Anda di halaman 1dari 20

OLEH:

SYARIF HIDAYATULLAH, S.S.I, MA


A.Pengertian Mazhab
 Secara bahasa/etimologi mazhab berarti tempat pergi atau pendapat.

 Secara istilah/terminologi mazhab berarti pendapat, fatwa, paham, aliran atau metode
yang ditempuh oleh seorang alim besar dalam Islam atau Imam Mujtahid dalam
menetapkan hukum suatu perisiwa berdasarkan Al-Qur’an atau Al-Hadits, atau
mengenai suatu peristiwa yang diambil dari Al-Qur’an atau Al-Hadits.

 Selanjutnya pengertian mazhab berkembang menjadi kelompok umat Islam yang


mengikuti cara istinbath (mengeluarkan/menetapkan hukum Islam) Imam Mujtahid
tertentu, atau mengikuti pendapat Imam Mujtahid tertentu tentang masalah hukum
Islam.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan
Berkembangnya Mazhab-Mazhab Ini:
Ada 3 Faktor utama yang menyebabkan berkembangnya mazhab-mazhab ini:
1) Semakin luasnya wilayah umat Islam , mencakup wilayah-wilayah di semenanjung
Arab, Irak, Mesir, Syam (Suriah dan sekitarnya), Persia, dan lain-lain.
2) Adanya interaksi antara umat Islam dengan bangsa yang ditaklukkannya.
3) Beberapa wilayah yang ditaklukkan itu jauh dengan ibukota khilafah (kekhalifahan
atau pemerintahan umat Islam), hal ini membuat para amir (gubernur), para hakim
dan para ulama harus melakukan ijtihad untuk memberikan jawaban terhadap
berbagai problem atau masalah baru yang muncul.
4) Adanya dukungan yang besar dari pemerintah untuk kemajuan ilmu pengetahuan
(baik ilmu pengetahuan agama, maupun ilmu penegetahuan umum).
C. Macam-Macam Mazhab (dalam Fiqh)
 Mazhab Ahlus Sunnah:

1) Imam Abu Sa’id al-Hasan bin Yasar al-Bashri (wafat 110 H).
2) Imam Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zautha (wafat 150 H).
3) Imam al-Auza’i Abu Amr Abd Ar-Rahman bin Amr bin Muhammad (wafat 157 H).
4) Imam Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsauri (wafat 160 H).
5) Imam al-Laits bin Sa’ad (wafat 175 H).
6) Imam Malik bin Anas al-Ashbahi (wafat 179 H).
7) Imam Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H).
8) Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i (wafat 204 H).
9) Imam Ishaq bin Rahawaih (wafat 238 H).
10) Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H).
11) Imam Daud bin Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (wafat 270 H), terkenal sebagai pendiri
mazhab zhahiri, yang mengambil zhahir/redaksional Al-Qur’an dan Al-Hadits.
12) Dan Lain-Lain
Dari mazhab-mazhab (fiqh) ini ada beberapa yang dapat bertahan dan
berkembang terus sampai sekarang, yaitu:

1) Mazhab Hanafi, Pendirinya adalah Imam Abu Hanifah.

2) Mazhab Maliki, Pendirinya adalah Imam Malik bin Anas.

3) Mazhab Syafi’i, Pendirinya adalah Imam al-Syafi’i.

4) Mazhab Hanbali, Pendirinya adalah Imam Ahmad bin Hanbal.


Faktor-faktor yang menyebabkan 4 mazhab tersebut yang dapat bertahan hingga sekarang:
1) Pendapat-pendapat mereka dikumpulkan dan dibukukan baik oleh Imam mazhabnya ataupun
oleh para muridnya.

2) Adanya para murid yang berusaha menyebarluaskan pendapat imam mazhabnya.

3) Adanya para murid dari imam mazhab tersebut yang memiliki kedudukan terhormat atau
tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, organisasi sosial, ataupun pemerintahan.

