01/27/2023
2
PENDAHULUAN
01/27/2023
Infeksi virus akut pada saluran pernapasan bagian atas (URTI)
yang biasanya sembuh sendiri
Common Cold
01/27/2023
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa
biasanya mengalami 1-3 ISPA per tahun
01/27/2023
Penularan virus penyebab ISPA dapat terjadi melalui
penghirupan partikel virus atau melalui kontak tangan
01/27/2023
9
DIAGNOSIS
01/27/2023
10
PENCEGAHAN
01/27/2023
11
TATALAKSANA
01/27/2023
12
KESIMPULAN
01/27/2023
READILY EXCHANGEABLE
POOL
Kalsium yang terikat protein
Kalsium kompleks
Kalsium bebas / terionisasi
Kalsium (Ca²) bebas (terionisasi) inilah yang diukur di dalam darah dan
juga merupakan second messenger yang vital untuk homeostasisnya
sendiri dan berbagai fungsi tubuh lainnya.
01/27/2023 13
FUNGSI KALSIUM
Sebagai second messenger
Impuls saraf (penting untuk pelepasan neurotransmiter)
Eksitasi membran
Kontraksi otot
Koagulasi
Ekspresi gen
Dukungan struktural
Proses eksitasi dan sekresi
01/27/2023 14
• Agar semua fungsi kalsium terlaksana, diperlukan reseptor kalsium dan kanal kalsium.
• Kalsium adalah ligan yang mengikat reseptor intraseluler dan ekstraseluler. Ada
reseptor penginderaan kalsium (CaSR) dan kanal kalsium, ditemukan pada membran
sel, ekstraseluler
• Calcium-sensing receptors (CaSRs) penting untuk homeostasis kalsium
• Kanal kalsium sangat penting untuk efek ekstraseluler dan intraseluler yang
diprakarsai oleh kalsium
Agar komunikasi intraseluler terjadi, ada reseptor yang memiliki ligan khusus yang
dirancang khusus.
Ada banyak jenis pasangan reseptor-ligan
Reseptor dibagi menjadi 2 jenis: reseptor intraseluler dan reseptor ekstraseluler
(permukaan sel)
Ada berbagai jenis reseptor ekstraseluler, 3 yang paling umum :
Ligan-ion gated
G-protein coupled
Enzym linked receptors (terkait tirosin-kinase)
01/27/2023 15
EFEK PENGIKATAN LIGAN KE RESEPTOR
EKSTRASELULER
Pembukaan Saluran Ionik (Ionotropik)
Aktivasi Protein-g (Metabotropik)
Katalisis Substrat Langsung (Enzim Terkait Katalitik / Reseptor Terkait
Tirosin - Kinase)
01/27/2023 16
Konsentrasi Ca²⁺ di CES jauh lebih tinggi daripada di CIS, karena itu konsentrasi dan aliran
listrik yang mengarah ke dalam.
Ca²⁺ intraseluler yang tinggi dapat beracun bagi sel, karena itu diperlukan pengaturan yang
ketat.
Ca²⁺ intraseluler disimpan dalam retikulum endoplasma dan organel sel lainnya
01/27/2023 17
01/27/2023 18
Tetanus adalah penyakit akut, berpotensi fatal yang ditandai dengan
rigiditas dan spasme otot skeletal, disebabkan oleh neurotoxin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani.
Gram Positif
Anaerob
Berbentuk batang
Berspora
Sensitif terhadap panas
01/27/2023 19
Clostridium tetani
Terdapat di : Tetanospasmin
Tanah
Debu Spasme dan rigiditas
Kotoran manusia dan hewan
01/27/2023 20
Epidemiologi
Amerika Serikat : Jarang terjadi
Angka kematian akibat tetanus turun secara konstan sejak
awal tahun 1990, dan insidensi tetanus telah menurun
sejak pertengahan hingga akhir tahun 1940 →
penggunaan tetanus toxoid, ↑ managemen perawatan
luka, dan penggunaan TIG sebagai profilaksis post
exposure dalam tatalaksana luka
2009 → 19 kasus dilaporkan, mortalitas 2 kasus →
individu yang belum divaksinasi atau tanpa booster dalam
10 tahun terakhir
•Risus Sardonicus
•Kaku / spasme otot
01/27/2023 22
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk
melaporkan suatu kasus tetanus pada anak laki-
laki usia 8 tahun 9 bulan
01/27/2023 23
24
KASUS
01/27/2023
• HD, 8 tahun, 9 bulan
5 hari 4 hari 2 hari
17 Januari 2017
Masuk RS USU
Kaku Demam
Kaku mulut seluruh
tubuh
Leher : Kaku kuduk (+), pemb KGB (-) Genitalia : Laki-laki, normal
01/27/2023 28
18 Januari 2017
S : Kejang rangsang (+), kejang spontan (+) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 36.7 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 108x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1 cm
Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 90 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV (H1)
RR : 20 x / min, reg, ronkhi (-) -Inj Diazepam 5.5 mg / 3 jam/ IV (H1)
-Inj Diazepam 10 mg, kalau kejang
-Diet SV 1440 kKal dengan 66 gram protein
-Inj Tetanus Toxoid 0.5 cc pada deltoid - sinister /
Abdomen : Abdomen rigidity (+), opistotonus (-), IM
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba
29
19 Januari 2017
