METODE ANALISIS
TAHAP I
• 4’-Hidroksiasetanilida [103-90-2]
• C₈H₉NO₂
• BM 151,16 g/mol
• Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C₈H₉NO₂,
dihitung terhadap zat anhidrat.
• Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
• Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut
dalam etanol.
Kemenkes RI, 2014
IDENTIFIKASI
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang
cocok dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Parasetamol BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam
klorida 0,1 N dalam metanol P (1 dalam 100), menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama dengan Parasetamol BPFI.
C. Memenuhi uji Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>, gunakan larutan
1 mg per ml dalam metanol P dan fase gerak diklormetana P-metanol P (4:1).
• Pengotor
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Metode V Memenuhi
syarat. Pertahankan suhu injektor kromatograf gas pada 70°. Pelarut Gunakan
dimetil sulfoksida P.
C adalah kadar Parasetamol BPFI dalam μg per ml Larutan baku;AU dan AS berturut-turut adalah
serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Tablet Parasetamol mengandung parasetamol, C₈H₉NO₂, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
IDENTIFIKASI
A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera pada
Penetapan kadar.
B. Sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50 mg parasetamol larutkan dalam 50 ml
metanol P, saring; filtrat memenuhi uji Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>
menggunakan fase gerak campuran diklorometan P-metanol P (4:1).
PENETAPAN KADAR
• Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
• Fase gerak Buat campuran air-metanol P (3:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
• Larutan baku Timbang saksama sejumlah Parasetamol BPFI, larutkan dalam Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per ml.
C adalah kadar Parasetamol BPFI dalam mg per ml Larutan baku; rU dan rS brturut-turut adalah
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
100 C ()
• 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [93-14-1]
• C10H14O4
• BM 198,22 g/mol
• Guaifenesin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C10H14O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
• Pemerian Serbuk hablur; putih sampai agak kelabu; bau khas lemah; rasa pahit.
• Kelarutan Larut dalam air; etanol, kloroform dan propilen glikol; agak sukar larut dalam
gliserin.
PENGOTOR
Logamberat <371> Metode I Tidak lebih dari 25 bpj.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Metode IV Memenuhi syarat.
C adalah bobot Klorfrniramin Maleat BPFI dalam mg dalam 20,0 ml Larutan baku;
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
HPLC
Metode analisis kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa dengan menggunakan parameter
waktu retensi senyawa standar yang dibandingkan dengan analit dalam sampel. Keterbatasan
penggunaan HPLC adalah apabila sampel sangat kompleks maka resolusi atau daya pisah
akan sulit diperoleh
• Time consuming yang lama Diperlukan waktu untuk pembacaan yang stabil dalam
melihat pH atau nilai potensial
• Tidak mampu menganalisis sampel dalam jumlah yang sedikit (trace)
• Diperlukan perhitungan yang rumit karena dalam menentukan lonjakan pH atau nilai
potensial kita harus menghitung derivat 1, 2 dan seterusnya
DEFINISI MASALAH
PENGEMBANGAN
METODE Kemurnian yang harus dicapai sesuai dengan persyaratan yaitu
parasetamol sebesar 90- 110%, guaifenesin (90-110%) (Kemenkes RI,
KEMURNIAN 2014); fenileprin hidroklorida sebesar 98,5%-101% (British
Pharmacopoeia, 2009), klorfeniramin maleat (93-107%) (Kemenkes RI,
2014), dan ambroxol HCl (99-101%) (British Pharmacopoeia, 2009),
sedangkan menurut ICH untuk sediaan farmasi secara umum, yakni 98-
Persyaratan Validasi 102% (ICH, 1996).Penentuan akurasi dipengaruhi oleh berbagai faktor
dari senyawa dalam
yakni proses preparasi sampel, pemisahan, dan jumlah sampel yang
Sampel yang
dianalisis tersedia.
Presisi yang harus dipenuhi menurut ICH adalah nilai %RSD di bawah
2%. Nilai %RSD yang didapatkan dari analisis kelima senyawa tersebut
PRESISI diharapkan nilainya dibawah 2%, sehingga diperoleh keterulangan
metode yang baik serta reprodusibel. Presisi yang dapat diterima
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya waktu retensi, bentuk
puncak, resolusi dan ketepatan loading sampel.
DEFINISI MASALAH
PENGEMBANGAN
METODE
Linieritas ditentukan dari nilai koefisien korelasi. Menurut
Farmakope Indonesia edisi V, nilai koefisien korelasi kuadrat (r2)
LINIERITAS
≥ 0,98 menunjukkan linearitas yang baik (Depkes RI, 2014). Nilai
ini akan berkaitan pada rentang konsentrasi seri yang dipilih,
yang mana rentang seri yang dipilih harus berdasarkan
Persyaratan konsentrasi uji dan sampel yang dianalisis agar tetap berada
Validasi dari dalam rentang seri dan tidak terjadi ekstrapolasi.
senyawa dalam
Sampel yang
dianalisis
Nilai LOD (limit of detection) dan LOQ (limit of quantification)
berkaitan dengan jumlah analit minimal yang dapat dideteksi dan
dikuantifikasikan oleh sistem yang diberikan. Agar memberikan
suatu hasil pemisahan yang valid, maka jumlah analit yang
LOD & LOQ dianalisis harus berada diatas nilai LOQ. Nilai LOD dan LOQ yang
diperoleh dipengaruhi oleh keberhasilan proses preparasi sampel,
pemisahan, jumlah sampel yang tersedia, dan kemampuan detektor
pada instrumen untuk mendeteksi analit.
DEFINISI MASALAH
PENGEMBANGAN
METODE Penelitian ini dilakukan sebagai quality control untuk sediaan tablet
TUJUAN DAN dengan kandungan multi komponen, dengan jumlah tablet yang
JUMLAH digunakan dalam sekali running sebanyak 20 tablet. Oleh karena itu,
SAMPEL supaya penelitian ini bisa diaplikasikan dalam bidang industri
diperlukan suatu metode analisis yang sensitif, cepat, spesifik, dan
murah dalam mengkuantifikasi jumlah analit dalam sampel sehingga
Senyawa dalam dapat memastikan ketepatan dosis obat kepada pasien.
Sampel yang
dianalisis dengan
LC-MS
Sampel yang digunakan berupa tablet Solvin Cold yang mengandung
500 mg parasetamol, 10 mg fenileprin hidroklorida, dan 2 mg CTM,
serta beberapa impurity lain seperti Titanium dioksida dan beberapa
eksipien tablet lainnya. Eksipien akan berpengaruh pada pelepasan zat
aktif, adapun eksipien dari tablet antara lain pengikat, penghancur, dan
PREPARASI
pelincir (Aini dkk., 2015). Oleh karena itu diperlukan suatu preparasi
sampel dan metode pemisahan yang tepat untuk dapat memisahkan
analit dengan spesifik dari matriks-matriks lainnya.
DEFINISI MASALAH
PENGEMBANGAN
METODE Analisis kuantitatif parasetamol, fenileprin hidroklorida, dan CTM
dilakukan dengan metode LC-MS/MS, yang mana digunakan sistem
kromatografi cair sebagai proses pemisahan. Sehingga perlu
diperhatikan fase diam, fase gerak, dan kondisi analisis yang
PEMISAHAN digunakan pada kromatografi cair agar dapat memisahkan analit dari
matriks sampel secara optimal dengan memperhatikan syarat dari
resolusi, jumlah plat teoritis, faktor kapasitas, faktor tailing dan
Sistem dan reproduksibilitas yang dapat diterima.
kondisi
analisis LC-
MS yang Pada analisis kuantitatif parasetamol, fenileprin hidroklorida, dan CTM
diterapkan dilakukan dengan metode LC-MS/MS dengan mode ESI (electrospray
ionization), karena diperlukan deteksi dari suatu sampel berupa
senyawa multi komponen maka diperlukan pemilihan detektor yang
mampu mendeteksi secara spesifik dari setiap analit yang terdapat
ANALISIS & dalam sampel, sehingga digunakan detektor spektroskopi massa
DETEKSI dengan mode multiple reaction molecul (MRM) yang mampu
menghasilkan data berupa berat molekul, struktur, identitas, dan
kuantitas komponen dari setiap senyawa.
ALTERNATIF PENGEMBANGAN METODE
LC-MS/MS
Preparasinya menggunakan
metode sonikasi yang dilanjutkan Dilakukan validasi metode dan
dengan penyaringan menggunakan penetapan kadar PCM, PE HCl, CTM,
kertas Whatman no.1. GUA, dan AMB HCl secara simultan
Target Pengembangan Alternatif Metode
19
TINJAUAN PUSTAKA
PARACETAMOL
• Kelarutan: Bebas larut dalam air dan Spektrum Massa Phenylephrine Hydrochloride:
etanol 96% Hydrochloride dengan ion utama pada m/z 44, 76, 77,
29, 45, 42, 95, 65 (Moffat et al., 2011).
• pKa : 8,9 (Pubchem, 2020)
CHLORPHENIRAMINE MALEATE
Sumber ion: ESI bergantung pada pelarut yang digunakan untuk memungkinkan
analit mampu terionkan dengan baik sebelum mencapai spektrofotometer massa
• ESI merupakan metode ionisasi yang sering digunakan dalam metode LC-MS. ESI bergantung pada
pelarut yang digunakan untuk memungkinkan analit mampu terionkan dengan baik sebelum mencapai
spektrofotometer massa. Eluen LC disemprotkan bersamaan dengan gas nebulizer ke dalam bidang
elektrostatik pada tekanan atmosfer yang akan menyebabkan disosiasi molekul analit lebih lanjut.
• Pada saat yang bersamaan gas yang dipanaskan menyebabkan menguapnya pelarut sehingga tetesan analit
menyusut, konsentrasi muatan dalam tetesan meningkat. Keadaan akan memaksa ion untuk bermuatan
melebihi kekuatan kohesif atau ion dikeluarkan ke dalam fase gas. Ion-ion yang tertarik akan melewati
pipa kapiler, pengambilan sampel yang selanjutnya akan diteruskan ke dalam mass analyzer (Ginting,
2012).
DETEKTOR PADA LC-MS/MS
Parameter resolusi (Rs) kolom menunjukkan ukuran kuantitatif dari kemampuan kolom untuk memisahkan
dua analit.
Nilai Rs yang menyatakan bahwa suatu senyawa telah terpisah sempurna dari senyawa-senyawa lain adalah ≥
1,5.
Resolusi dari fase diam dapat ditingkatkan dengan memperpanjang kolom sehingga jumlah lempeng
bertambah. Akan tetapi peningkatan jumlah lempeng akan berpengaruh pada waktu retensi. Semakin tinggi
resolusi suatu kolom, maka waktu retensinya akan semakin lama (Skoog et al., 1994).
SYARAT PENERIMAAN KROMATOGRAFI
LEMPENG TEORITIS
High equivalent theoretical plate (HETP) adalah panjang kolom yang diperlukan untuk mencapai
kesetimbangan komponen cuplikan diantara fase gerak yang bergerak dan fase cair yang diam. Makin banyak
jumlah lempeng teoritis, makin kecil HETP, maka efisiensi kolom meningkat dan pemisahan yang terjadi
akan semakin baik.
SYARAT PENERIMAAN KROMATOGRAFI
FAKTOR KAPASITAS
Faktor kapasitas (k’) didefinisikan sebagai waktu tambahan yang diperlukan zat terlarut untuk terelusi,
dibandingkan dengan zat yang tidak tertahan (k’=0) (Harmita dkk., 2004). Nilai faktor kapasitas yang baik
berkisar 1-10.
′(𝑡𝑅− 𝑡𝑀)
𝑘=
𝑡𝑀
Keterangan:
k’ : faktor kapasitas
tR-tM : waktu retensi solut terkoreksi
tM : waktu retensi fase gerak
SYARAT PENERIMAAN KROMATOGRAFI
SELEKTIVITAS
Selektivitas pemisahan adalah parameter kromatografi yang berguna, baik teknik, kolom, atau planar mana
yang dapat dipertimbangkan. Dalam kasus kromatografi lapis tipis, faktor pemisahan α dapat didefinisikan
sebagai :
α=
Dapat dinyatakan bahwa dengan perbedaan yang lebih besar antara koefisien distribusi zat terlarut 1 dan 2
(K1 dan K2), maka selektivitas pemisahan akan lebih besar (α) dan resolusi yang lebih baik (Rs). Dengan K 1 =
K2, dua daerah kromatografi seluruhnya tumpang tindih (α = 1) dan resolusi spot masing-masing Rs adalah
nihil. Adapun beberapa cara untuk meningkatkan α tersedia yaitu :
Perubahan komposisi fase gerak
Perubahan pH fase gerak
Perubahan fase diam
Perubahan suhu Efek kimia khusus
(Sherma, J. dan B. Fried, 1996)
VALIDASI METODE
Tabel syarat validasi yang harus dipenuhi pada penetapan Parasetamol, Phenylephrine
Hydrochloride, Chlorpheniramine Maleate, Guaifenesin, Ambroxol HCl (USP dan ICH)
dan kategorinya
Unsur yang diperlukan untuk validasi prosedur analisis (USP 36, 2013 ;
Kemenkes RI, 2014).
VALIDASI METODE
Tabel syarat validasi yang harus dipenuhi pada penetapan Parasetamol, Phenylephrine
Hydrochloride, Chlorpheniramine Maleate, Guaifenesin, Ambroxol HCl (USP dan ICH)
dan kategorinya
1. AKURASI 2. PRESISI
3. SPESIFISITAS
9. KESESUAIAN
8. KETEGARAN
SISTEM
ALAT BAHAN
1. HPLC dengan detektor Mass 1. Tablet dengan kandungan parasetamol
500 mg, guaifenesin 100 mg, ambroxol
Spektroscopy
HCl 30 mg. phenylprine hydrochloride 10
2. Timbangan analitik mg, dan chlorpheniramine maleate 2 mg
3. Mortir sebanyak 20 tablet.
4. Sonikator 2. Standar parasetamol, guaifenesin,
5. Kertas Saring phenylprine , ambroxol HCl,
6. Beaker glass hydrochloride dan chlorpheniramine
maleate
7. Erlenmeyer
3. Metanol pro HPLC
8. Labu ukur 4. Akuades
9. Pipet ukut
10. Bulffiller
PROSEDUR KERJA
Air dan metanol dalam rasio yang berbeda digunakan dalam mode gradient.
Kondisi kromatografi lainnya, terutama
komposisi fase gerak, dioptimalkan melalui beberapa percobaan untuk
mencapai bentuk puncak simetris, respons linear untuk konsentrasi, dan
transisi selektif multiple reaction monitoring (MRM).
VALIDASI METODE
LINIERITAS
1. Larutan standar 100 ppm yang mengandung PCM, GUA, PE, CPM dan AMB
diencerkan menjadi konsentrasi 8ppm, 9 ppm, 10 ppm, 11 ppm, dan 12 ppm
2. Kemudian diinjeksikan ke dalam kolom
3. Perlakuan ini diulang sebanyak 6 kali
1. Hasil dari kurva kalibrasi kemudian digunakan untuk menghitung LOD dan LOQ
ditentukan dengan menghitung nilai SDy/x
2. LOD dihitung dengan nilai 3 (SDy/x/b) dan LOQ dihitung dengan nilai 10 (SDy/x/b)
VALIDASI METODE
PRESISI
1. Presisi dilakukan dengan melakukan presisi inter dan intra day
2. Intraday dilakukan sebanyak 6 kali pada hari yang sama pada konsentrasi 100 ng/mL
3. Interday dilakukan dengan pengulangan pada konsentrasi 100 ng/mL dalam 3 hari
4. Diukur masing-masing %RSD
ROBUSTNESS
1. Dilakukan perubahan terhadap laju alir dan juga perubahan terhadap fase gerak yang
digunakan dengan analisis sampel konsentrasi 100 ng/mL
2. Ditentukan nilai % RSD dari keseluruhan hasil terhadap perubahan yang dilakukan
VALIDASI METODE
AKURASI
1. Akurasi dihitung dari hasil analisis pada presisi intraday, dilakukan perhitungan nilai
akurasi sebanyak 3 kali pada 80%, 100% dan 120% dari spiked solutions
2. Nilai akurasi diekspresikan dengan %recovery
SPESIFISITAS
1. Spesifisitas ditentukan dengan melihat hasil pembacaan blanko, standar dan sampel
2. Dilihat kromatogram yang diperoleh
PEMBAHASAN
Bagian rossa
Preparasi Sampel
• Preparasi sampel memiliki tujuan yaitu untuk memisahkan analit dari matriks sampel yang
kompleks dan terbebas dari adanya pengotor atau senyawa pengganggu dalam sampel. Menurut
Farmakope Indonesia Edisi V, penetapan kadar pada sediaan tablet yaitu digunakan 20 tablet
kemudian diserbukkan. Maka agar dapat sampe secara acak, sampel harus terlebih dahulu digerus
secara homogen (Gandjar dan Rohman, 2007). Serbuk yang sudah digerus hingga halus dan
homogen ditimbang setara dengan 1 mg dan dilarutkan dengan pelarut yang digunakan sampai 100
mL sehingga konsentrasi larutan sampel yang diperoleh adalah 10 ppm.
British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia Volume I&II. London: The British Pharmacopoeia
Commission.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Potawale, R. S., GILHOTRA, R. M., & GABHE, S. Y. (2018). Liquid Chromatography Tandem-mass
Spectrometry Method Development And Validation For Simultaneous Analysis Of Paracetamol,
Guaifenesin, Phenylephrine Hydrochloride, Chlorpheniramine Maleate, And Ambroxol Hydrochloride In
Bulk And In Tablet Dosage Form. Asian J Pharm Clin Res, 11(7): 375-382.
Redasani, V.K.; Gorle, A.P.; Badhan, R.A.; Jain, P.S.; and Surana, S.J. 2013. Simultaneous determination
of chlorpheniramine maleate, phenylephrine hydrochloride, paracetamol and caffeine in pharmaceutical
preparation by RP-HPLC. Chem Industry Chem Eng Quarterly.19(1): 57−65.
THANK YOU