4) Adanya kecenderungan jumhur (mayoritas) ulama untuk menyarankan agar keputusan yang
diambil oleh para hakim berasal dari suatu mazhab (memilih pendapat dari salah salah satu
mazhab), hal ini agar para hakim tersebut tidak hanya mengikuti hawa nafsu semata.
 Maka tentu saja para hakim ini akan memilih salah satu pendapat dari pendapat-pendapat
mazhab-mazhab yang sudah dibukukan.
 Para Imam dari mazhab-mazhab ini:
1. Imam Abu hanifah
a) Biografi singkatnya
Nama lengkapnya Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zautha al-Taimi, berasal dari keturunan
Persia, lahir di Kufah pada 80H/699 M, dan wafat di Baghdad pada 150 H/767 M.
Ia menjalani hidup di dua lingkungan sosio-politik, yakni di masa akhir dinasti Umawiyah/Bani
Umayyah dan masa awal dinasti Abbasiyah.

b) Karya-karyanya
 Abu Hanifah meninggalkan 3 karya besar:
Fiqh al-Akbar, al-’Alim wa al-Muta’alim, dan Musnad Fiqh al-Akbar.
 Karya-karyanya ini belum dikodifikasikan semasa ia hidup, setelah ia meninggal karya-karyanya ini
baru dikodifiksikan oleh para muridnya.

c) Murid-Muridnya
Adapun murid-murid Imam Abu Hanifah yang berjasa membukukan pemikirannya adalah:
• Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Anshari (113-182H).
• Muhammad bin Hasan al-Syaibani (132-189 H).
• Zufar bin Huzail bin al-Kufi (110-158 H).
• Al-Hasan bin Ziyad al-Lu’lu’i (133-204 H)
d) Penyebaran Mazhabnya
Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di Irak, Turki, Wilayah Balkan, Cina, India, Pakistan, Rusia, Wilayah
Asia Tengah, Tunisia, Turkistan, Suriah, Mesir, dan Libanon.
Mazhab Hanafi ini banyak dianut umat Islam pada masa kekhalifahan Bani Abbas (Daulah Abbasiyyah), dan
pada masa Daulah Utsmaniyah menjadi mazhab resmi negara, meskipun para pemerintah (sultan) dari Daulah
Utsmaniyah bersikap sangat toleran terhadap mazhab lain.

e) Sumber Pendapatnya Mengenai Hukum Islam (Fiqh)/ Dasar-Dasar Mazhabnya


(1) Al-Qur’an
(2) Al-Sunnah; Ia juga menerima hadits ahad dengan syarat: perawinya tidak melakukan apapun yang
bertentangan dengan hadits yang ia riwayatkan sendiri, tidak bertentangan dengan al-qiyas, dan perwinya
faqih (ahli ilmu agama).
(3) Aqwal al-Shahabah (Pendapat para sahabat Rasulullah), baik yang bersifat mengikat yaitu berupa al-
Ijma (Konsensus/terjadi kesepakatan) atau yang tidak mengikat berupa Fatwa Shahabah (tidak terjadi
kesepakatan/ada yang berbeda pendapat).
(4) Al-Qiyas (menganalogikan permasalahan yang belum disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-
Hadits kepada permasalahan yang telah disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits).
(5) Al-Istihsan {Mengutamakan/ mementingkan qiyas khafi (samar/tersembunyi) daripada qiyas jali
(jelas/nyata) berdasarkan dalil atau Mengutamakan/ mementingkan qiyas khafi (samar/tersembunyi) daripada
qiyas jali (jelas/nyata) berdasarkan dalil}.
(6) Al-Urf (adat atau kebiasaan yang berlaku yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an atau Al-Hadits).
(7) Al-Hiyal (bentuk jamak dari al-Hilah) al-Syar’iyah (yaitu upaya untuk menghindar/menjauh dari
kemudharatan atau dari yang haram melalui cara yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an atau Al-Hadits.
Jadi bukan menghalalkan yang haram).
2. Imam Malik bin Anas
a) Biografi singkatnya
Nama lengkapnya Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin al-Harits. Ia dilahirkan di kota
Madinah, tahun 93H/712M, dan wafat pada hari Ahad, 10 Rabi’ul Awal 179H/798M di Kota Madinah pada
masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid dari Daulah Abbasiyyah.
Selain sebagai ahli fiqh ia juga terkenal sebagai ahli hadits. Menurut suatu riwayat ia berguru kepada tidak kurang
dari 700 orang ulama, dan 300 diantaranya merupakan ulama tabi’in.
b) Karya-karyanya
 Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Imam Malik menghimpun Hadits Rasulullah SAW selama 40 tahun ,
dan dalam riwayat lainnya dikatakan ia hapal 100.000 hadits, dari 100.000 itu ia periksa lebih dalam lagi
sehingga ia mengambil 10.000 darinnya, kemudian ia teliti lagi dan ia cocokkan dengan Al-Qur’an sehingga ia
mengambil 5000 darinya, dan ia himpun dalam kitabnya al-Muwattha’ (yang secara sistimatika merupakan
kitab Fiqh dan secara isi juga merupakan kitab hadits, karena banyak menghimpun banyak Hadits-Hadits
Rasulullah SAW) .
 Kitab Fiqh yang bernama al-Mudawwanah al-Kubra, merupakan himpunan dari +1.036 fatwa/pendapat
Imam Malik yang dihimpun oleh murid Imam Malik, Asad bin Furat al-Naisaburi (wafat 213 H), yang
dirapikan dan disempurnakan oleh Sahnun {Abd al-Salam bin Sa’id al-Tanukhi (wafat pada 240 H)}, muridnya
yang lain.

