mencapai tingkat ini adalah ketika orang tersebut
dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, atau membuat diagram (grafik) dari
objek pengetahuan tersebut.
5. Integrasi Integrasi adalah kemampuan untuk meringkas komponen pengetahuan yang ada dan
menempatkannya dalam konteks logis. Dengan kata lain, kemampuan untuk mengembangkan
formulasi baru dari formulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi Evaluasi adalah fungsi yang membenarkan atau mengevaluasi suatu objek tertentu.
Penilaian didasarkan pada kriteria atau norma yang ditentukan sendiri yang berlaku di
masyarakat.
.
2.2 Komunikasi Terapeutik
2.2.1 Pengertian
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communicatio yang artinya pemberitahuan atau
pertukaran ide. Pemberitahuan atau pertukaran ide dalam suatu proses komunikasi akan ada
pembicara yang menyampaikan pernyataan ataupun pertanyaan yang dengan harapan akan ada timbal
balik atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2015). Terapeutik merupakan suatu hal yang
diarahkan kepada proses dalam memfasilitasi penyembuhan pasien. Sehingga komunikasi terapeutik
itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang dilakukan secara
terencana dan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan pasien (Damayanti, 2008).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain. Komunikasi dalam profesi keperawatan sangatlah penting sebab tanpa komunikasi
pelayanan keperawatan sulit untuk diaplikasikan (Priyanto, 2009). Komunikasi terapeutik merupakan
5
komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan
klien (Ina dan Wahyu, 2010). Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan segala yang
ada dalam fikiran dan diri pasien ke arah yang lebih positif yang nantinya akan dapat mengurangi
beban perasaan pasien dalam menghadapi maupun mengambil tindakan tentang kesehatannya. Tujuan
lain dari komunikasi terapeutik menurut Suryani (2015) adalah: 1) Realisasi diri, penerimaan diri dan
peningkatan penghormatan terhadap diri; 2) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superfisial dan saling bergantung dengan orang lain; 3) Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan pasien serta mencapai tujuan yang realistik; 4) Menjaga harga diri; 5)
Hubungan saling percaya.
2.3 Konsep Bermain Terapeutik
2.2.1 Pengertian Bermain
Bermain terapeutik didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan terstruktur yang dirancang sesuai
dengan usia, perkembangan kognitif, dan masalah kesehatan terkait untuk meningkatkan
kesejahteraan psikofisiologis anak-anak yang dirawat di rumah sakit (Anglin. Sawyer). , 1993 dalam
Li & Lopez, 2008). Bermain terapeutik adalah permainan yang menghadapi ketakutan dan kecemasan
pengalaman kesehatan merawat anak, biasanya dikelola oleh perawat (Hockenbery & Wilson, 2007;
Ball & Bindler, 2003). Permainan terapeutik membantu perawat dan staf lain memperoleh wawasan
tentang pikiran dan perasaan anak, suka dan tidak suka, keinginan dan kebutuhan, dan membimbing
anak untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut. Bermain terapeutik
adalah teknik bermain yang dapat membantu anak lebih memahami apa yang terjadi pada mereka
dalam situasi tertentu (Hatfield, 2008).
Teknik bermain terapeutik
Perawat dapat menggunakan intervensi permainan terapeutik untuk mengurangi stres kecemasan
melalui berbagai permainan (Ball & Binder, 2003). Menurut Ball dan Bindler (2003), teknik bermain
yang dapat diajarkan kepada anak adalah: 1. Cerita Evaluasi tersebut meliputi: Apa yang bisa
dibangun seorang anak tentang sebuah gambar? Analisis isi cerita dan petunjuk emosional. Apa yang
dapat dibicarakan seorang anak tentang pengalaman penting dengan kelompok anak lain? 2. Gambar
Penilaian meliputi: Ikuti tes GoodenoughDrawA Person untuk menilai tingkat kognitif. Perhatikan
fokus, ukuran, penempatan, warna yang digunakan, penghalang fisik, dan sentimen umum dari
elemen-elemen dalam foto. Sebelum merencanakan pelajaran, gunakan Indeks Gellert untuk
mempelajari tubuh anak Anda dan fungsinya. 3. Musik Peringkat meliputi: Pengamatan jenis musik
yang dipilih dan dampak produksi musik pada perilaku anak-anak boneka ke-4 Evaluasi tersebut
meliputi: Boneka bisa bertanya kepada anak kecil, yang biasanya lebih cenderung menjawab. .Lima.
Bermain dramatik Pengkajian meliputi: menyediakan boneka atau perlengkapan pengobatan dan
analisa peran yang diberikan untuk boneka dari masingmasing anak, demonstrasi perilaku dari boneka
dalam permaiana anak,
6
2.4 Kerangka Konsep
PENGETAHUAN TINGKAT
PERAWAT TENTANG PENGETAHUAN:
BERMAIN TINGGI
TERAPUTIK CUKUP
KURANG
Skema 3.1. Merupakan kerangka konseptual penelitian ini, dan menjelaskan bahwa area penelitian ini
adalah pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang rumah sakit anak. Dalam
penelitian ini hanya ada satu variabel. Dengan kata lain, pengetahuan pengasuh. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dan tidak menggunakan hipotesis.
7
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala Ukur
Ukur
Variabel
Bebas
8
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi dengan pendekatan cross-sectional.
3.3 Sampel
Populasi survei ini semuanya masih aktif, atau 200 orang. Partisipan dalam survei terdiri dari
147 responden dengan menggunakan sampel acak sederhana..
9
Daftar Pustaka
Ahira Anne . (2010). Pengertian Pola Hidup Sehat. AnneAhira.com Content Team
10