Anda di halaman 1dari 53

Meningitis Tuberkulosis

Oleh:
Raihan Afif Salam 1810311056
Muhammad Iqbal 1810311054

Preseptor :
dr. Edi Nirwan, Sp.S
BAB I PENDAHULUAN

TUJUAN METODE MANFAAT


Batasan Masalah PENULISAN PENULISAN PENULISAN

Case report ini membahas Memahami defenisi,


mengenai definisi, epidemiologi, faktor resiko, Studi kepustakaan Menambah wawasan
epidemiologi, etiologi, etiologi, kalsifikasi, dengan merujuk pada dan pengetahuan
patofisiologi, manifestasi patofisiologi, prinsip berbagai literatur mengenai Meningitis
klinis, diagnosis, tatalaksana diagnostik, tatalaksana, TB
dan prognosis Meningitis TB edukasi dan prognosis dari
Menigitis TB
Latar Belakang
Meningitis adalah inflamasi pada selaput (meningens) dan/atau cairan serebrospinal yang menegelilingi dan melindungi otak serta
medulla spinalis

Meningitis dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, baik orang dewasa, anak-anak bahkan pada bayi. Penyakit ini ditandai dengan
adanya nyeri kepala, demam dan kekakuan pada leher

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit endemis di negara-negara berkembang dan merupakan masalah besar. Penyebab
tuberkolusis adalah kuman mycobacterium tuberculosis (MTB). Sepertiga dari populasi dunia diperkirakan sudah mengidap penyakit
TB laten. Penderita TB laten ini tidak memperlihatkan gejala klinis, namun memiliki risiko untuk berkembang menjadi penyakit TB
aktif.

Meningitis tuberkulosis merupakan bentuk tuberkulosis ekstrapulmonal kelima yang paling sering ditemui sekaligus yang
paling berbahaya, dan kejadian terbanyak ditemukan pada anak-anak. Bila tidak diobati dengan tepat akan
menyebabkan gejala sisa neurologis yang permanen, bahkan dapat menyebabkan kematian
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi

Radang selaput otak akibat komplikasi tuberkulosis primer,


yang secara histologi merupakan meningoensefalitis
(tuberkulosis) dengan invasi ke selaput dan jaringan
susunan saraf pusat
EPIDEMIOLOGI
Meningitis tuberkulosis menyerang semua usia,
namun insidens tertinggi pada usia 6 bulan-5 tahun.
Insidens antara laki-laki dan perempuan tidak
berbeda

Tingkat mortalitas adalah 10-20 %


sementara morbiditas berupa gejala
sisa neurologik permanen mencapai
82 %.

Meningitis tuberkulosis merupakan meningitis


yang paling banyak menyebabkan kematian
atau kecacatan, dibanding dengan meningitis
bakterialis akut
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini merupakan bakteri gram
positif yang bersifat aerob serta memiliki dinding tebal yang tersusun dari lemak, peptidoglikan, dan
arabinomanan.

Faktor risiko tinggi untuk menderita penyakit ini antara lain :


• Orang dengan HIV/ AIDS
• Malnutrisi
• Alkoholisme
• Penggunaan obat-obatan terlarang
• Diabetes mellitus
• Penggunaan kortikosteroid
• Keganasan
• Pasien yang dirawat dalam waktu yang lama.
Patofisiologi
Gambaran Klinis
Diagnosis
1. Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah yang meningkat lebih dari 80% pada kasus meningitis tuberkulosis

2. Tes Tuberkulin
Undurasi yang lebih dari 5 mm dianggap positif untuk orang dengan tanda klinis atau
radiografi dengan tanda-tanda penyakit tuberkulosis

3. Pemeriksaan Cairan Serebrospinalis


Biasanya menunjukkan peningkatan opening pressure dan jernih, serta tidak berwarna.
Rentang tingkat protein CSS biasanya berada pada 100 sampai 500 mg/dl

1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagian besar pasien yang diperiksa dengan MRI ditemukan hasil radiologi abnormal
yang sesuai dengan meningitis tuberkulosis termasuk hidrosefalus (25%), enhancement
sisterna basalis (18%), dan infark bilateral pada ganglia basalis . Sebaliknya, sebagian besar
pasien yang diperiksa dengan CT scan tidak ditemukan hasil radiologi yang abnormal
kecuali hidrosefalus
Diagnosis banding

a. Infeksi bakteri disebabkan oleh meningitis yang tidak diobati atau


diobati secara setengah-setengah, abses otak (brain abscess),
leptospirosis, brucellosis.
b. Infeksi virus disebabkan oleh herpes simplex, mumps.
c. Infeksi jamur disebabkan oleh cryptococcosis, histoplasmosis.
d. Infeksi protozoa disebabkan oleh toxoplasmosis.
e. Vascular disebabkan oleh emboli, infeksi endokarditis, sinus
thrombosis, stroke, systemic vasculitis syndromes.
Terapi

Prinsip pengobatan TB dewasa sama dengan TB pada anak,


dengan tujuan utama dari pemberian obat anti TB sebagai berikut:
a. Menyembuhkan pasien TB
b. Mencegah kematian akibat TB atau efek jangka panjangnya
c. Mencegah TB relaps
d. Mencegah terjadinya dan transmisi resistensi obat
e. Menurunkan transmisi TB
f. Mencapai seluruh tujuan pengobatan dengan toksisitas
seminimal mungkin.
Pemberian terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada pasien
dengan meningitis TB sebagai berikut
a. Rifampisin
Diberikan dengan dosis 10 – 20 mg/kgBB/hari. Pada orang dewasa diberikan dengan dosis 600
mg/hari, dengan dosis tunggal.

b. Isoniazid
Diberikan dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari. Pada dewasa dengan dosis 400 mg/hari.

c. Etambutol
Diberikan dengan dosis 25 mg/kgBB/hari sampai 1.500 mg/hari selama lebih kurang 2 bulan.
Obat ini dapat menyebabkan neuritis optika.

d. Pirazinamid
Diberikan dengan dosis 20-40 mg/ KgBB/ hari.

e. Streptomisin
Diberikan intramuskular selama lebih kurang 3 bulan. Tidak boleh digunakan terlalu lama.
Dosisnya adalah 30-50 mg/kgBB/hari
Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat digunakan untuk TB dengan komplikasi seperti;


meningitis TB, sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar, dan perikarditis TB.
Pada kondisi meningitis TB berat kortikosteroid meningkatkan survival dan
menurunkan morbiditas, sehingga kortiosteroid dianjurkan pada kasus
meningitis TB. Steroid dapat pula diberikan pada TB milier dengan gangguan
napas yang berat, efusi pleura dan TB abdomen dengan asites
Prognosis

Prognosis meningitis tuberkulosis ditentukan oleh stadiumnya, makin lanjut


stadiumnya prognosanya makin jelek. Beberapa indikator prognosis yang
buruk seperti – usia yang terlalu tua, stadium lanjut penyakit, TB
ekstrameningeal yang terjadi bersamaan, dan peningkatan tekanan
intrakranial. Prognosis meningitis tuberkulosis secara langsung
berhubungan dengan derajat penyakit yang muncul dan awal pengobatan
Komplikasi
  N (%)
Hyponatraemia 51 49
Hydrocephalus 44 42
Stroke 34 33
Cranial nerve palsies 30 29
Epileptic seizures 29 28
Diabetes insipidus 6 6
Tuberculoma 3 3
Myeloradiculopathy 3 3
Hypothalamic syndrome 3 3
Addison’s disease 1 1
Syringomyelia 1 1
Cavernous sinus syndrome 1 1
Acute tubular necrosis 1 1
Severe metabolic acidosis
BAB III LAPORAN
KASUS
Identitas Pasien

Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. MR : 572592
Umur : 72 Tahun
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Padang Panjang
Anamnesis
Seorang pasien, Tn. J, umur 72 tahun dirawat di bangsal Ilmu Penyakit Saraf RS Achmad Mochtar
pada tanggal 01 Desember 2022 dengan :

Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak 6 jam yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Penurunan kesadaran sejak 6 jam yang lalu.
Pasien kejang di seluruh tubuh pada 6 jam yang lalu, frekuensi 1x dan durasi tidak diketahui
Tidak tampak adanya kelemahan anggota gerak, keempat angota gerak aktif bergerak.
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak beberapa minggu yang lalu
Pasien mengatakan pernah demam sebelum masuk RS tetapi pasien kurang ingat onset
demamnya
Keluhan disertai batuk, tidak berdahak
Berat badan pasien tampak makin menurun tetapi keluarga tidak tau berapa Kilogram
Pasien rujukan dari RS Ibnu Sina Sumbar dengan diagnosis sementara penurunan kesadaran ec
sus stroke hemoragik, pasien mendapatkan terapi Inj. Ceftriaxon 2x1 gr, Inj. Ranitidin 2x1 gr, Inj.
Diazepam, Inj. Fenitoin. Pasien dirujuk ke RS Achmad Mochtar untuk tatalaksana lebih lanjut
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat konsumsi OAT namun tidak terkontrol
Riwayat HT dan DM tidak diketahui