c) Penyebaran Mazhabnya
Mazhabnya mulanya tersebar di Kota Madinah, lalu tersebar di wilayah Hijaz (Makkah dan sekitarnya), hingga
Mesir.
Ketika munculnya mazhab Syafi’i, mazhab ini sempat surut di Mesir karena banyak yang mengikuti mazhab
Syafi’i, kemudian pada masa pemerinthan kesultanan Ayyubiyyah, Mazhab ini kembali hidup di Mesir.
Pada masa pemerintahan Umat Islam di Andalusia, banyak ulama yang bermazhab Maliki menjadi hakim negara,
sehingga mazhab ini berkembang pesat di Andalusia.
Saat ini Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di wilayah Afrika seperti Maroko, Mesir, Aljazair, Tunisia dan
Libia, Juga meskipun tidak banyak dapat ditemukan di sekitar Jazirah Arabia seperti Kuwait, beberapa wilayah
di Arab Saudi (khususnya beberapa wilayah di Makkah), dan lain-lain.
d) Sumber Pendapatnya Mengenai Hukum Islam (Fiqh)/ Dasar-Dasar Mazhabnya
(1)Al-Qur’an
(2)Al-Sunnah; Ia juga menerima hadits ahad dengan syarat: perawinya tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan
hadits yang ia riwayatkan sendiri, tidak bertentangan dengan Ijma Ahl Madinah, dan tidak bertentangan dengan al-qiyas.
(3)Ijma al-Shahabah (Konsnensus/Kesepakatan Para Sahabat Rasulullah).
(4)Ijma Ahl Madinah (Konsensus Penduduk Madinah) atau Amal Ahl Madinah (Perbuatan Penduduk Madinah), yaitu yang
sebelum terbunuhnya Utsman bin Affan, karena meneurutnya, perbuatan ahl/penduduk Madinah sebelum terbunuhnya Utsman bin
Affan adalah berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW dan perbuatan para sahabat Rasulullah SAW. Ia mengedepankan Ijma Ahl
Madinah ini dari hadits ahad.
(5)Fatwa al-Shahabah (Pendapat Para Sahabat Rasulullah), yaitu fatwa dari para sahabat besar.
(6)Al-Qiyas (menganalogikan permasalahan yang belum disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits kepada
permasalahan yang telah disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits). Ia mengedepankan al-Qiyas ini dari hadits
ahad.
(7)Al-Mashlahah al-Mursalah (Kemaslahatan yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits, tetapi tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an atau Al-Hadits).
(8)Sadd al-Dzara’i (bentuk jamak dari al-dzari’ah), (yaitu menutup segala jalan atau perbuatan yang dapat menuju atau
mengarah kepada hal yang diharamkan).
(9)Al-Istishhab (Menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lalu tetap berlaku pada masa sekarang, hingga adanya
dalil yang menunjukkan perubahan atasnya).
(10)Menurut sebagian Ulama yang bermazhab Maliki, seperti Qadhi Abdul Wahab al-Maliki, Imam Malik juga menggunakan:
Syar’u Man Qablana (Syariat Umat Sebelum Kita, yaitu yang belum dihapus oleh Syariat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad). Sedangkan menurut sebagian lagi seperti Sayyid Muhammad Musa tidak ada pernyataan Imam Malik mengenai hal
ini.
(11)Menurut sebagian Ulama yang bermazhab Maliki, Imam Malik juga menggunakan: Al-Istihsan {Mengutamakan/
mementingkan qiyas khafi (samar/tersembunyi) daripada qiyas jali (jelas/nyata) berdasarkan dalil atau Mengutamakan/
mementingkan qiyas khafi (samar/tersembunyi) daripada qiyas jali (jelas/nyata) berdasarkan dalil}.
3. Imam al-Syafi’i (Muhammad bin Idris al-Syafi’i)
a) Biografi singkatnya
Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ al-Syafi’i bin Said bin
‘Ubaid bin Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutthalib bin Abd al-Manaf bin Qushay al-Quraisyi. Ia lahir di Gaza
pada bulan Rajab tahun 150H/767M dan wafat di Kairo pada 29 Rajab 204 H/20 Januari 820M.
Ia menghapal Al-Qur’an pada umur 7 tahun, dan pada umur 13 tahun ia sudah menghapal kitab al-
Muwattha’ karya Imam Malik. Ia dibesarkan di Makkah dan banyak berguru kepada ulama ahli Fiqh dan ulama
ahli Hadits, seperti Imam Malik dan Muhammad bin Hasan al-Syaibani (murid Imam Abu Hanifah). Pada 195
H ia pergi ke Baghdad dan menetap disana selama 2 tahun, lalu kembali lagi ke Makkah. Pada 198 H ia
kembali ke Baghdad, menetap disana beberapa bulan, lalu pergi ke Mesir dan menetap disana hingga ia wafat.
b) Karya-karyanya
 Imam al-Syafi’i memeiliki dua pandangan, Qaul Qadim (Pendapat Lama) yang terdapat dalam kitabnya yang
bernama al-Hujjah yang dicetuskan di Baghdad, dan Qaul Jadid (Pendapat Baru) yang terdapat dalam
kitabnya yang bernama al-Umm yang dicetuskan di Kairo.
 Imam al-Syafi’i merupakan orang pertama yang menulis kitab Ushul Fiqh yang kitabnya samapi kepada kita,
kitab Ushul Fiqhnya bernama al-Risalah.
 Dan masih banyak kitab-kitab lainnya yang berisi apa yang didiktekan/diajarkan kepada muridnya, kemudian
muridnya yang menulisnya, atau Kitab yang ditulis oleh muridnya yang berisi pendapat-pendapat Imam al-
Syafi’i seperti Harmalah (didiktekan kepada Harmalah bin Yahya), kitab Ikhtilaf al-Hadits (berisi penjelasan
Imam al-Syafi’i tentang Hadits-Hadits), dan lain-lain.
c) Penyebaran Mazhabnya
Mazhabnya mulanya tersebar di Kota Mesir, karena ia mengajarkan Qaul Jadidnnya di Masjid Amr bin Ash dan
banyak ulama yang belajar kepadanya seperti al-Buwaithi, Ismail bin Yahya dan lain-lain.
Mazhab ini juga tersebar di wilayah Iraq, lalu ke wilayah khurasan (sekarang Afghanistan dan sekitarnya),
Pakistan, Syam (Syria dan sekitarnya), Yaman, Persia, Hijaz (Makkah, Madinah dan sekitarnya), India, daerah-
daerah di Afrika dan andalusia, dan terus tersebar hingga Indonesia.
Saat ini Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di wilayah Arab Selatan, Wilayah Afrika Timur, Wilayah Asia
Timur, Wilayah Asia Tengah, , beberapa wilayah di Arab Saudi (khususnya beberapa wilayah di Madinah),
Yaman, Turkmenistan, Suriah, Kazakhstan, Bahrain, India, Indonesia dan Malaysia.
d) Sumber Pendapatnya Mengenai Hukum Islam (Fiqh)/ Dasar-Dasar Mazhabnya
(1)Al-Qur’an
(2)Al-Sunnah; Ia juga menerima hadits ahad dengan syarat: perawinya tepercaya, perwinya
berakal dan dapat memahami apa yang diriwayatkannya, perwinya dhabith (kuat ingatannya),
perwinya benar-benar mendengar sendiri dari orang yang menyampaikan hadits itu kepadanya,
perwinya tidak menyalahi para ahli ilmu yang juga meriwayatkan hadits itu.
(3)Al-Ijma (Konsnensus/Kesepakatan Para Ulama).
(4)Al-Qiyas (menganalogikan permasalahan yang belum disebutkan apa hukumnya dalam Al-
Qur’an atau Al-Hadits kepada permasalahan yang telah disebutkan apa hukumnya dalam Al-
Qur’an atau Al-Hadits).
(5)Qaul Shahabi (pendapat para Sahabat Rasulullah), Imam al-Syafi’i mengambil pendapat
sahabat Rasulullah yang tidak ada sahabat lain yang menentang pendapat tersebut, jika terjadi
pertentangan, maka Imam al-Syafi’i mengambil yang menurutnya paling dekat kepada Al-
Qur’an dan As-Sunnah, atau yang dikuatkan oleh al-Qiyas.
(6)Menurut sebagian Syafi’iyah (Ulama yang bermazhab Syafi’i), Imam al-Syafi’i juga
menggunakan: Al-Istishhab (Menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lalu tetap
berlaku pada masa sekarang, hingga adanya dalil yang menunjukkan perubahan atasnya).
4. Imam Ahmad bin Hanbal
a) Biografi singkatnya
Nama lengkapnya Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin hasan al-Syaibani. Ia
lahir di Baghdad pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 H/780 M dan wafat di
Ia belajar fiqh kepad Abu Yusuf (Murid dari Imam Abu Hanifah), lalu ia menjelajah ke berbagai daerah
untuk belajar hadits diantaranya kepada Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Qathan dan
lain-lain, ia juga menjelajah ke berbagai wilayah untuk mengumpulkan Hadits, kumpulan Hadits
miliknya ini bernama Musnad Imam Ahmad.
Ia juga belajar fiqh kepada Imam al-Syafi’i dan Imam al-Syafi’i juga belajarb hadits kepadanya. Ia adalah
murid Imam al-Syafi’i yang paling setia, dan tidak pernah berpisah dengannya, kecuali setelah Imam
al-Syafi’i pindah ke Mesir.

