Anda di halaman 1dari 48

EFEKTIVITAS DAN IMUNOGENISITAS

VAKSIN R21/MATRIX-M TERHADAP KLINIS


MALARIA SETELAH 2 TAHUN FOLLOW-UP
PADA ANAK-ANAK DI BURKINA FASO: UJI
COBA TERKONTROL ACAK FASE 1/2B
HOMEOSTASIS KALSIUM
1

01/27/2023
2
PENDAHULUAN

01/27/2023
Infeksi virus akut pada saluran pernapasan bagian atas (URTI)
yang biasanya sembuh sendiri

Common Cold

Rinosinusitis virus akut dengan gejala yang berlangsung


kurang dari 10 hari (European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012 (EPOS 2012)

Penyakit manusia yang paling sering, dengan sekitar 25 juta


orang yang terkena setiap tahun di Amerika Serikat Meningkatkan angka
kunjungan medis
,kurangnya prosedur diagnostik atau terapi spesifik yang
ditetapkan, mengakibatkan penggunaan beragam obat bebas, menjadi pemicu penyakit parah dan bahkan fatal pada
sedangkan jumlah kunjungan medis yang signifikan (hingga individu dengan komorbid
30%) mengakibatkan peresepan antibiotik yang tidak tepat dan
tidak perlu, berkontribusi terhadap penggunaan antibiotik yang
berlebihan dan resistensi mikroba
01/27/2023 3
4
EPIDEMIOLOGI

01/27/2023
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa
biasanya mengalami 1-3 ISPA per tahun

Frekuensi pada anak-anak auh lebih banyak (hingga 11x /


tahun, tergantung pada usia) dan mengalami gejala yang lebih
lama

Frekuensi common cold biasanya menurun seiring bertambahnya usia

Patogen yang dapat menyebabkan gejala Common Cold:


 Human rhinovirus (RV) Paling Umum (80%)
 Respiratory syncytial virus (RSV)
 virus influenza, virus parainfluenza
 Coronavirus
 Adenovirus
 enterovirus (coxsackieviruses, echoviruses)
 bocavirus Lebih Jarang
 EBV
 human metapneumovirus (hMPV)
01/27/2023 5
6
PATOFISIOLOGI

01/27/2023
Penularan virus penyebab ISPA dapat terjadi melalui
penghirupan partikel virus atau melalui kontak tangan

Setelah pengendapan di nasofaring, RV menempel pada


reseptor spesifik pada sel epitel; reseptor molekul-1 intraseluler
adhesi (ICAM-1) untuk serotipe utama RV, reseptor lipoprotein
densitas rendah (LDL) untuk serotipe minor RV dan reseptor
yang belum diketahui untuk RV tipe-C. Ini kemudian memulai
peradangan melalui mekanisme yang bergantung pada NF-kB
[24•]

Berbeda dengan virus pernapasan lainnya seperti RSV dan


gejala flu biasa tidak disebabkan oleh efek
influenza, RV tidak memiliki efek sitopatik utama pada sel
sitopatik RV pada sel manusia, melainkan
epitel saluran pernapasan bagian atas
oleh respon inflamasi

RV mengganggu fungsi penghalang epitel, memfasilitasi


paparan sel epitel terhadap bakteri dan mempromosikan infeksi
bakteri sekunder, serta rangsangan eksternal lainnya seperti
iritan dan alergen 01/27/2023 7
MANIFESTASI KLINIS
8
&
KOMPLIKASI

01/27/2023
9
DIAGNOSIS

01/27/2023
10
PENCEGAHAN

01/27/2023
11
TATALAKSANA

01/27/2023
12
KESIMPULAN

01/27/2023
READILY EXCHANGEABLE
POOL
 Kalsium yang terikat protein
 Kalsium kompleks
 Kalsium bebas / terionisasi

Kalsium (Ca²) bebas (terionisasi) inilah yang diukur di dalam darah dan
juga merupakan second messenger yang vital untuk homeostasisnya
sendiri dan berbagai fungsi tubuh lainnya.

01/27/2023 13
FUNGSI KALSIUM
 Sebagai second messenger
 Impuls saraf (penting untuk pelepasan neurotransmiter)
 Eksitasi membran
 Kontraksi otot
 Koagulasi
 Ekspresi gen
 Dukungan struktural
 Proses eksitasi dan sekresi

01/27/2023 14
• Agar semua fungsi kalsium terlaksana, diperlukan reseptor kalsium dan kanal kalsium.
• Kalsium adalah ligan yang mengikat reseptor intraseluler dan ekstraseluler. Ada
reseptor penginderaan kalsium (CaSR) dan kanal kalsium, ditemukan pada membran
sel, ekstraseluler
• Calcium-sensing receptors (CaSRs) penting untuk homeostasis kalsium
• Kanal kalsium sangat penting untuk efek ekstraseluler dan intraseluler yang
diprakarsai oleh kalsium
 Agar komunikasi intraseluler terjadi, ada reseptor yang memiliki ligan khusus yang
dirancang khusus.
 Ada banyak jenis pasangan reseptor-ligan
 Reseptor dibagi menjadi 2 jenis: reseptor intraseluler dan reseptor ekstraseluler
(permukaan sel)
 Ada berbagai jenis reseptor ekstraseluler, 3 yang paling umum :
 Ligan-ion gated
 G-protein coupled
 Enzym linked receptors (terkait tirosin-kinase)
01/27/2023 15
EFEK PENGIKATAN LIGAN KE RESEPTOR
EKSTRASELULER
 Pembukaan Saluran Ionik (Ionotropik)
 Aktivasi Protein-g (Metabotropik)
 Katalisis Substrat Langsung (Enzim Terkait Katalitik / Reseptor Terkait
Tirosin - Kinase)

01/27/2023 16
 Konsentrasi Ca²⁺ di CES jauh lebih tinggi daripada di CIS, karena itu konsentrasi dan aliran
listrik yang mengarah ke dalam.
 Ca²⁺ intraseluler yang tinggi dapat beracun bagi sel, karena itu diperlukan pengaturan yang
ketat.
 Ca²⁺ intraseluler disimpan dalam retikulum endoplasma dan organel sel lainnya

01/27/2023 17
01/27/2023 18
Tetanus adalah penyakit akut, berpotensi fatal yang ditandai dengan
rigiditas dan spasme otot skeletal, disebabkan oleh neurotoxin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani.

Gram Positif
Anaerob
Berbentuk batang
Berspora
Sensitif terhadap panas

01/27/2023 19
Clostridium tetani

Spora : Spora Luka anaerob


 Sangat tahan terhadap panas
 Kebal terhadap beberapa antiseptik eksotoksin

Terdapat di : Tetanospasmin
 Tanah
 Debu Spasme dan rigiditas
 Kotoran manusia dan hewan

01/27/2023 20
Epidemiologi
Amerika Serikat : Jarang terjadi
Angka kematian akibat tetanus turun secara konstan sejak
awal tahun 1990, dan insidensi tetanus telah menurun
sejak pertengahan hingga akhir tahun 1940 →
penggunaan tetanus toxoid, ↑ managemen perawatan
luka, dan penggunaan TIG sebagai profilaksis post
exposure dalam tatalaksana luka
2009 → 19 kasus dilaporkan, mortalitas 2 kasus →
individu yang belum divaksinasi atau tanpa booster dalam
10 tahun terakhir

Di negara berkembang : mortalitas > 50%, dengan estimasi


angka kematian 800.000 – 1.000.000 /tahun.
1999-2000 → 156 kasus dilaporkan, mortalitas 35,2% (RS.
Hasan Sadikin, Bandung)
2003-1004 → 54 kasus delaporkan, mortalitas 47% (RS
Sanglah, Denpasar)
01/27/2023 21
TETANUS

Diagnosis secara klinis.