S : Kejang rangsang (+), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 37,2 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 100x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 110/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1 cm
30
20 Januari 2017
S : Kejang rangsang (+), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 37,2 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 100x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1,5 cm
Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 100 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV (H3)
RR : 34 x / min, reg, ronkhi (-) -Inj Diazepam 5.5 mg / 2 jam/ IV (H3)
(4,7 mg/kg BB/hari dibagi dalam 12 dosis)
-Diet SV 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+), opistotonus (-),
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba
31
21 - 22 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+) Kaku (+),
O : Sens : CM, T : 37,0 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 100x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 1,5 cm
Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 100 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
RR : 30 x / min, reg, ronkhi (-) (H4, H5)
-Inj Diazepam 5.5 mg / 2 jam/ IV (H4, H5)
(4,7 mg/kg BB/hari dibagi dalam 12 dosis)
-Diet SV 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+), opistotonus (-),
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba
32
23 - 24 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+)↓ Kaku (+)↓,
O : Sens : CM, T : 36,8 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 90x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 2 cm
Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 20 gtt/i (mikro)
HR : 90 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
RR : 25 x / min, reg, ronkhi (-) (H6,H7)
-Inj Diazepam 5.5 mg / 3 jam/ IV (H6,H7)
(3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 8 dosis)
-Diet SV 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+) ↓, opistotonus -Fisioterapi
(-), peristaltik (+) N, H/L tidak teraba
33
25 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+)↓ Kaku (-),
O : Sens : CM, T : 37,1 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm nadi : 105x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 110/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (+) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) mulut terbuka 2 cm
Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 4 gtt/i (mikro)
HR : 105 x /min, reg, murmur (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
RR : 32 x / min, reg, ronkhi (-) (H8)
-Inj Diazepam 5 mg / 3 jam/ IV (H8)
(2,8 mg/kg BB/hari dibagi dalam 8 dosis)
-Diet MII 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (+) ↓, opistotonus (-), -Fisioterapi
peristaltik (+) N, H/L tidak teraba
34
26 Januari 2017
S : Kejang rangsang (-), kejang spontan (-) Ekstremitas :
Demam (-), mulut kaku (+)↓↓ Kaku (-)
O : Sens : CM, T : 36,8 0C, BB: 14 Kg, TB: 100 cm Nadi : 90x/min, reg, t/v cukup,
CRT < 3”,
Kepala TD : 100/70 mmHg
Wajah : Risus Sardonicus (-) Luka tusuk (+) pada plantar kaki kiri regio
Mata : R/C (+/+), Konj Palp Pucat (-/-), pupil isokor kalkaneus (terbuka)
3mm/3mm
Telinga/Hidung : Sekret, (-/-) / normal
Mulut : Trismus (+) ↓↓ mulut terbuka 2,5 cm
Thoraks : SF, retraksi (-) P : -IVFD D5% NaCl 0,45 % 4 gtt/i (mikro)
HR : 90 x /min, reg, murmur (-) → AFF
RR : 25 x / min, reg, ronkhi (-) -Inj Metronidazole 100 mg/ 6 jam / IV
(H9) → AFF
-Diazepam 5 mg / 3 jam/ oral
-Diet MII 1400 kKal dengan 30 gram protein
Abdomen : Abdomen rigidity (-), -Fisioterapi
opistotonus (-), peristaltik (+) N, H/L tidak teraba
35
Pasien pulang berobat jalan pada tanggal 27
Januari 2017
01/27/2023 36
37
DISKUSI
01/27/2023
Cara Transmisi Kasus
Spora C. tetani bisa ditemukan di tanah, Pada telapak kaki kiri pasien dijumpai
debu atau kotoran hewan dan manusia. luka tusuk akibat kulit siput. Tidak
dijumpai luka bakar, riwayat infeksi
Sumber infeksi biasanya melalui luka.
telinga atau gigi dan riwayat gigitan
Setelah masuk ke tubuh manusia melalui hewan pada pasien.
luka, dalam suasana anaerob, spora
berkembang menjadi bentuk vegetatif dan
melepaskan toksin.
Tetanus juga bisa berkembang akibat
abses, gangren, luka bakar, gigitan hewan,
infeksi telinga atau gigi, aborsi,
persalinan.
Tetanus satu satunya penyakit infeksi yang
dapat dicegah dengan vaksin tapi tidak
menular dari manusia ke manusia.