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita TB

Riwayat Status Sosial, dan Ekonomi


Riwayat kontak lama dengan penderita dengan batuk – batuk lama
tidak diketahui.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis dengan GCS E4M6V5
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : frekuensi 20x/menit
Tekanan Darah : 130/80mmHg
Suhu : 380C
VAS :5
STATUS INTERNUS
Kulit : turgor baik
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba pembesaran
Supraclavicula : tidak teraba pembesaran
Leher : tidak teraba pembesaran
Ketiak : tidak teraba pembesaran
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor dengan
diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, refleks kornea +/+
Leher : JVP 5 – 2 cmH2O
Toraks
Paru I : Simetris kiri dan kanan pada keadaan statis dan dinamis
Pa : Fremitus kiri = kanan
Pe : Sonor
Au : Suara nafas vesikuler, Rh +/+, Wheezing -/-
Jantung I : Iktus kordis tidak terlihat
Pa : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : Atas RIC II
Kanan LSD
Kiri 1 Jari LMCS RIC V
Au : irama reguler , bising negatif
Abdomen
I : Perut tidak membuncit
Pa : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba
Pe : Timpani
Au : BU (+) Normal
Punggung : Nyeri tekan (-), Nyeri ketok CVA (-)
Alat kelamin : Tidak diperiksa
STATUS NEUROLOGIS
1. Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk (+) Budzinsky I (-)
Kernig (-) Budzinsky II (-)
2. Tanda peningkatan tekanan intra kranial
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+,
Muntah proyektil (-)
Sakit kepala progresif (+)
Nervus I (Olfakturius)

Penciuman Kanan Kiri

 Subjectif Baik Baik

 Objektif Tidak Tidak


dilukkan dilakukan
Nervus II (Optikus)

Penglihatan Kanan Kiri


 Tajam Penglihatan 5/5 5/5
 Lapangan Normal Normal
Pandangan
 Melihat Warna Baik Baik
 Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Nervus III Okulomotorius

  Kanan Kiri
Bola Mata Ortho ortho
Ptosis (-) (-)
Gerakan Bulbus Gerak bola mata bebas ke Gerak bola mata bebas ke
segala arah segala arah
Nistagmus (-) (-)
Ekso/Endoftalmus (-) (-)
Pupil    
 Bentuk Bulat Bulat
 Reflek Cahaya (+) (+)
 Reflek akomodasi (+) (+)
 Reflek konvergensi (+) (+)
Nervus IV (Troklearis)

  Kanan Kiri

Gerakkan Mata (+) (+)


kebawah
Sikap Bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
Nervus VI (Abdusen)

  Kanan Kiri
Gerakkan (+) (+)
Mata ke lateral
Sikap Bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
Nervus V (Trigeminus)
  Kanan Kiri
Motorik    
 Membuka mulut (+) (+)
 Menggerakkan Rahang (+) (+)
 Menggigit (+) (+)
 Mengunyah (+) (+)
Sensorik    
 Devisi Opthalmika    
Reflek Kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik baik
 Divisi Maksilla    
Reflek Massester (+) (+)
Sensibilitas baik baik
 Divisi Mandibula    
Sensibilitas Baik baik
Nervus VII (Fasialis)

  Kanan Kiri
Raut Wajah Plika nasolabialis simetris kiri dan kanan.
Wajah simetris kiri kanan
Sekresi Air Mata Normal Normal
Fisura Palpebra Normal Normal
Menggerakkan Dahi (+) (+)
Menutup Mata (+) (+)
Mencibir/bersiul (+) (+)
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Sensasi Lidah 2/3 baik baik
Hiperakusis (-) (-)
Nervus VIII (Vestibularis)

  Kanan Kiri
Suara Berisik (+) (+)
Detil Arloji (+) (+)
Rinne Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Memanjang    
 Memendek    
Nistagmus    
 Pendular (-) (-)
 Vestibular (-) (-)
 Siklikal (-) (-)
Pengaruh Posisi Kepala (-) (-)
Nervus IX (Glossofaringeus)