•Trismus

•Risus Sardonicus
•Kaku / spasme otot

Tidak ada tes laboratorium


yang spesifik

01/27/2023 22
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk
melaporkan suatu kasus tetanus pada anak laki-
laki usia 8 tahun 9 bulan

01/27/2023 23
24
KASUS

01/27/2023
• HD, 8 tahun, 9 bulan
5 hari 4 hari 2 hari
17 Januari 2017
Masuk RS USU

Kaku Demam
Kaku mulut seluruh
tubuh

•Batuk pilek tidak dijumpai


•Mual dan muntah tidak dijumpai
•BAK dan BAB dalam batas normal
•Riw gigi berlubang dan keluar cairan dari telinga tidak dijumpai 25
•Riwayat luka dijumpai pada telapak kaki kiri akibat tertusuk kulit siput
•Status imunisasi tidak jelas
•Sudah mendapat ATS 10.000 U di RS Dr. H. Kumpulan Pane
PEMERIKSAAN FISIK

Sens = CM, Temp : 37,5 0C, BB : 14 kg, Ekstremitas


TB: 100 cm, BB/TB : 93% Kaku (+)
Nadi : 10x/min, reg, t/v cukup,
Kepala CRT < 3”,
Wajah : Risus Sardonicus (+) TD : 110/80 mmHg,
Mata : Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor 3mm/3mm Luka tusuk (+) pada plantar kaki
Telinga/Hidung : Sekret (-/-) / normal kiri regio kalkaneus
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1 cm

Leher : Kaku kuduk (+), pemb KGB (-) Genitalia : Laki-laki, normal

Thoraks : SF, retraksi (-)


HR : 108 x /min, reg, murmur (-)
RR : 48 x / min, reg, ronkhi (-)

Abdomen : Abdomen Rigidity (+), opistotonus (-),


peristaltik (+) N, H/L tidak teraba
26
Hasil Laboratorium (17 Januari 2017) Diagnosa Banding :
1. Tetanus
Darah Lengkap 2. Meningitis
Hemoglobin (Hb) : 11.1 gr/dl 3. Peritonsilar Abses
Hematokrit (Ht) : 32.6 % 4. Rabies
Leukosit : 12,610/µl
Eritrosit : 4.16 x 106/ µl
Trombosit : 262 x 103/ µl
Hitung Jenis
Neutrofil segmen : 75.4 % Diagnosis Kerja :
Limfosit : 14.3 % Tetanus
Monosit : 7.3 %
Eosinofil : 2.6 %
Basofil : 0.4 %

Kadar Gula Darah Sewaktu : 135 mg/dl


01/27/2023 27
Penatalaksanaan :
1. Anti Kejang :
Diazepam: 10 mg / IV (dose berantas)
Diazepam maintenance: 3-5mg / kg / hari = 42-70 mg/hari
= 44 mg / hari
= 5,5mg / 3 jam / IV
2. IVFD D5% NaCl 0,45 % 45 gtt/i (mikro)
3. ATS IV 30,000 U dalam 30-45 menit, dilarutkan dalam 200 cc NaCl 0,9%
4. Metronidazole :
Loading dose : 15mg /kg /IV = 210 mg /IV dalam 30 menit
Maintanance : 30mg /kg /hari = 420mg /day = 100 mg /6jam /IV
5. Diet 1440 kKal dengan 66 gram protein
6. Konsul Bedah untuk eksplorasi luka

01/27/2023 28
18 Januari 2017
S : Kejang rangsang (+), kejang spontan (+) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 36.7 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 108x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1 cm

Leher : Pembesaran KGB (-) A : Tetanus

Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 90 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV (H1)
RR : 20 x / min, reg, ronkhi (-) -Inj Diazepam 5.5 mg / 3 jam/ IV (H1)
-Inj Diazepam 10 mg, kalau kejang
-Diet SV 1440 kKal dengan 66 gram protein
-Inj Tetanus Toxoid 0.5 cc pada deltoid - sinister /
Abdomen : Abdomen rigidity (+), opistotonus (-), IM
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba

29
19 Januari 2017
S : Kejang rangsang (+), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 37,2 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 100x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 110/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1 cm

Leher : Pembesaran KGB (-) A : Tetanus

Thoraks : SF, retraksi (-) P : -O2 nasal kanul 1-2 liter/menit


HR : 100 x /min, reg, murmur (-) -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
RR : 36 x / min, reg, ronkhi (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV (H2)
-Inj Diazepam 5.5 mg / 2 jam/ IV (H2)
(4,7 mg/kg BB/hari dibagi dalam 12 dosis)
-Inj Diazepam 10 mg, kalau kejang
Abdomen : Abdomen rigidity (+), opistotonus (-), -Diet SV 1440 kKal dengan 66 gram protein
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba

30
20 Januari 2017
S : Kejang rangsang (+), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 37,2 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 100x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1,5 cm

Leher : Pembesaran KGB (-) A : Tetanus

Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 100 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV (H3)
RR : 34 x / min, reg, ronkhi (-) -Inj Diazepam 5.5 mg / 2 jam/ IV (H3)
(4,7 mg/kg BB/hari dibagi dalam 12 dosis)
-Diet SV 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+), opistotonus (-),
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba

31
21 - 22 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 37,0 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 100x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1,5 cm

Leher : Pembesaran KGB (-) A : Tetanus

Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 100 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
RR : 30 x / min, reg, ronkhi (-) (H4, H5)
-Inj Diazepam 5.5 mg / 2 jam/ IV (H4, H5)
(4,7 mg/kg BB/hari dibagi dalam 12 dosis)
-Diet SV 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+), opistotonus (-),
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba

32
23 - 24 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+)↓ Kaku (+)↓,
O : Sens : CM, T : 36,8 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 90x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 2 cm

Leher : Pembesaran KGB (-) A : Tetanus

Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 90 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
RR : 25 x / min, reg, ronkhi (-) (H6,H7)
-Inj Diazepam 5.5 mg / 3 jam/ IV (H6,H7)
(3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 8 dosis)
-Diet SV 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+) ↓, opistotonus -Fisioterapi
(-), peristaltik (+) N, H/L tidak teraba

33
25 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+)↓ Kaku (-),
O : Sens : CM, T : 37,1 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 105x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 110/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 2 cm

Leher : Pembesaran KGB (-) A : Tetanus

Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 4 gtt/i (mikro)
HR : 105 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
RR : 32 x / min, reg, ronkhi (-) (H8)
-Inj Diazepam 5 mg / 3 jam/ IV (H8)
(2,8 mg/kg BB/hari dibagi dalam 8 dosis)
-Diet MII 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+) ↓, opistotonus (-), -Fisioterapi
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba

34
26 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+)↓↓ Kaku (-)
O : Sens : CM, T : 36,8 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm Nadi : 90x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (-) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) ↓↓ mulut terbuka 2,5 cm

Leher : Pembesaran KGB (-) A : Tetanus

Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 4 gtt/i (mikro)
HR : 90 x /min, reg, murmur (-) → AFF
RR : 25 x / min, reg, ronkhi (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
(H9) → AFF
-Diazepam 5 mg / 3 jam/ oral
-Diet MII 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (-), -Fisioterapi
opistotonus (-), peristaltik (+) N, H/L tidak teraba

35
Pasien pulang berobat jalan pada tanggal 27
Januari 2017

01/27/2023 36
37
DISKUSI

01/27/2023
Cara Transmisi Kasus

 Spora C. tetani bisa ditemukan di tanah,  Pada telapak kaki kiri pasien dijumpai
debu atau kotoran hewan dan manusia. luka tusuk akibat kulit siput. Tidak
dijumpai luka bakar, riwayat infeksi
 Sumber infeksi biasanya melalui luka.
telinga atau gigi dan riwayat gigitan
Setelah masuk ke tubuh manusia melalui hewan pada pasien.
luka, dalam suasana anaerob, spora
berkembang menjadi bentuk vegetatif dan
melepaskan toksin.
 Tetanus juga bisa berkembang akibat
abses, gangren, luka bakar, gigitan hewan,
infeksi telinga atau gigi, aborsi,
persalinan.
 Tetanus satu satunya penyakit infeksi yang
dapat dicegah dengan vaksin tapi tidak
menular dari manusia ke manusia.