38
Manifestasi Klinis Kasus
Masa inkubasi 5-14 hari (3-21 hari) Masa inkubasi pada pasien tidak jelas,
Makin lama MI makin ringan gejala karena ibu pasien baru mengetahui adanya
luka pada telapak kaki pasien 4 hari
Pemeriksaan fisik: sebelum masuk rumah sakit saat pasien di
Trismus RS. Dr. H. Kumpulan Pane, dan diketahui
Risus sardonicus
dari dijumpainya serpihan kulit siput pada
telapak kaki pasien.
Dinding perut seperti papan akibat
spasme otot ( muscular rigidity) Pasien masuk RS dengan keluhan kaku
Opistotonus, tangan fleksi, kaki ekstensi seluruh tubuh
Kejang umum baik spontan atau Pada pemeriksaan fisik :
dirangsang akibat spasme hebat Trismus (+)
menyeluruh Risus sardonicus (+)
Periode apnoe akibat spasme otot Muscular Rigidity (+)
interkosta dan diafragma
Opistotonus (-), tangan fleksi (+), kaki
Gangguan otonom : hipertensi dan ekstensi (+)
takikardi atau hipotensi dan bradikardi,
cardiac arrest
01/27/2023 39
Diagnosis Kasus
Diagnosis berdasarkan dari hasil Anamnesis :
anamnesis dan pemeriksan fisik. Luka tusuk pada telapak kaki (+)
Anamnesis : Keluar nanah dari telinga (-)
Luka tusuk, fraktur terbuka, gigitan Gigi berlubang (-)
hewan Riwayat imunisasi tidak jelas
Keluar nanah dari telinga
Gigi berlubang Pemeriksaan fisik
Imunisasi Trismus (+)
Risus sardonicus (+)
Pemeriksaan fisik
Opistotonus (-)
Trismus
Laboratorium
Risus sardonicus
Leukositosis (+)
Opistotonus
Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium yang
spesifik
Hasil lab bisa menunjukkan moderate
leukositosis 01/27/2023 40
Penatalaksanaan Kasus
01/27/2023 41
Lanj Penatalaksanaan Kasus
Antitoksin Antitoksin
Sediaan antitoksin tetanus : ATS IV 30,000 U dalam 30-45 menit,
Antitetanus serum/ATS, berasal dari dilarutkan dalam 200 cc NaCl 0,9%
serum kuda, ampul 1 ml 1500 IU, dan
vial 4 ml 20000 IU
Human tetanus imunoblobulin (HTIG), Pasien diberikan Inj Tetanus Toxoid 0.5 cc
®
Tetagam ampul 1 ml 250 IU pada deltoid - sinister / IM pada tanggal
Dosis : 18 Januari 2017 (H1 Rawatan)
Human tetanus immunoglobulin
(HTIG) 3000-6000 U/IM, atau
ATS 40.000 U, 20.000 U/IM & 20.000
U dilarutkan dalam 200 ml NaCl 0.9%,
diberikan dalam 30-45 mnt/infus
Tetanus toksoid diberikan saat masuk
RS dan satu bulan setelah pulang
01/27/2023 42
Lanj Penatalaksanaan Kasus
01/27/2023 43
Lanj Penatalaksanaan Kasus
Tindakan bedah untuk membersihkan luka Pasien dikonsul ke divisi bedah untuk
(debridement). eksplorasi luka
Suasana ruang rawatan yang tenang dan Pasien dirawat di ruangan tersendiri (satu
nyaman. kamar hanya terdiri dari pasien sendiri),
dengan lampu tidak dinyalakan dan
suasana dikondisikan setenang mungkin
Dukungan respirasi dengan oksigen,
endotracheal tube, dan ventilasi mekanik.
Pasien hanya memerlukan dukungan
respirasi dengan O2 nasal kanul sesekali
dan tidak memerlukan endotracheal tube
dan ventilasi mekanik.
01/27/2023 44
Prognosis Kasus
Prognosis tetanus ditentukan oleh: Masa inkubasi pada pasien tidak jelas,
Masa inkubasi karena ibu pasien baru mengetahui adanya
luka akibat tertusuk kulit siput pada
Masa inkubasi < 7 hari
telapak kaki pasien 4 hari sebelum masuk
Period of onset rumah sakit saat pasien di RS dan selama
Period of onset < 48 jam ini pasien tidak pernah mengeluh soal luka
Jenis luka tersebut.
Luka yang luas, luka akibat Period of onset pada pasien ini satu hari
pembedahan, luka bakar (< 48 jam)
Keadaan status imunitas pasien ↓ Jenis luka pada pasien adalah luka tusuk
Generelized tetanus
Pasien mengalami generelized tetanus
Suhu diatas 40 0C
Temperature tertinggi pada pasien masih
Takikardi (>120x/menit)
dibawah 40 0C
Denyut jantung pasien masih dalam batas
normal
01/27/2023 45
Faktor Resiko & Pencegahan Kasus
01/27/2023 46
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus tetanus pada anak laki-laki usia 8 tahun 9 bulan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik
Pasien menunjukkan perbaikan klinis setelah 10 hari dirawat di Rumah Sakit
01/27/2023 47
01/27/2023 48