CRS Meningitis TB Afif, Iqbal
CRS Meningitis TB Afif, Iqbal
Oleh:
Raihan Afif Salam 1810311056
Muhammad Iqbal 1810311054
Preseptor :
dr. Edi Nirwan, Sp.S
BAB I PENDAHULUAN
Meningitis dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, baik orang dewasa, anak-anak bahkan pada bayi. Penyakit ini ditandai dengan
adanya nyeri kepala, demam dan kekakuan pada leher
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit endemis di negara-negara berkembang dan merupakan masalah besar. Penyebab
tuberkolusis adalah kuman mycobacterium tuberculosis (MTB). Sepertiga dari populasi dunia diperkirakan sudah mengidap penyakit
TB laten. Penderita TB laten ini tidak memperlihatkan gejala klinis, namun memiliki risiko untuk berkembang menjadi penyakit TB
aktif.
Meningitis tuberkulosis merupakan bentuk tuberkulosis ekstrapulmonal kelima yang paling sering ditemui sekaligus yang
paling berbahaya, dan kejadian terbanyak ditemukan pada anak-anak. Bila tidak diobati dengan tepat akan
menyebabkan gejala sisa neurologis yang permanen, bahkan dapat menyebabkan kematian
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini merupakan bakteri gram
positif yang bersifat aerob serta memiliki dinding tebal yang tersusun dari lemak, peptidoglikan, dan
arabinomanan.
2. Tes Tuberkulin
Undurasi yang lebih dari 5 mm dianggap positif untuk orang dengan tanda klinis atau
radiografi dengan tanda-tanda penyakit tuberkulosis
1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagian besar pasien yang diperiksa dengan MRI ditemukan hasil radiologi abnormal
yang sesuai dengan meningitis tuberkulosis termasuk hidrosefalus (25%), enhancement
sisterna basalis (18%), dan infark bilateral pada ganglia basalis . Sebaliknya, sebagian besar
pasien yang diperiksa dengan CT scan tidak ditemukan hasil radiologi yang abnormal
kecuali hidrosefalus
Diagnosis banding
b. Isoniazid
Diberikan dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari. Pada dewasa dengan dosis 400 mg/hari.
c. Etambutol
Diberikan dengan dosis 25 mg/kgBB/hari sampai 1.500 mg/hari selama lebih kurang 2 bulan.
Obat ini dapat menyebabkan neuritis optika.
d. Pirazinamid
Diberikan dengan dosis 20-40 mg/ KgBB/ hari.
e. Streptomisin
Diberikan intramuskular selama lebih kurang 3 bulan. Tidak boleh digunakan terlalu lama.
Dosisnya adalah 30-50 mg/kgBB/hari
Kortikosteroid
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. MR : 572592
Umur : 72 Tahun
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Padang Panjang
Anamnesis
Seorang pasien, Tn. J, umur 72 tahun dirawat di bangsal Ilmu Penyakit Saraf RS Achmad Mochtar
pada tanggal 01 Desember 2022 dengan :
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak 6 jam yang lalu.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor dengan
diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, refleks kornea +/+
Leher : JVP 5 – 2 cmH2O
Toraks
Paru I : Simetris kiri dan kanan pada keadaan statis dan dinamis
Pa : Fremitus kiri = kanan
Pe : Sonor
Au : Suara nafas vesikuler, Rh +/+, Wheezing -/-
Jantung I : Iktus kordis tidak terlihat
Pa : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : Atas RIC II
Kanan LSD
Kiri 1 Jari LMCS RIC V
Au : irama reguler , bising negatif
Abdomen
I : Perut tidak membuncit
Pa : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba
Pe : Timpani
Au : BU (+) Normal
Punggung : Nyeri tekan (-), Nyeri ketok CVA (-)
Alat kelamin : Tidak diperiksa
STATUS NEUROLOGIS
1. Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk (+) Budzinsky I (-)
Kernig (-) Budzinsky II (-)
2. Tanda peningkatan tekanan intra kranial
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+,
Muntah proyektil (-)
Sakit kepala progresif (+)
Nervus I (Olfakturius)
Kanan Kiri
Bola Mata Ortho ortho
Ptosis (-) (-)
Gerakan Bulbus Gerak bola mata bebas ke Gerak bola mata bebas ke
segala arah segala arah
Nistagmus (-) (-)
Ekso/Endoftalmus (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Reflek Cahaya (+) (+)
Reflek akomodasi (+) (+)
Reflek konvergensi (+) (+)
Nervus IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Kanan Kiri
Gerakkan (+) (+)
Mata ke lateral
Sikap Bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
Nervus V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakkan Rahang (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Sensorik
Devisi Opthalmika
Reflek Kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik baik
Divisi Maksilla
Reflek Massester (+) (+)
Sensibilitas baik baik
Divisi Mandibula
Sensibilitas Baik baik
Nervus VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut Wajah Plika nasolabialis simetris kiri dan kanan.
Wajah simetris kiri kanan
Sekresi Air Mata Normal Normal
Fisura Palpebra Normal Normal
Menggerakkan Dahi (+) (+)
Menutup Mata (+) (+)
Mencibir/bersiul (+) (+)
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Sensasi Lidah 2/3 baik baik
Hiperakusis (-) (-)
Nervus VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara Berisik (+) (+)
Detil Arloji (+) (+)
Rinne Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Memanjang
Memendek
Nistagmus
Pendular (-) (-)
Vestibular (-) (-)
Siklikal (-) (-)
Pengaruh Posisi Kepala (-) (-)
Nervus IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi Baik baik
Lidah 1/3
belakang
Reflek Tidak Tidak
Muntah (Gag dilakukan dilakukan
Reflex)
Nervus X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus Faring Simetris
Uvula Uvula di tengah
Menelan Baik Baik
Artikulasi Baik baik
Suara Baik
Nadi Reguler
Nervus XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh Kekanan Baik
Menoleh kekiri baik
Mengangkat bahu Baik
kekanan
Mengangkat bahu baik
kekiri
Nervus XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan Lidah Deviasi tidak ada
Dalam
Kedudukan Lidah Deviasi tidak ada
dijulurkan
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Pemeriksaan Koordinasi dan keseimbangan
Keseimbangan
Romberg Test Tidak dilakukan
Romberg Test dipertajam Tidak dilakukan
Stepping test Tidak dilakukan
Tandem gait Tidak dilakukan
Koordinasi
Jari-jari Baik
Hidung- Jari Baik
Pronasi-Supinasi Baik
Tes Tumit-Lutut Baik
Rebound Phenomen Normal
Pemeriksaan Fungsi Motorik
Tidak
Reaksi Intelek Reflek snout (-)
dilakukan
Tidak
Reaksi Emosi Reflek mengisap (-)
dilakukan
Reflek memegang (-)
Reflek palmomental (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah
Darah Rutin : Hb 13,4 g/dL Leukosit 16.600 /mm3
Ht 38,8 % Trombosit 199.000 /mm3
Hitung Jenis : 0/0/0/52/44/4
Kesan : Leukositosis
Lumbal Punksi
Pemeriksaan BTA Sputum
Kultur sputum dan LCS
TERAPI
Tahap pertama mula-mula bakterimia membawa basil terbentuknya lesi primer tuberculosis di otak
tuberculosis ke sirkulasi serebral yang dapat mengalami dorman dalam
waktu lama