Aliran-Aliran-Atau-Mazhab-Mazhab-Fiqh
Aliran-Aliran-Atau-Mazhab-Mazhab-Fiqh
Secara istilah/terminologi mazhab berarti pendapat, fatwa, paham, aliran atau metode
yang ditempuh oleh seorang alim besar dalam Islam atau Imam Mujtahid dalam
menetapkan hukum suatu perisiwa berdasarkan Al-Qur’an atau Al-Hadits, atau
mengenai suatu peristiwa yang diambil dari Al-Qur’an atau Al-Hadits.
1) Imam Abu Sa’id al-Hasan bin Yasar al-Bashri (wafat 110 H).
2) Imam Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zautha (wafat 150 H).
3) Imam al-Auza’i Abu Amr Abd Ar-Rahman bin Amr bin Muhammad (wafat 157 H).
4) Imam Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsauri (wafat 160 H).
5) Imam al-Laits bin Sa’ad (wafat 175 H).
6) Imam Malik bin Anas al-Ashbahi (wafat 179 H).
7) Imam Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H).
8) Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i (wafat 204 H).
9) Imam Ishaq bin Rahawaih (wafat 238 H).
10) Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H).
11) Imam Daud bin Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (wafat 270 H), terkenal sebagai pendiri
mazhab zhahiri, yang mengambil zhahir/redaksional Al-Qur’an dan Al-Hadits.
12) Dan Lain-Lain
Dari mazhab-mazhab (fiqh) ini ada beberapa yang dapat bertahan dan
berkembang terus sampai sekarang, yaitu:
3) Adanya para murid dari imam mazhab tersebut yang memiliki kedudukan terhormat atau
tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, organisasi sosial, ataupun pemerintahan.
4) Adanya kecenderungan jumhur (mayoritas) ulama untuk menyarankan agar keputusan yang
diambil oleh para hakim berasal dari suatu mazhab (memilih pendapat dari salah salah satu
mazhab), hal ini agar para hakim tersebut tidak hanya mengikuti hawa nafsu semata.
Maka tentu saja para hakim ini akan memilih salah satu pendapat dari pendapat-pendapat
mazhab-mazhab yang sudah dibukukan.
Para Imam dari mazhab-mazhab ini:
1. Imam Abu hanifah
a) Biografi singkatnya
Nama lengkapnya Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zautha al-Taimi, berasal dari keturunan
Persia, lahir di Kufah pada 80H/699 M, dan wafat di Baghdad pada 150 H/767 M.
Ia menjalani hidup di dua lingkungan sosio-politik, yakni di masa akhir dinasti Umawiyah/Bani
Umayyah dan masa awal dinasti Abbasiyah.
b) Karya-karyanya
Abu Hanifah meninggalkan 3 karya besar:
Fiqh al-Akbar, al-’Alim wa al-Muta’alim, dan Musnad Fiqh al-Akbar.
Karya-karyanya ini belum dikodifikasikan semasa ia hidup, setelah ia meninggal karya-karyanya ini
baru dikodifiksikan oleh para muridnya.
c) Murid-Muridnya
Adapun murid-murid Imam Abu Hanifah yang berjasa membukukan pemikirannya adalah:
• Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Anshari (113-182H).
• Muhammad bin Hasan al-Syaibani (132-189 H).
• Zufar bin Huzail bin al-Kufi (110-158 H).
• Al-Hasan bin Ziyad al-Lu’lu’i (133-204 H)
d) Penyebaran Mazhabnya
Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di Irak, Turki, Wilayah Balkan, Cina, India, Pakistan, Rusia, Wilayah
Asia Tengah, Tunisia, Turkistan, Suriah, Mesir, dan Libanon.
Mazhab Hanafi ini banyak dianut umat Islam pada masa kekhalifahan Bani Abbas (Daulah Abbasiyyah), dan
pada masa Daulah Utsmaniyah menjadi mazhab resmi negara, meskipun para pemerintah (sultan) dari Daulah
Utsmaniyah bersikap sangat toleran terhadap mazhab lain.
c) Penyebaran Mazhabnya
Mazhabnya mulanya tersebar di Kota Madinah, lalu tersebar di wilayah Hijaz (Makkah dan sekitarnya), hingga
Mesir.
Ketika munculnya mazhab Syafi’i, mazhab ini sempat surut di Mesir karena banyak yang mengikuti mazhab
Syafi’i, kemudian pada masa pemerinthan kesultanan Ayyubiyyah, Mazhab ini kembali hidup di Mesir.