  Kanan Kiri
Sensasi Baik baik
Lidah 1/3
belakang
Reflek Tidak Tidak
Muntah (Gag dilakukan dilakukan
Reflex)
Nervus X (Vagus)

  Kanan Kiri
Arkus Faring Simetris
Uvula Uvula di tengah
Menelan Baik Baik
Artikulasi Baik baik
Suara Baik
Nadi Reguler
Nervus XI (Asesorius)

  Kanan Kiri
Menoleh Kekanan Baik  
Menoleh kekiri   baik
Mengangkat bahu Baik  
kekanan
Mengangkat bahu   baik
kekiri
Nervus XII (Hipoglosus)

  Kanan Kiri
Kedudukan Lidah Deviasi tidak ada
Dalam
Kedudukan Lidah Deviasi tidak ada
dijulurkan
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Pemeriksaan Koordinasi dan keseimbangan

Keseimbangan
Romberg Test Tidak dilakukan
Romberg Test dipertajam Tidak dilakukan
Stepping test Tidak dilakukan
Tandem gait Tidak dilakukan
Koordinasi
Jari-jari Baik
Hidung- Jari Baik
Pronasi-Supinasi Baik
Tes Tumit-Lutut Baik
Rebound Phenomen Normal
Pemeriksaan Fungsi Motorik

Badan Respirasi Spontan


  Duduk simetris
 
Berdiri dan Gerakkan Tidak dilakukan
Berjalan Spontan
  Tremor (-)
  Atetosis (-)
  Miokllonik (-)
  Khorea (-)

Ekstremitas Superior Inferior


  Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakkan (+) (+) (+) (+)
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi (eutrofi) (eutrofi) (eutrofi) (eurofi)
Tonus eutonus eutonus eutonus eutonus
Pemeriksaan Sensibilitas

Sensbilitas Taktil Baik


Sensiblitas Nyeri Baik
Sensiblitas Termis Tidak dilakukan
Sensiblitas getar Tidak dilakukan
Sensiblitas kortikal Baik
Stereognosis Baik
Pengenalan 2 titik Baik
Pengenalan rabaan Baik
Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri   Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbamgkis Tidak dilakukan Triseps (++) (++)
Laring Tidak dilakukan APR (++) (++)
Masetter - KPR (++) (++)
Dinding Perut     Bulnocavernosum
 Atas Cremaster Tidak dilakukan
 Tengah Tidak Tidak Sfingter
dilakukan dilakukan
 Bawah      
2. Patologis     Tungkai    
Lengan     Babinski (-) (-)
Hoffman-Tromner (-) (-) Chaddoks (-) (-)
      Gordon (-) (-)
      Schaeffer (-) (-)
      Klonus paha (-) (-)
      Klonus kaki (-) (-)
3. Fungsi Otonom
 Miksi Baik        
 Defekasi Baik        
 Sekresi keringat Baik        
4. Fungsi Luhur
Kesadaran   Tanda Demensia  
Tidak
 Reaksi Bicara Reflek Glabella (-)
dilakukan

Tidak
 Reaksi Intelek Reflek snout (-)
dilakukan    

Tidak
 Reaksi Emosi Reflek mengisap (-)
dilakukan
    Reflek memegang (-)
    Reflek palmomental (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah
Darah Rutin : Hb 13,4 g/dL Leukosit 16.600 /mm3
Ht 38,8 % Trombosit 199.000 /mm3
Hitung Jenis : 0/0/0/52/44/4

Kesan : Leukositosis

Kimia Klinik : Na / K / Cl : 139,3 / 4,92 / 98,5


Ureum / Creatinin : 30,3 / 1,9
GDS : 122 mg/dl

Kesan : Creatinin meningkat


Brain CT Scan tanpa kontras

Kesan : Tidak ada ditemukan kelainan Brain CT


DIAGNOSA KERJA

Diagnosa Klinis : Meningitis tuberkulosa stadium I


Diagnosa Etiologi : Infeksi Mycobacterium tuberculosis
Diagnosa Sekunder : Suspek TB Milier
PEMERIKSAAN ANJURAN