b) Karya-karyanya
 Ia menyusun banyak karya, diantaranya: Kitab Musnad (Imam Ahmad), Kitab Tafsir Al-Qur’an, Kitab
Nasikh wa al-Mansukh, Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar fi Al-Qur’an, Kitab Jawab Al-Qur’an,
Kitab Tarikh, Kitab Manasik al-Kabir, Kitab Manasik al-Shaghir, KitabTha’at al-Rasul, Kitab al-’Illah,
Kitab al-Shalah, dan lain-lain.

c) Penyebaran Mazhabnya
Mazhabnya mulanya tersebar di tempat tinggal Imam Ahmad, yaitu di Kota Baghdad (Wilayah Iraq), lalu
menyebar ke wilayah Syam (Suriah dan sekitarnya), kemudian berkembang di Mesir pada abad ke-7
H.
Saat ini mazhabnya menjadi mazhab fiqh resmi dari pemerintahan Arab Saudi, dan pengikut mazhabnya
banyak ditemukan di wilayah Jazirah Arab, Palestina, Suriah dan Iraq.
d) Sumber Pendapatnya Mengenai Hukum Islam (Fiqh)/ Dasar-Dasar Mazhabnya
(1)Al-Qur’an.
(2)Al-Sunnah.
(3)Al-Ijma (Konsnensus/Kesepakatan Para Ulama).
(4)Fatwa Shahabi (fatwa atau pendapat para Sahabat Rasulullah), Imam Ahmad bin Hanbal mengambil
pendapat sahabat Rasulullah yang tidak ada sahabat lain yang menentang pendapat tersebut.
(5) Apabila terdapat perselisihan/pertentangan pendapat diantara para sahabat Rasulullah tentang suatu
masalah, maka Imam Ahmad bin Hanbal mengambil/memilih Fatwa Shahabat (Sahabat Rasulullah)
yang menurutnya paling dekat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
(6)Hadits Mursal dan Hadits Dha’if, Imam Ahmad bin Hanbal membagi hadits menjadi shahih dan
dha’if, bukan shahih, hasan dan dha’if seperti kebanyakan ulama lain. Jika Imam Ahmad bin Hanbal tidak
menemukan permasalahan yang akan dibahas dalam Al-Qur’an, Al-Hadits yang shahih, fatwa shahabat
(baik yang disepakati atau terjadi pertentangan), maka Imam Ahmad bin Hanbal menggunakan hadits
dha’if dan hadits mursal.
(7)Al-Qiyas (menganalogikan permasalahan yang belum disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an
atau Al-Hadits kepada permasalahan yang telah disebutkan apa hukumnya dalam Al-Qur’an atau Al-
Hadits). Jika Imam Ahmad bin Hanbal tidak menemukan permasalahan yang akan dibahas dalam Al-
Qur’an, Al-Hadits yang shahih, fatwa shahabat (baik yang disepakati atau terjadi pertentangan), hadits
dha’if dan hadits mursal, maka Imam Ahmad bin Hanbal menggunakan al-Qiyas.
(8)Menurut sebagian Hanabilah (Ulama yang bermazhab Hanbali), Imam Ahmad bin Hanbal juga
kadang-kadang menggunakan: Al-Mashlahah al-Mursalah (Kemaslahatan yang tidak disebutkan
dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits, tetapi tidak bertentangan dengan Al-Qur’an atau Al-Hadits).
(9)Menurut sebagian Hanabilah (Ulama yang bermazhab Hanbali), Imam Ahmad bin Hanbal juga
kadang-kadang, meskipun sangat jarang menggunakan: Al-Istishhab, Al-Istihsan dan Sadd al-
Dzara’i.
 Mazhab Syi’ah:
 Mazhab Syi’ah asalnya bukan sebagai mazhab dalam bidang hukum Islam
(fiqh), melainkan aliran dalam bidang politik yang berpendapat bahwa yang
berhak menjadi Khalifah adalah Ali bin Abi Thalib dan keturunannya (yang
merupakan keturunan dari Fathimah putri Rasulullah SAW), dan lama-lama
akhirnya juga masuk ke ranah teologi/ilmu kalam dan juga hukum Islam
(fiqh).

 Beberapa mazhab/aliran Syi’ah tidak banyak melibatkan dirinya dalam


bidang hukum Islam (fiqh), tetapi hanya dalam bidang politik dan ilmu
kalam/teologi. Mazhab/aliran Syi’ah seperti ini termasuk golongan kecil,
seperti: Syi’ah Sabaiyah (pengikut Abdullah bin Saba’), Syi’ah al-
Ghurabiyah, Syi’ah al-Kisaniyah (pengikut Mukhtar bin Ubaid al-Tsaqafi),
Syi’ah al-Nashiriyah, Syi’ah al-Hakimiyah, Syi’ah al-Rafidhah dan Druz.
 … Mazhab Syi’ah:
 Sedangkan Beberapa mazhab/aliran Syi’ah juga membahas bidang hukum Islam (fiqh),
diantaranya:
1. Syi’ah Imamiyah
Disebut juga Syi’ah Itsna Asyariyah (Dua Belas), karena mereka memiliki 12 imam yang nyata
dan tidaka ada imam yang harus diikuti selain 12 imam tersebut.
Ke-12 Imam itu adalah: Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Ali Zain al-Abidin,
Muhammad al-Baqir, Ja’far al-Shadiq, Musa al-Kazhim, Ali al-Ridha, Muhammad al-
Jawwad, Ali al-Hadi, Hasan al-Askari dan Muhammad al-Mahdi.
Rangkaian ini berhenti pada Imam Muhammad al-Mahdi karena ia tidak meninggalkan
keturunan, ia hilang pada saat masih kecil dan menurut mereka Imam Muhammad al-
Mahdi ini hilang untuk sementara waktu dan kelak akan datang lagi untuk memimpin
umat, oleh karena itu ia disebut Imam al-Muntazhar (Imam yang dinanti). Mereka
meyakini selama ia bersembunyi/menghilang, ia memimpin umat melalui para pemerintah
dan ulama Syi’ah.
Mereka berpendapat bahwa yang berhak menjadi Imam/Khalifah adalah yang merupakan
keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fathimah putri Rasulullah SAW, dan ditunjuk oleh
Imam/Khalifah sebelumnya.
Paham ini menjadi paham resmi di wilayah Iran sejak permulaan abad ke-16 hingga sekarang.
 … Mazhab Syi’ah:
Selain Syi’ah Itsna Asyariyah (Dua Belas), ada juga Syi’ah Ismailiyah, Imam
Syi’ah Ismailiyah sama dengan Syi’ah Itsna Asyariyah (Dua Belas) hingga
imam ke-6 dan mulai timbul perbedaan pada imam ke-7.
Menurut Syi’ah Itsna Asyariyah (Dua Belas), Ismail anak dari Ja’far al-Shadiq,
meninggal lebih dahulu dari Imam ke-6 ini, maka tempatnya digantikan oleh
adiknya, yaitu Musa al-Kazhim.
Tetapi sebagian Syi’ah tetap setia pada Ismail anak dari Ja’far al-Shadiq ini,
meskipun ia meninggal duluan. Menurut mereka Ismail-lah imam ke-7,
bukan Musa al-Kazhim. Maka Syi’ah ini disebut Syi’ah Ismailiyah, juga
disebut Syi’ah tujuh, karena hanya mengakui tujuh imam yang nyata.
 … Mazhab Syi’ah:
Imam Syi’ah yang ke-6, yaitu Ja’far al-Shadiq (wafat 148 H), terkenal akan ilmu
agamanya. Ia pernah belajar satu guru dengan Imam Abu Hanifah.
Syi’ah Imamiyah menetapkan hukum Islam (fiqh) berdasarkan kepada: Al-Qur’an, Al-
Sunnah, al-Ijma’ (Konsensus/kesepakatan Ulama) dan al-Ra’yu (akal/pendapat
Ulama).
Kitab-Kitab Syi’ah Imamiyah dalam bidang fiqh antara lain: al-Mukhtashar al-Nafi’
karya Abu Qasim al-Husain al-Huli, Syara’i al-Islam karya Ja’far al-Hasan al-
Huli, Jawahir al-Kalam karya Muhammad al-Najafi , dan lain-lain.
Kitab-Kitab Syi’ah Imamiyah dalam bidang ushul fiqh antara lain: al-Kafi karya Ja’far
Muhammad bin Ya’qub al-Khulaini, al-Tahzib dan al-I’tibar karya Muhammad
bin Hasan, dan lain-lain.
Mulanya ulama syi’ah Imamiyah menggunakan metode Ushul Fiqh mirip/mengikuti
metode Ushul Fiqh Imam Syafi’i dalam menetapkan hukum Islam (fiqh), tetapi
lama-kelamaan, mereka menetapkan ushul fiqh sendiri dan memiliki cara sendiri
dalam menetapkan hukum Islam (fiqh). Mereka berijtihad menggunakan al-
maslahah, tidak menggunakan al-Qiyas.
 … Mazhab Syi’ah:
2. Syi’ah Zaidiyah
Merupakan mazhab/aliran yang paling dekat dengan Ahlusunnah/Sunni. Mazhab/aliran ini dinamakan Syi’ah
Zaidiyah, karena mereka merupakan pengikut Zaid bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib, juga merupakan keturunan dari Fathimah putri Rasulullah SAW.
Mereka berpendapat bahwa yang berhak menjadi Imam/Khalifah adalah yang merupakan keturunan Ali bin Abi
Thalib dan Fathimah putri Rasulullah SAW, dan ditetapkan melalui musyawarah.
Zaid bin Ali Zain al-Abidin ini mula-mula belajar pada ayahnya sendiri, lalu belajar satu guru dengan Ja’far al-
Shadiq, lalu sempat belajar kepada Washil bin Atha (dari Mu’tazilah), juga belajar kepada ulama-ulama lain
dari berbagai aliran.
Ia merupakan orang yang dihormati ulama lain karena menguasai Ulum Al-Qur’an, Tauhid, Fiqh, Filsafat dan
lain-lain. Ia juga pernah menjadi guru dari Imam Abu Hanifah selama 2 tahun.
Fatwa-fatwa atau kumpulan pendapatnya terdapat dalam kitab bernama al-Majmu, yang isinya meliputi hadits,
tafsir dan fiqh. Beberapa isi kitabnya memiliki persamaan dengan pendapat/fatwa dari 4 Imam dari Mazhab
Ahlusunnah/Sunni, karena ia mengambil pendapatnya bersumber kepada Al-Qur’an, Al-Hadits dan pendapat
Sahabat Rasulullah SAW.
Mazhab Syi’ah Zaidiyah ini berkembang di beberapa wilayah di Yaman dan di bagian selatan semenanjung
Arabia.

Anda mungkin juga menyukai