38
Manifestasi Klinis Kasus
 Masa inkubasi 5-14 hari (3-21 hari)  Masa inkubasi pada pasien tidak jelas,
 Makin lama MI makin ringan gejala karena ibu pasien baru mengetahui adanya
luka pada telapak kaki pasien 4 hari
 Pemeriksaan fisik: sebelum masuk rumah sakit saat pasien di
 Trismus RS. Dr. H. Kumpulan Pane, dan diketahui
 Risus sardonicus
dari dijumpainya serpihan kulit siput pada
telapak kaki pasien.
 Dinding perut seperti papan akibat
spasme otot ( muscular rigidity)  Pasien masuk RS dengan keluhan kaku
 Opistotonus, tangan fleksi, kaki ekstensi seluruh tubuh
 Kejang umum baik spontan atau  Pada pemeriksaan fisik :
dirangsang akibat spasme hebat  Trismus (+)
menyeluruh  Risus sardonicus (+)
 Periode apnoe akibat spasme otot  Muscular Rigidity (+)
interkosta dan diafragma
 Opistotonus (-), tangan fleksi (+), kaki
 Gangguan otonom : hipertensi dan ekstensi (+)
takikardi atau hipotensi dan bradikardi,
cardiac arrest
01/27/2023 39
Diagnosis Kasus
 Diagnosis berdasarkan dari hasil  Anamnesis :
anamnesis dan pemeriksan fisik.  Luka tusuk pada telapak kaki (+)
 Anamnesis :  Keluar nanah dari telinga (-)
 Luka tusuk, fraktur terbuka, gigitan  Gigi berlubang (-)
hewan  Riwayat imunisasi tidak jelas
 Keluar nanah dari telinga
 Gigi berlubang  Pemeriksaan fisik
 Imunisasi  Trismus (+)
 Risus sardonicus (+)
 Pemeriksaan fisik
 Opistotonus (-)
 Trismus
 Laboratorium
 Risus sardonicus
 Leukositosis (+)
 Opistotonus
 Laboratorium
 Tidak ada tes laboratorium yang
spesifik
 Hasil lab bisa menunjukkan moderate
leukositosis 01/27/2023 40
Penatalaksanaan Kasus

 Tatalaksana tertunda  fatal  Antibiotik


 Penatalaksanaan pasien tetanus dilakukan  Metronidazole :
dengan tujuan untuk eradikasi  Loading dose : 15mg /kg /IV = 210
spora/bentuk vegetativ C. tetani dan mg /IV dalam 30 menit
mengganggu kondisi pertumbuhannya,  Maintanance : 30mg /kg /hari =
menghentikan produksi toksin, 420mg /day = 100 mg /6jam /IV
menetralisasi toksin yang belum berikatan,
mengontrol manifestasi penyakit
 Antibiotik
 Metronidazole, loading dose 15 mg/kg
iv drips dalam 30’, diikuti maintainance
dose 30 mg/kg/hari dibagi dalam 4
dosis, selama 7-10 hari
 Procaine penicilline : 50.000 – 100.000
U/kg/hari, selama 7-10 hari

01/27/2023 41
Lanj Penatalaksanaan Kasus

 Antitoksin  Antitoksin
 Sediaan antitoksin tetanus :  ATS IV 30,000 U dalam 30-45 menit,
 Antitetanus serum/ATS, berasal dari dilarutkan dalam 200 cc NaCl 0,9%
serum kuda, ampul 1 ml 1500 IU, dan
vial 4 ml 20000 IU
 Human tetanus imunoblobulin (HTIG),  Pasien diberikan Inj Tetanus Toxoid 0.5 cc
®
Tetagam ampul 1 ml 250 IU pada deltoid - sinister / IM pada tanggal
 Dosis : 18 Januari 2017 (H1 Rawatan)
 Human tetanus immunoglobulin
(HTIG) 3000-6000 U/IM, atau
 ATS 40.000 U, 20.000 U/IM & 20.000
U dilarutkan dalam 200 ml NaCl 0.9%,
diberikan dalam 30-45 mnt/infus
 Tetanus toksoid diberikan saat masuk
RS dan satu bulan setelah pulang

01/27/2023 42
Lanj Penatalaksanaan Kasus

 Anti Konvulsan  Anti Konvulsan :


 Atasi kejang dengan Diazepam : 10-20  Diazepam: 10 mg / IV (dose berantas)
mg/IV atau rectal  Diazepam maintenance: 3-5mg / kg /
 Setelah kejang teratasi, lanjutkan hari = 42-70 mg/hari = 44 mg / hari =
dengan dosis 3-4 mg/kg/hari/IV, dengan 5,5mg / 3 jam / IV
continious infusion atau dosis terbagi
setiap 2 atau 3 jam (sesuai klinis),dosis
bisa dinaikkan hingga maksimum
25mg/kg/hari
 Dengan dosis maksimal kejang masih
terjadi  antikonvulsan lain

01/27/2023 43
Lanj Penatalaksanaan Kasus

 Tindakan bedah untuk membersihkan luka  Pasien dikonsul ke divisi bedah untuk
(debridement). eksplorasi luka

 Suasana ruang rawatan yang tenang dan  Pasien dirawat di ruangan tersendiri (satu
nyaman. kamar hanya terdiri dari pasien sendiri),
dengan lampu tidak dinyalakan dan
suasana dikondisikan setenang mungkin
 Dukungan respirasi dengan oksigen,
endotracheal tube, dan ventilasi mekanik.
 Pasien hanya memerlukan dukungan
respirasi dengan O2 nasal kanul sesekali
dan tidak memerlukan endotracheal tube
dan ventilasi mekanik.

01/27/2023 44
Prognosis Kasus

 Prognosis tetanus ditentukan oleh:  Masa inkubasi pada pasien tidak jelas,
 Masa inkubasi karena ibu pasien baru mengetahui adanya
luka akibat tertusuk kulit siput pada
Masa inkubasi < 7 hari
telapak kaki pasien 4 hari sebelum masuk
 Period of onset rumah sakit saat pasien di RS dan selama
Period of onset < 48 jam ini pasien tidak pernah mengeluh soal luka
 Jenis luka tersebut.
Luka yang luas, luka akibat  Period of onset pada pasien ini satu hari
pembedahan, luka bakar (< 48 jam)
 Keadaan status imunitas pasien ↓  Jenis luka pada pasien adalah luka tusuk
 Generelized tetanus
 Pasien mengalami generelized tetanus
 Suhu diatas 40 0C
 Temperature tertinggi pada pasien masih
 Takikardi (>120x/menit)
dibawah 40 0C
 Denyut jantung pasien masih dalam batas
normal

01/27/2023 45
Faktor Resiko & Pencegahan Kasus

 Riwayat Imunisasi  Riwayat imunisasi pada pasien tidak jelas


 Imunisasi DTP diberikan pada usia 2,
3, 4 bulan dan boosternya diberikan
pada usia 18 bulan, 5 tahun.
 Usia 10-12 tahun → Td/Tdap
 Usia 12-18 tahun → Tdap

01/27/2023 46
KESIMPULAN
 Telah dilaporkan kasus tetanus pada anak laki-laki usia 8 tahun 9 bulan
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik
 Pasien menunjukkan perbaikan klinis setelah 10 hari dirawat di Rumah Sakit

01/27/2023 47
01/27/2023 48

Anda mungkin juga menyukai