Pada masa pemerintahan Umat Islam di Andalusia, banyak ulama yang bermazhab Maliki menjadi hakim negara,
sehingga mazhab ini berkembang pesat di Andalusia.
Saat ini Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di wilayah Afrika seperti Maroko, Mesir, Aljazair, Tunisia dan
Libia, Juga meskipun tidak banyak dapat ditemukan di sekitar Jazirah Arabia seperti Kuwait, beberapa wilayah
di Arab Saudi (khususnya beberapa wilayah di Makkah), dan lain-lain.
d) Sumber Pendapatnya Mengenai Hukum Islam (Fiqh)/ Dasar-Dasar Mazhabnya
(1)Al-Qur’an
(2)Al-Sunnah; Ia juga menerima hadits ahad dengan syarat: perawinya tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan
hadits yang ia riwayatkan sendiri, tidak bertentangan dengan Ijma Ahl Madinah, dan tidak bertentangan dengan al-qiyas.
(3)Ijma al-Shahabah (Konsnensus/Kesepakatan Para Sahabat Rasulullah).
(4)Ijma Ahl Madinah (Konsensus Penduduk Madinah) atau Amal Ahl Madinah (Perbuatan Penduduk Madinah), yaitu yang
sebelum terbunuhnya Utsman bin Affan, karena meneurutnya, perbuatan ahl/penduduk Madinah sebelum terbunuhnya Utsman bin
Affan adalah berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW dan perbuatan para sahabat Rasulullah SAW. Ia mengedepankan Ijma Ahl
Madinah ini dari hadits ahad.
(5)Fatwa al-Shahabah (Pendapat Para Sahabat Rasulullah), yaitu fatwa dari para sahabat besar.
(6)Al-Qiyas (menganalogikan permasalahan yang belum disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits kepada
permasalahan yang telah disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits). Ia mengedepankan al-Qiyas ini dari hadits
ahad.
(7)Al-Mashlahah al-Mursalah (Kemaslahatan yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits, tetapi tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an atau Al-Hadits).
(8)Sadd al-Dzara’i (bentuk jamak dari al-dzari’ah), (yaitu menutup segala jalan atau perbuatan yang dapat menuju atau
mengarah kepada hal yang diharamkan).
(9)Al-Istishhab (Menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lalu tetap berlaku pada masa sekarang, hingga adanya
dalil yang menunjukkan perubahan atasnya).
(10)Menurut sebagian Ulama yang bermazhab Maliki, seperti Qadhi Abdul Wahab al-Maliki, Imam Malik juga menggunakan:
Syar’u Man Qablana (Syariat Umat Sebelum Kita, yaitu yang belum dihapus oleh Syariat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad). Sedangkan menurut sebagian lagi seperti Sayyid Muhammad Musa tidak ada pernyataan Imam Malik mengenai hal
ini.
(11)Menurut sebagian Ulama yang bermazhab Maliki, Imam Malik juga menggunakan: Al-Istihsan {Mengutamakan/
mementingkan qiyas khafi (samar/tersembunyi) daripada qiyas jali (jelas/nyata) berdasarkan dalil atau Mengutamakan/
mementingkan qiyas khafi (samar/tersembunyi) daripada qiyas jali (jelas/nyata) berdasarkan dalil}.
3. Imam al-Syafi’i (Muhammad bin Idris al-Syafi’i)
a) Biografi singkatnya
Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ al-Syafi’i bin Said bin
‘Ubaid bin Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutthalib bin Abd al-Manaf bin Qushay al-Quraisyi. Ia lahir di Gaza
pada bulan Rajab tahun 150H/767M dan wafat di Kairo pada 29 Rajab 204 H/20 Januari 820M.
Ia menghapal Al-Qur’an pada umur 7 tahun, dan pada umur 13 tahun ia sudah menghapal kitab al-
Muwattha’ karya Imam Malik. Ia dibesarkan di Makkah dan banyak berguru kepada ulama ahli Fiqh dan ulama
ahli Hadits, seperti Imam Malik dan Muhammad bin Hasan al-Syaibani (murid Imam Abu Hanifah). Pada 195
H ia pergi ke Baghdad dan menetap disana selama 2 tahun, lalu kembali lagi ke Makkah. Pada 198 H ia
kembali ke Baghdad, menetap disana beberapa bulan, lalu pergi ke Mesir dan menetap disana hingga ia wafat.
b) Karya-karyanya
Imam al-Syafi’i memeiliki dua pandangan, Qaul Qadim (Pendapat Lama) yang terdapat dalam kitabnya yang
bernama al-Hujjah yang dicetuskan di Baghdad, dan Qaul Jadid (Pendapat Baru) yang terdapat dalam
kitabnya yang bernama al-Umm yang dicetuskan di Kairo.
Imam al-Syafi’i merupakan orang pertama yang menulis kitab Ushul Fiqh yang kitabnya samapi kepada kita,
kitab Ushul Fiqhnya bernama al-Risalah.
Dan masih banyak kitab-kitab lainnya yang berisi apa yang didiktekan/diajarkan kepada muridnya, kemudian
muridnya yang menulisnya, atau Kitab yang ditulis oleh muridnya yang berisi pendapat-pendapat Imam al-
Syafi’i seperti Harmalah (didiktekan kepada Harmalah bin Yahya), kitab Ikhtilaf al-Hadits (berisi penjelasan
Imam al-Syafi’i tentang Hadits-Hadits), dan lain-lain.
c) Penyebaran Mazhabnya
Mazhabnya mulanya tersebar di Kota Mesir, karena ia mengajarkan Qaul Jadidnnya di Masjid Amr bin Ash dan
banyak ulama yang belajar kepadanya seperti al-Buwaithi, Ismail bin Yahya dan lain-lain.
Mazhab ini juga tersebar di wilayah Iraq, lalu ke wilayah khurasan (sekarang Afghanistan dan sekitarnya),
Pakistan, Syam (Syria dan sekitarnya), Yaman, Persia, Hijaz (Makkah, Madinah dan sekitarnya), India, daerah-
daerah di Afrika dan andalusia, dan terus tersebar hingga Indonesia.
Saat ini Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di wilayah Arab Selatan, Wilayah Afrika Timur, Wilayah Asia
Timur, Wilayah Asia Tengah, , beberapa wilayah di Arab Saudi (khususnya beberapa wilayah di Madinah),
Yaman, Turkmenistan, Suriah, Kazakhstan, Bahrain, India, Indonesia dan Malaysia.
d) Sumber Pendapatnya Mengenai Hukum Islam (Fiqh)/ Dasar-Dasar Mazhabnya
(1)Al-Qur’an
(2)Al-Sunnah; Ia juga menerima hadits ahad dengan syarat: perawinya tepercaya, perwinya
berakal dan dapat memahami apa yang diriwayatkannya, perwinya dhabith (kuat ingatannya),
perwinya benar-benar mendengar sendiri dari orang yang menyampaikan hadits itu kepadanya,
perwinya tidak menyalahi para ahli ilmu yang juga meriwayatkan hadits itu.
(3)Al-Ijma (Konsnensus/Kesepakatan Para Ulama).
(4)Al-Qiyas (menganalogikan permasalahan yang belum disebutkan apa hukumnya dalam Al-
Qur’an atau Al-Hadits kepada permasalahan yang telah disebutkan apa hukumnya dalam Al-
Qur’an atau Al-Hadits).
(5)Qaul Shahabi (pendapat para Sahabat Rasulullah), Imam al-Syafi’i mengambil pendapat
sahabat Rasulullah yang tidak ada sahabat lain yang menentang pendapat tersebut, jika terjadi
pertentangan, maka Imam al-Syafi’i mengambil yang menurutnya paling dekat kepada Al-
Qur’an dan As-Sunnah, atau yang dikuatkan oleh al-Qiyas.
(6)Menurut sebagian Syafi’iyah (Ulama yang bermazhab Syafi’i), Imam al-Syafi’i juga
menggunakan: Al-Istishhab (Menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lalu tetap
berlaku pada masa sekarang, hingga adanya dalil yang menunjukkan perubahan atasnya).
4. Imam Ahmad bin Hanbal
a) Biografi singkatnya
Nama lengkapnya Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin hasan al-Syaibani. Ia
lahir di Baghdad pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 H/780 M dan wafat di
Ia belajar fiqh kepad Abu Yusuf (Murid dari Imam Abu Hanifah), lalu ia menjelajah ke berbagai daerah
untuk belajar hadits diantaranya kepada Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Qathan dan
lain-lain, ia juga menjelajah ke berbagai wilayah untuk mengumpulkan Hadits, kumpulan Hadits
miliknya ini bernama Musnad Imam Ahmad.
Ia juga belajar fiqh kepada Imam al-Syafi’i dan Imam al-Syafi’i juga belajarb hadits kepadanya. Ia adalah
murid Imam al-Syafi’i yang paling setia, dan tidak pernah berpisah dengannya, kecuali setelah Imam
al-Syafi’i pindah ke Mesir.
b) Karya-karyanya
Ia menyusun banyak karya, diantaranya: Kitab Musnad (Imam Ahmad), Kitab Tafsir Al-Qur’an, Kitab
Nasikh wa al-Mansukh, Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar fi Al-Qur’an, Kitab Jawab Al-Qur’an,
Kitab Tarikh, Kitab Manasik al-Kabir, Kitab Manasik al-Shaghir, KitabTha’at al-Rasul, Kitab al-’Illah,
Kitab al-Shalah, dan lain-lain.
c) Penyebaran Mazhabnya
Mazhabnya mulanya tersebar di tempat tinggal Imam Ahmad, yaitu di Kota Baghdad (Wilayah Iraq), lalu
menyebar ke wilayah Syam (Suriah dan sekitarnya), kemudian berkembang di Mesir pada abad ke-7
H.
Saat ini mazhabnya menjadi mazhab fiqh resmi dari pemerintahan Arab Saudi, dan pengikut mazhabnya
banyak ditemukan di wilayah Jazirah Arab, Palestina, Suriah dan Iraq.
d) Sumber Pendapatnya Mengenai Hukum Islam (Fiqh)/ Dasar-Dasar Mazhabnya
(1)Al-Qur’an.
(2)Al-Sunnah.
(3)Al-Ijma (Konsnensus/Kesepakatan Para Ulama).
(4)Fatwa Shahabi (fatwa atau pendapat para Sahabat Rasulullah), Imam Ahmad bin Hanbal mengambil
pendapat sahabat Rasulullah yang tidak ada sahabat lain yang menentang pendapat tersebut.
(5) Apabila terdapat perselisihan/pertentangan pendapat diantara para sahabat Rasulullah tentang suatu
masalah, maka Imam Ahmad bin Hanbal mengambil/memilih Fatwa Shahabat (Sahabat Rasulullah)
yang menurutnya paling dekat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
(6)Hadits Mursal dan Hadits Dha’if, Imam Ahmad bin Hanbal membagi hadits menjadi shahih dan
dha’if, bukan shahih, hasan dan dha’if seperti kebanyakan ulama lain. Jika Imam Ahmad bin Hanbal tidak
menemukan permasalahan yang akan dibahas dalam Al-Qur’an, Al-Hadits yang shahih, fatwa shahabat
(baik yang disepakati atau terjadi pertentangan), maka Imam Ahmad bin Hanbal menggunakan hadits
dha’if dan hadits mursal.
(7)Al-Qiyas (menganalogikan permasalahan yang belum disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an
atau Al-Hadits kepada permasalahan yang telah disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-
Hadits). Jika Imam Ahmad bin Hanbal tidak menemukan permasalahan yang akan dibahas dalam Al-
Qur’an, Al-Hadits yang shahih, fatwa shahabat (baik yang disepakati atau terjadi pertentangan), hadits
dha’if dan hadits mursal, maka Imam Ahmad bin Hanbal menggunakan al-Qiyas.
(8)Menurut sebagian Hanabilah (Ulama yang bermazhab Hanbali), Imam Ahmad bin Hanbal juga
kadang-kadang menggunakan: Al-Mashlahah al-Mursalah (Kemaslahatan yang tidak disebutkan
dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits, tetapi tidak bertentangan dengan Al-Qur’an atau Al-Hadits).
(9)Menurut sebagian Hanabilah (Ulama yang bermazhab Hanbali), Imam Ahmad bin Hanbal juga
kadang-kadang, meskipun sangat jarang menggunakan: Al-Istishhab, Al-Istihsan dan Sadd al-
Dzara’i.
Mazhab Syi’ah:
Mazhab Syi’ah asalnya bukan sebagai mazhab dalam bidang hukum Islam
(fiqh), melainkan aliran dalam bidang politik yang berpendapat bahwa yang
berhak menjadi Khalifah adalah Ali bin Abi Thalib dan keturunannya (yang
merupakan keturunan dari Fathimah putri Rasulullah SAW), dan lama-lama
akhirnya juga masuk ke ranah teologi/ilmu kalam dan juga hukum Islam
(fiqh).