PF Neurologis
PF Neurologis
5
REFLEKS SUPERFISIAL:
Refleks dinding abdomen
12
REFLEKS TENDON DALAM:
Refleks achilles
16
UJI KEKUATAN DAN TONUS OTOT
17
UJI KEKUATAN DAN TONUS OTOT
UJI SENSIBILITAS
Uji sentuhan • Uji rasa nyeri
• Menggunakan sepotong – Jarum yang tajam &
kain atau kapas tumpul (jarum pentul)
• Pasin menutup mata – Pasien menutup mata
• Terasa ada sentuhan – Bedakan ujung jarum
atau tidak tajam atau tumpul
pada kulit tangan,
kaki, pipi, rahang
19
UJI SENSIBILITAS
Uji perasaan vibrasi Uji posisi
• Garpu tala • Pasien menutup mata
• Pasien menutup mata • Jari tangan & kaki
• Tempelkan garpu tala digerakan oleh
pada sendi jari, ibu jari pemeriksa
kaki, maleolus lateral & • Ps menebak kemana arah
medial gerakan tersebut
20
UJI SENSIBILITAS
Uji koordinasi 1. Berikan contoh
Terlihat pada gerakan 2. Perintahkan pasien
sehari-hari anak
melakukan sendiri
◦ Meraih mainan
◦ Ikat tali sepatu, dll dengan mata terbuka
Ps harus anak yang sudah 3. Ulangi dengan mata
mengerti & kooperatif tertutup
Jari ke hidung Gangguan koordinasi
Tumit kaki kanan ke Ringan : gagal tahap 3
tulang kering kaki kiri Berat : gagal tahap 2
(atau sebaliknya)
Koordinasi halus berkembang
diselusuri
baik 4-6 th
21
UJI SENSIBILITAS
REFLEKS PATOLOGIS
REFLEKS BABINSKI
Cara
• Menggores plantar kaki
bagian lateral, mulai dari
tumit pangkal jari
Interpretasi
• (+): dorsofleksi ibu jari
disertai pengembangan
jari-jari lainnya
• Normal: bayi s/d usia 18
bulan
1. Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
REFLEKS OPPENHEIM
Cara
• Mengurut (ke arah
distal) dg kuat tibia &
otot tibialis anterior
Interpretasi
• (+): dorsofleksi ibu jari
disertai pengembangan
jari-jari lainnya
1. Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
REFLEKS GORDON
Cara
• Memencet/mencubit
otot betis
Interpretasi
• (+): dorsofleksi ibu jari
disertai pengembangan
jari-jari lainnya
1. Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
REFLEKS SCHAEFER
Cara
• Memencet/mencubit
tendon achilles
Interpretasi
• (+): dorsofleksi ibu jari
disertai pengembangan
jari-jari lainnya
1. Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
REFLEKS CHADDOCK
Cara
• Menggoreskan bagian
lateral maleolus
(posterior anterior)
Interpretasi
• (+): dorsofleksi ibu jari
disertai pengembangan
jari-jari lainnya
1. Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
REFLEKS HOFFMAN-TROMMER
Cara
• Pegang pergelangan tangan
pasien & jari-jarinya di fleksi-
entengkan jepit jari tengah
pasien dg telunjuk & jari
tengah pemeriksa “gores
kuat” (snap) ujung jari tengah
pasien menggunakan ibu jari.
Interpretasi
• (+): fleksi jari telunjuk, serta
fleksi & adduksi ibu jari.
• Kadang juga disertai fleksi jari
lainnya.
KLONUS PERGELANGAN KAKI
Cara
• Tangan pemeriksa di telapak kaki
pasien sementara sendi lutut
diluruskan dg tangan lain
pemeriksa yg diletakkan pada
fossa poplitea dorsofleksi kaki
dg cepat & kuat terjadi
dorsofleksi sambil seterusnya
diberi tahanan enteng
teregangnya otot betis
Interpretasi
• (+): gerakan ritmik (bolak-balik)
plantar-fleksi & dorso-fleksi,
secara bergantian
1. Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
KLONUS PATELLA
Cara
• Tungkai dalam keadaan
ekstensi & lemas
patela didorong dg cepat
ke arah distal sambil
diberikan tahanan ringan
Interpretasi
• (+): kontraksi ritmik otot
kuadriseps gerakan
bolak-balik dari patella.
1. Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
TANDA RANGSANG MENINGEAL
KAKU KUDUK (NUCHAL RIGIDITY)
• tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala
Cara pasien yg sedang berbaring kepala di fleksikan
dan usahakan dagu mencapai dada
Kelainan
•Hiposmia → penciuman berkurang
•Anosmia → hilang/tidak ada bau
•Parosmia → (tidak dapat mengenali
bau/salah-hidu
•Kakosmia → (persepsi bau busuk)
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Nervus Kranialis II (nervus optikus)
Uji ketajaman penglihatan
• Dengan membandingkan ketajaman
pengelihatan pasien dengan pemeriksa
(pasien disuruh mengenali benda yang
letaknya jauh)
• Atau dengan snellen chart
Pemeriksaan funduskopi :
memerlukan oftalmoskop yang
baik, ruang gelap serta
kesabaran pemeriksaan
Uji persepsi warna :
Uji lapang pandang
gambar stilling isihara
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Nervus Kranialis III, IV, VI (Nn. Okulomotorius, troklearis, dan
Abdusens)
Motorik
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Nervus Kranialis VII (N. Fasialis)
Motorik
Sensorik
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
•Lesi perifer
Kedipan mata sisi lumpuh lambat
(lagoftalmus), sudut mulut sisi lumpuh
letaknya lebih rendah, lipatan
nasolabialis sisi lumpuh lebih datar,
tidak dapat mengerutkan dahi ke atas.
Bila tersenyum atau tertawa, sudut
mulut sehat yg terangkat.
•Lesi sentral
Asimetri dapat dijumpai pada bagian
bawah wajah, yaitu sudut mulut turun ke
bawah dan lipatan nasolabialis mengurang
atau menghilang, fisura palpebra
bertambah, sensori lidah di 2/3 terganggu.
Bila tertawa, asimetri tadi tampak.
Nervus Kranialis VIII (N. Akustikus)
•Uji ketajaman pendengaran : dg
• Tes Rinne →
menutup satu telinga kemudian
membandingkan konduksi
mendengarkan suara detik
tulang dan konduksi udara.
arloji/suara bisikan dilakukan
Normalnya konduksi udara
bergantian di kedua telinga.
lebih baik