Lumbal Punksi
Pemeriksaan BTA Sputum
Kultur sputum dan LCS
TERAPI

Umum: IVFD NaCl 0,9% 12jam/kolf


Khusus: Inj. Dexametason 2x1
Inj. Ceftriaxone 2x1
Inj. Bisolvon 3x1
Inj. Citicolin 2x500
Inj. Levofloxacin 1x750
Fenitoin 3x1 po
Follow up
Tgl S O A P
6/12/22 Pasien sadar KU : Sedang Meningitis Umum:Foll
ow Up:
Kontak (+) Kes : CMC tuberkulosa stadium IVFD NaCl 0,9%
Nyeri kepala (+) TD : 110/80 mmhg I 12jam/kolf
Demam (-) Nd : 82x/mnt Susp TB Milier Khusus:
  Nf : 20x/mnt   Inj. Dexametason 2x1
T : 36,6 C   Inj. Ceftriaxone 2x1
VAS 5 Inj. Bisolvon 3x1
TRM : Inj. Citicolin 2x500
Kaku Kuduk (+) Inj. Levofloxacin 1x750
Kernig (-) Fenitoin 3x1 po
↑ TIK : (+)  
Motorik : lateralisasi (-),
kekuatan sup dan inf 555/555  
Sensorik : nyeri (+)  
Refleks fisiologis sup dan inf +
+/++,
Refleks Patologis sup dan inf-/-
Tgl S O A P
7/12/22 Pasien sadar KU : Sedang Meningitis Umum:
Kontak (+) Kes : CMC tuberkulosa IVFD NaCl 0,9%
Nyeri kepala (+) TD : 116/74 mmhg stadium I 12jam/kolf
Demam (-) Nd : 92x/mnt Susp TB Milier Khusus:
  Nf : 22x/mnt   Inj. Dexametason 2x1
T : 36,8 C Inj. Ceftriaxone 2x1
VAS 4 Inj. Bisolvon 3x1
TRM : Inj. Citicolin 2x500
Kaku Kuduk (+) Inj. Levofloxacin
Kernig (-) 1x750
↑ TIK : (+) Fenitoin 3x1 po
Motorik : lateralisasi (-),
kekuatan sup dan inf
555/555
Sensorik : nyeri (+)
Refleks fisiologis sup dan inf
++/++,
Refleks Patologis sup dan
inf-/-
 
DISKUSI
Meningitis tuberkulosis merupakan suatu radang
selaput meningens yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis

Tahap pertama mula-mula bakterimia membawa basil terbentuknya lesi primer tuberculosis di otak
tuberculosis ke sirkulasi serebral yang dapat mengalami dorman dalam
waktu lama

Tahap kedua meningitis tuberculosis terjadi akibat pelepasan basil Mycobacterium


tuberculosis ke dalam ruang meningen dari lesi subependimen atau subpial
(terutama di fisura sylvii).
DISKUSI
Proses patologi yang dapat menyebabkan deficit neurologis pada meningitis tuberculosis :

• Eksudat dapat menghambat aliran cairan serebrospinal yang


menghasilkan hidrosefalus

• Granuloma dapat menyatu membentuk tuberkulosis atau abses


sehingga menghasilkan tanda neurologis fokal

• Vaskulitis obliteratif dapat menyebabkan sindorma infark dan stroke


DISKUSI
Stadium I (stadium inisial / Stadium II (stadium
Stadium III (koma / fase
stadium non spesifik / fase transisional / fase
paralitik)
prodromal) meningitik)
• Gejala yang tidak khas, • Pada fase ini terjadi • Pernapasan irregular
timbul perlahan- lahan, rangsangan pada selaput • Demam tinggi
tanpa kelainan neurologis otak / meningen.
• Edema papil
• Demam yang tidak terlalu • Adanya kelainan neurologik,
akibat eksudat yang terbentuk • Hiperglikemia
tinggi diatas lengkung serebri. • Kesadaran makin
• Rasa lemah • Kaku kuduk (+), refleks menurun, irritable dan
• Nafsu makan menurun Kernig dan Brudzinski (+) apatik, mengantuk, stupor,
(anorexia) • Pada fase ini, eksudat akan koma, otot ekstensor
• Nyeri perut mengakibatkan kelumpuhan menjadi kaku dan spasme,
• Sakit kepala saraf kranial dan hidrosefalus, opistotonus, pupil melebar
gangguan kesadaran, dan tidak bereaksi sama
• tidur terganggu papiledema ringan serta
• Mual, muntah, konstipasi sekali.
adanya tuberkel di koroid
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai