Anda di halaman 1dari 21

TERAPI KOMPLEMENTER:

Trend dan Isu Etik

N. DEATI KURNIAWATI, MKEP


Etika
 Studiyang bersangkutan dengan
penilaian persetujuan atau
ketidaksetujuan, kebenaran atau
kesalahan, kebaikan atau
keburukan, kebajikan atau wakil,
dan keinginan atau kebijaksanaan
tindakan, disiplin refleksi pada
pilihan moral yang dilakukan orang
 Holistik
:
peduli dengan keterkaitan antara
tubuh, pikiran, dan jiwa yang selalu
berubah

Etika holistik :
 konsep dasar yang mendasari

kesatuan dan keutuhan integral dari


semua orang dan semua sifat yang
diidentifikasi dan dikejar untuk
menemukan kesatuan dan keutuhan
dalam diri dan dalam kemanusiaan.
Kesadaran etis
 Advances dalam teknologi
pengakuan medis
 Lebih besar pengakuan hak

pasien
 Kasus malpraktek dan

pengobatan yang sesuai


 Kelangkaan sumber daya
Tiga prinsip utama moral
 Respect for
persons/hormati orang lain
 Beneficence/kemurahan
hati
 Justice/Keadilan
Empat kondisi yang harus dipenuhi
sebelum suatu tindakan adalah :

 Tindakan secara moral baik


 Efek baik tidak harus dicapai dengan

cara yang buruk


 Hanya efek yang baik harus ditujukan,

meskipun efek buruk diramalkan dan


diketahui
 Efek baik dimaksudkan harus sama

dengan atau lebih besar dari efek buruk


Holistic Ethics and Consciousness
 Knowledge dan kesadaran dari dunia luar
oleh exoceptors (e.gorgans penglihatan,
pendengaran)
 Penginderaan dalam, bukan langsung

berasal dari data indrawi, tapi dipicu oleh


mereka (e.gemotions, niat, kenangan,
impian, imajinasi)
 Knowledge dari diri seseorang (selain

tubuh) ditandai dengan kemampuan untuk


mengenali saat ini dari informasi dari
masa lalu dan memproyeksikan masa
depan, membangun kontinuitas dalam
Empat komponen dari
analisa kasus dilema etik

1. Medical indicators
2. Patient preferences
3. Quality of life
4. Contextual issues
Principles of Bioethics

Respect for autonomy


 Nonmaleficence
 Beneficence
 Justice
Etika di Complementary /
Terapi Alternatif

 Keamanan
 Lingkup Praktek
 Keragaman budaya
 Prinsip keadilan
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1109
Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer sebagai
alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan. Menurut aturan itu,
pelayanan komplementer-alternatif
dapat dilaksanakan secara sinergi,
terintegrasi, dan mandiri di fasilitas
pelayanan kesehatan.
 Permasalahannya
 Terapi komplementer sebagai bagian
dari ilmu kedokteran yang dianggap
lebih alamiah bebas dari masalah-
masalah?
 Apakah terapi komplementer tidak

bersinggungan dengan masalah etik?


 “Belum dapat dibuktikan

kehandalannya” …”uji klinis”…


”praktis”
Silva & Ludwick (2005)
mengidentifikasi paling tidak ada
tiga isu etik sekaitan dengan terapi
komplementer yaitu terkait dengan
1. Keamanan,
2. Bidang praktik dan
3. Perbedaan budaya
Keamanan (safety)
 Keamanan terapi komplementer
menjadi isu sentral yang diangkat oleh
Persatuan Perawat Amerika (American
Nurses’ Association - ANA) karena
dalam kode etiknya disebutkan
bahwa: “The nurse promotes,
advocates for, and strives to protect
the health, safety, and rights of the
patients.”
Kataaman (safety) sebagai
bentuk penekanan untuk
memberikan gambaran
betapa pentingya aman
untuk segala tindakan yang
dilakukan perawat.
Bidang praktik (scope of
praktice)
 Menurut ANA bahwa ada

pertanyaan mendasar yang


harus dijawab berkaitan skop
praktik secara legal dan etik
dari penggunaan terapi
modalitas komplementer
dalam praktik keperawatan
profesional yaitu :
 kapan teknik tersebut diajarkan dan
dipraktikkan oleh individu bukan perawat
maupun oleh perawat?
 Mungkinkah seorang perawat melakukan

pemijatan sederhana atau pemijatan terapi


(therapeutic massage)?
 Mungkinkah seorang perawat melakukan

terapi sentuhan secara pribadi maupun


secara profesional mandiri?
 Pada aspek ini bahaya dapat muncul baik bagi
klien maupun perawat jika skop praktik
komplementer tidak jelas. Hal ini dapat
dipahami bahwa pasien dapat ‘dibahayakan”
oleh perawat yang mempraktikkan terapi
komplementer jika perawat itu sendiri tidak
disiapkan untuk itu. Atau perawat dapat
‘dibahayakan’ secara profesional ketika
mereka melakukan praktik di luar skop atau
area praktik keperawatan atau melakukan
terapi yang masih dipertanyakan.
Perbedaan budaya (cultural diversity)
 perbedaan budaya berimbas pada kesulitan
komunikasi akibat penggunaan bahasa yang
berbeda. Akibatnya perawat juga tidak terlepas
dari gejala bertemu dan berkomunikasi kepada
klien yang memiliki berbagai latar belakang
budaya. Jika demikian maka perawat akan
mengalami kendala dalam mempraktikkan
terapi komplementer karena nilai yang dimiliki
klien dapat berbeda dengan yang dipunyai oleh
perawat. Pada kondisi semacam ini sering
terjadi konflik atau bahkan dilema etik
Apa yang (bisa) kita lakukan?
 Pemahaman secara substansial
mengenai terapi komplementer
menjadi sangat penting dilakukan.
Tidak sekedar mengadopsi tetapi juga
harus mampu membuktikan sejauh
mana efikasi atau kasiat terapi
komplementer untuk menjadi bagian
dari praktik keperawatan dalam
rangka memecahkan masalah-
masalah kesehatan atau keperawatan,
melalui kajian-kajian ilmiah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai