ICU
SISTEM PERHITUNGAN OBAT PARENTERAL
DOPAMIN
1 ampul /vial = 200 mg
Indikasi :
Mengatasi hipotensi dengan tanda dan gejala syok
Gagal jantung kongestif
Obat kelas II pada bradikardi dengan hipotensi setelah atropine
Dosis :
Rendah 1-5 mcg/kgBB/menit Reseptor dopaminergik terutama di ginjal,
mesenterium, dan pembuluh coroner
Sedang 5-10 mcg/kgBB/menit Meningkatnya tekanan sistolik dan
tekanan nadi tanpa mengubah tekanan
diastolic
Tinggi 10-20 mcg/kgBB/menit (vasopressor)
Kontraindikasi :
Hipovolemik yang belum terkoreksi
Takiaritmia atau fibrilasi ventrikuler yang belum terkoreksi
Hipertiroid
Efek samping :
Kardiovaskuler :
o Aritmia, terutama takikardi supraventrikuler primer
o Palpitasi
o Angina
o Hipertensi
o Vasokonstriksi
Dyspnea
Sakit kepala, stimulasi SSP
Mual, muntah
Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Dosis x BB x pengenceran x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Contoh :
BB 50 kg, dosis yang diminta 5 mikro, diencerkan dalam NaCl 50 cc
Cara 1 :
200 mg : 50 cc 4 mg : 1 cc 4000 mcg : 1 cc
Rumus : 5 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam
4000
Cara 2 :
Rumus : 5 x 50 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam
200.000
DOBUTAMIN
1 vial = 250 mg
Indikasi :
terapi penunjang inotropik pada pengobatan jangka pendek untuk pasien dewasa dengan
dekompensasi kordis karena penekanan kontraktilitas jantung yang diakibatkan oleh penyakit
jantung organic atau prosedur bedah jantung
Lebih efektif dalam menurunkan tekanan pengisian ventrikel karena tidak meningkatkan
tekanan perifer
Dosis :
Rendah 2-5 mcg/kgBB/menit
Sedang 5-10 mcg/kgBB/menit Meningkatkan kontraktilitas miokard tanpa
meningkatkan frekuensi denyut jantung
Tinggi 10-20 mcg/kgBB/menit
Rumus : Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Rumus :
dengan infus set makro : 1 cc = 20 tetes/menit
dengan infus set mikro : 1 cc = 60 tetes/menit
NOREEPINEFRIN
(vascon®, raivas®)
1 ampul = 4 mg
Rumus : Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis yang diinginkan 0.5 mikro, diencerkan dalam 50 cc NaCl
Cara :
1 mg = 1000 mcg
4 mg = 50 cc
0.08 mg = 1 cc
80 mcg = 1 cc
Indikasi :
pengobatan dan pencegahan angina pectoris
terapi gagal jantung kongestif refrakter berat
Kontraindikasi :
anemia berat, hipotensi, syok kardiogenik
hipertiroid, peningkatan TIK, glaucoma
Efek samping :
hipotensi ortostatik, takikardi
sakit kepala
mual, gangguan GI
Contoh : dosis yang diminta 2 mg/jam, pengenceran 50 cc, jumlah obat yang diencerkan 2 ampul (20
mg)
Jadi : 2 x 50 = 5 cc/jam
20
Contoh : dosis yang diminta 20 mikro/menit, pengenceran 50 cc, jumlah obat yang diencerkan 2
ampul (20 mg)
Jadi : 20 x 50 x 60 = 3 cc/jam
20.000
NICARDIPINE
(Perdipine®)
1 ampul = 10 mg
Kontraindikasi :
dugaan hemostasis inkomplit sesudah terjadi perdarahan intracranial
peningkatan TIK pada stadium akut stroke serebral
Dosis x BB x pengenceran x 60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
FUROSEMIDE
1 ampul = 20 mg
Efek samping : gangguan GI, trombositopenia, leukopenia, mulut kering, peningkatan kadar asam urat
Midazolam
Rumus : Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
NITROGLISERIN
1 ampul = 50 mg
Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm micro)
INSULIN
(Humulin® = 100 unit/cc dan insulin = 40 unit/cc) Injeksi subkutan
Contoh : bila diinginkan dosis 6 unit dengan skala spuit yang dipakai 100 unit maka jumlah obat yang
diberikan adalah :
Actrapid/Insulin = 6 x 100 = 15 strip
40
Humulin = 6 x 100 = 6 strip
100
Dosis x pengenceran
Jumlah obat (unit/cc)
Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam yang diencerkan dalam spuit 50 cc
maka jumlah obat yang diberikan adalah :
Cara : 4 x 50 = 5 cc/jam
40
Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam dalam NaCl 0.9% 500cc yang memakai
infus set makro, maka jumlah obat yang diberikan (tts/mnt) adalah :
Caranya : 4 x 500 x 20 = 16 tts/mnt
40 x 60
HEPARIN
1 vial = 25.000 unit
Indikasi :
Profilaksis dan terapi thrombosis vena dan emboli paru
Terapi emboli arteri
Mencegah pembekuan di arteri jantung dan thrombosis serebral
Antikoagulan pada transfuse darah, dialysis
Untuk kepentingan laboratorium
Kontraindikasi :
Pasien dengan perdarahan trombositopenia, hemophilia, ulkus peptikum, hipertensi, icterus, ancaman
aborsi bedah mayor yang mempengaruhi otak
Efek samping :
Perdarahan, iritasi local, hipersensitif, trombositopenia, osteoporosis, peningkatan SGOT dan SGPT
Dosis disesuaikan dengan APTT dan pemberian pertama 5000 unit bolus
PELUMPUH OTOT
Dibagi 2 :
1. Depolarisasi (suksinilkolin)
Onset 3-5 menit, durasi 5-10 menit
Dosis IV 0.6 mg/kgBB
Ekskresi dalam urine
Dapat menyebabkan fasikulasi otot
2. Nondepolarisasi (untuk pavulon, norcuron)
Hampir sama dengan pankuronium
Onset cepat, durasi 30 menit
Ekskresi dalam urine
Dosis sama dengan pavulon
Efek : KV lebih rendah dibandingkan pankuronium
TRANSFUSI
Contoh : laki-laki dengan Hb 8 gr%, BB 60 kg, dengan target Hb 10 gr%, berapa kantong darah yang
disiapkan ?
Rumus :
PRC = (10 – 8) x (75 x 60 ) = 375 cc
24
WB = ( 10 – 8 ) x (75 x 60 ) = 750 cc
12
Atau :
RUMUS :
1. WHOLE BLOOD (WB) : Δ Hb x BB x 6
2. PACKED CELL (PRC) : Δ Hb x BB x 3
Deskripsi:
Volume 150-250ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal
Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit)
Hct 55-75%
Indikasi:
Pengganti sel darah merah pada anemia
Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau koloid)
Resiko Infeksi
Tidak steril
Dapat menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma yang tidak terdeteksi pemeriksaan rutin
(HIV-1 dan HIV-2, hepatitis B dan C, virus hepatitis lain, syphilis, malaria, TORCH dan
Chagas diseases)
Penyimpanan
Suhu + 2oC hingga 6oC, dapat terjadi perubahan komposisi akibat metabolisme sel darah
merah
Maksimal penyimpanan PRC di bank darah 3 minggu
Harus segera ditransfusikan 30 menit setelah keluar dari tempat penyimpanan
Perhatian
Golongan darah harus sesuai (ABO dan RhD compatible)
Dilarang memasukan obat-obatan ke dalam kantong darah
Penambahan Infus cairan NS 50 – 100 ml dengan infus set-Y memperbaiki aliran tranfuse
Waktu Tranfuse maksimal 4 jam Kecuali pasien dengan Congestive Heart Failure, AKI
(Acute Kidney Injury dan Chornic Kidney Disease)
Deskripsi
Plasma dipisahan dari satu kantong WB (maksimal 6 jam) dibekukan pada 25 oC atau lebih
Terdiri dari factor pembekuan stabil, albumin dan immunoglobulin, F VIII minimal 70% dari
kadar plasma segar normal
Volume 60-180 ml
Indikasi
Defisiensi factor koagulasi (penyait hati, overdosis atikoagulan-warfarin, kehilangan factor
koagulasi pada penerima tranfuse dalam jumlah besar)
DIC
TTp
Dosis: Awal 10 – 15 ml/kgBB
Perhatian:
Reaksi alergi akut dapat terjadi dengan pemberian cepat
Jarang terjadi reaksi anafilaktik berat
Hipovolumia bukan suatu indikasi
ABO kompatibel untuk menghindari resiko hemolysis
Diberikan segera setelah thawing dengan transfuse darah standar
Faktor koagulasi labil, cepat terdegradasi, berikan maksimal 30 menit setelah thawing
Penyimpanan
Pada -25oC atau lebih bertahan hingga 1 tahun
Sebelum digunakan harus di thawing dalam air 30-37oC di bank darah, suhu yang lebih tinggi
akan merusak factor pembekuan dan protein.
Sekali thawing harus disimpan pada suhu + 2oC hingga +6oC
Trombocyte Concentrates
Deskripsi:
Setiap 50 – 60 ml plasma yang dipisahkan dari WB mengandung:
Trombosit minimal 55 x 109
Eritrosit < 1,2 x 109
Leukosit < 0,12 x 109
Indikasi:
Perdarahan akibat trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit
Pencegahan perdarahan karena trombositopenia (gangguan sumsum tulang) kurang dari
10.000/micro liter
Profilaksis perdarahan pada pre operatif dengan trombosit ≤ 100.000 micro liter
Kontraindikasi:
ITP tanpa perdarahan
TTP tanpa perdarahan
DIC yang tidak diterapi
Trombositopenia terkait sepsis, hinga terapi definitive dimulai atau pada hiperspenisme
Dosis: 1 unit TC/10 kgBB
Pada desawa 60-70 kg, 1 unit platelet (dari 4-6 donor) mengandung 240 x 10 9 trombosit yang
dapat meningkat trombosit 20-40 x 109/L
Peningkatan trombosit kurang efektif bila terdapat kondisi-kondisi seperti splenomegeli, DIC
dan Sepsis
Komplikasi:
FNHTR (Febrile non haemolytic) dan reaksi alergi urtikaria jarang terjadi
ALBUMIN
Keterangan :
Albumin N : nilai albumin yang diinginkan
Albumin H : nilai albumin hasil lab
Kandungan Albumin 20% = 20/100 = 0.2 gr/ml
Albumin 25% = 25/100 = 0.25 gr/ml
Contoh : nilai lab albumin 2, dengan target albumin 3, BB 50 kg, koreksi dengan albumin 25% dan
20%
Rumus : (3-2) x 0.8 x 50 = 40 gr
Albumin 20% : 40 gr / 0.2 = 200 cc
Albumin 25% : 40 gr / 0.25 = 160 cc
Atau :
Volume darah untuk anak-anak: BB x 85 cc
Volume darah untuk dewasa: BB x 75 cc
Albumin yang normal dalam tubuh 3,2 – 4,5 dalam 100 cc darah, ambil rata-rata 3,2
RUMUS:
(Albumin normal (3,2) – Albumin pasien x BB x volume
darah)
100
Contoh:
Albumin pasien 2,5gr dengan BB 50kg
Jawab 3,2 – 2,5 x (50 x 75) = 26 gr
100
OBAT-OBAT EMERGENSI
ADRENALIN
1 ampul = 1 ml = 1 mg
Indikasi :
Akut anafilaktik syok, reaksi akut terhadap obat, binatang, serangga, dan allergen
(menghilangkan bronchospasme, urtikaria, angioedema, pembengkakan mukosa)
Local anestesi
Haemostatic agent
Ocular surgery untuk mengontrol perdarahan
Inotropic support pada pasien CHF
Cardiac arrest
Efek samping : nervous, restlessness, takikardia, tremor, sweating, hipertensi, nausea, vomiting,
pallor, weakness
Kontraindikasi : hati-hati digunakan pada pasien Diabetes Mellitus, hipertensi, ischemic heart disease,
hipertiroid, Parkinson
Dosis : bolus dosis awal 1 mg saat resusitasi, boleh diulang dengan dosis yang sama dengan interval
3-5 menit, tidak ada dosis maksimal (selalu diikuti dengan pemberian cairan NaCl 0.9%)
Dosis Adrenalin :
Indikasi Dewasa Anak-anak
Anafilaksis, IM : 10 mcg/kgBB (1:1000) IM : 10 mcg/kgBB (1 : 1000)
bronkospasme IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000) IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000)
Diberikan selama 1-2 menit, jika Diberikan selama 1-2 menit, dapat
diperlukan dapat diulang tiap 5 menit diulang setiap 5 menit jika diperlukan
Cardiac arrest IV : 0.5-1 mg IV : 0.01 mg/kg diulang setiap 3-5
IV infusion : 1-4mcg/menit menit
IV infusion : 0,005-1 mcg/kg/mnt
Auto injector Dewasa dan anak>30kg : 0.3 mg Anak 15-30 kg : 0.15 mg (epiPen)
untuk anafilaktik (epiPen)
syok
SULFAS ATROPIN
1 ampul = 1 ml = 0.25 mg
Indikasi :
Bradikardi simptomatik
Pada PEA jika HR < 60 bpm
Dosis :
Pada bradikardi 0.5 – 1 mg secara IV dan dapat diulang dalam interval 5 menit
Untuk henti jantung dosis 1 mg IV dan dapat diulang interval 3 – 5 menit dengan dosis
maksimal 0.04 mg/kgBB
SA dengan dosis < 0.5 mg dapat menimbulkan bradikardi paradox yang dapat mempresipitasi
terjadinya VF
SA dapat diberikan melalui ETT
Onset : cepat, durasi bervariasi
Dosis : 0.25 – 0.5 mg IV
Efek samping : aritmia, mulut kering, retensi urine
AMIODARON
1 ampul = 3 ml = 150 mg
Indikasi : merupakan obat aritmia atrial dan ventrikel (VT refrakter, AV, SVT)
Dosis : bila VT / VF tanpa nadi diencerkan 20 – 30 ml
150 mg / 10 menit / IV bolus dilanjutkan
360 mg / 6 jam (1 mg/menit) kemudian
540 mg / 18 jam (0.5 mg/menit)
Metabolisme secara aktif di hati
LIDOKAIN
(xilocard®)
Indikasi :
Henti jantung akibat VT/VF
Takikardia dengan QRS lebar jenis tidak jelas
Merupakan obat anti aritmia pilihan kedua setelah amiodaron
Local anesthesia
Dosis :
Pada cardiac arrest dosis bolus 1 – 1.5 mg/kgBB dapat diulang dengan dosis 0.5 – 0.75
mg/kgBB 3 – 5 menit sampai dosis maksimal 3 mg/kgBB
Drip 1 – 4 mg/menit
Cepat, durasi 5 – 20 menit
Efek samping : pusing, kejang, blok jantung, hipotensi, disorientasi, mual, muntah, depresi
pernapasan
Kontraindikasi : total AV block dan gagal jantung
Contoh : 500 mg xylocard dalam 100 ml NaCl 0.9% / D5% dosis permintaan 2 mg/mnt
Cara :
500 mg = 100 ml
5 mg = 1 ml
Rumus : 2 x 100 x 60 = 25 cc/jam
500
CALCIUM GLUCONAS
Indikasi :
Hyperkalemia, hipermagnesemia, hipokalsemia
Dosis : 15 – 30 mg/kgBB IV
Efek : bradikardia
Aritmia pada pasien dengan digitalis
DEKSAMETASON
Indikasi :
Efema jalan nafas, anafilaktik
Onset : dalam menit, durasi 4-6 jam
MgSO4
Indikasi :
Hipomagnesemia
Preeclampsia, eklampsia
Onset : cepat, durasi 4-6 jam
KCl
Indikasi :
Hipokalemia, intoksisitas digoksin
Onset : cepat, durasi : variasi
Dosis : 20 mEq IV dalam 60 menit
Pemberian : dianjurkan melalui vena sentral
Efek : aritmia jantung, cardiac arrest, gangguan neuromuscular
NATRIUM BIKARBONAT
Indikasi :
Asidosis metabolic
Dosis : 1 mg/kgBB
Onset : cepat, durasi : bervariasi
Efek samping : metabolic alkalosis, hiperkarbia, CO↓, SVR↓, kontraktilitas otot jantung ↓
NARCAN
Indikasi :
Antidotum dari opiate
Dosis : 0.04 – 0.4 mg/kgBB, titrasi 2-3 menit
Onset cepat
Durasi tergantung dosis, max.20-60 menit
Efek samping : hipertensi, aritmia, edema paru
Metabolism 95% di hepar
LANOXIN
1 ampul = 2 ml = 0.5 mg
Indikasi :
Atrial fibrilasi
Atrial flutter
GOLONGAN ANALGETIKA
Dibagi 2 :
1. Golongan opioid (morfin, petidin, fentanyl)
2. Golongan non opioid ( tramadol, ketorolac )
1. GOL. OPIOID
A. MORFIN
Dosis di ICU 0.02 – 0.05 mg/kgBB setiap 2-4 jam
Onset 20 menit, durasi 5 jam
Bersifat histamine release
10 x lebih kuat dari petidin
Terlalu cepat = vasodilatasi hebat
Hati-hati pada usia lanjut
Waspada terhadap penyakit ginjal akumulasi
B. PETIDIN
Dosis 0.5-1 mg/kgBB setiap 2-4 jam
Onset 10 menit, durasi 3-4 jam
Bersifat histamine release
Pada penyakit ginjal dapat menyebabkan akumulasi kejang
Cara pemberian 100 mg petidin + NaCl 8 cc beri perlahan
C. FENTANYL
Dosis 0.5-2 mg/kgBB setiap 2-4 jam
Onset 30 detik, durasi 1-2 jam
Lebih poten 75-80x dari morfin
B. TRAMADOL
Sama dengan golongan opioid. Tidak menyebabkan adiksi dan depresi pernafasan
SEDASI
Indikasi : mengurangi ansietas, delirium, agitasi
Dibagi 2 : ringan dan berat
DIAZEPAM
Sediaan 5 mg = 1 ml
Durasi 20-50 jam
Dosis 6-40 mg/jam
MIDAZOLAM
Sediaan 1 mg = 1ml, 5 mg = 1 ml
Durasi 1-4 jam
Dosis 25-30 mg/hari
PROPOFOL
Diberikan drip 25-75 mg/kgBB
Efek : hipotensi, nyeri pada tempat tusukan, depresi nafas
AMINOFILIN
Sediaan 240 mg = 10 ml
Obat status asmatikus
Bolus 2-4 mg/kgBB
Drip 0.2-0.7 mg/kgBB
MANAJEMEN PERIOPERATIF HIPERGLIKEMIA
Pra Operasi
Durante Operasi:
1. Target serum glukosa adalah 120-180 mg/dL.
2. Monitoring gulah darah setiap jam dan hindari kejadian hipoglikemia dengan
pemberian infusan D5½NS.
3. Manajemen ini harus dengan penggunaan insulin intravena secara continuous.
4. Tidak disarankan penggunaan insulin secara subcutaneous.
5. Bila terjadi hipoglikemia, berikan Dextrosa 50% intravena.
Base on Handbook of Stoelting’s Anesthesia and Co-existing disease 4TH
CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan
Homeostasis
Difusi adalah pergerakan zat dari yang berkonsentrasi tinggi ke zat yang
berkonsentrasi rendah. Contoh : pertukaran gas O2 dan CO2 di alveoli
Filtrasi adalah perpindahan cairan dari bagian yang bertekanan tinggi ke bagian
yang bertekanan rendah dibantu oleh tekanan hidrostatik
Osmosis adalah cairan yang berbeda dipisahkan oleh membrane semipermiabel
dan pergerakan cairan terjadi dari cairan yang berkonsentrasi rendah ke carian
yang berkonsentrasi tinggi, sampai cairan itu sama konsentrasinya
Transport aktif adalah pergerakan aktif natrium dari sel ke ekstrasel waktu
depolarisasi sebagai ganti dari kalium yang keluar dari sel. Proses ini memerlukan
energy yang terselenggara atas kerja tim.
Pemasukan Pengeluaran
Cairan yang diminum 1200 ml Ginjal (urine) 1500 ml
Makanan padat 1000 ml Usus halus (feses) 200 ml
Oksidasi 300 ml Paru (udara ekspirasi) 400 ml
Pemasukan total 2500 ml Pengeluaran total 2500 ml
Dehidrasi ringan 2% x BB
(1 kgBB = 1 liter)
Dehidrasi sedang 5% x BB
Dehidrasi berat 8% x BB
Contoh kasus :
BB 50 kg mengalami dehidrasi berat, cairan yang diberikan :
- 8% x 50 kg = 4 liter (4000 ml)
- 20 ml/kgBB (1000 ml) dalam 30 menit – 1 jam
- Sisa deficit 3000 ml :
o 50% nya (1500 ml) dalam 8 jam
o 50% nya (1500 ml) dalam 16 jam
HIPOVOLEMIA
Penyebab :
Gejala :
Penatalaksanaan :
1. Tes cairan : beri cairan 200-300 ml (dewasa) dalam waktu 10-15 menit, bila tekanan
vena sentral < 15 cmH2O. Observasi perubahan tekanan vena sentral, tekanan darah,
paru dan produksi urine.
2. Jika CVP tidak berubah atau naik 2-3 cmH2O kemudian turun lagi, tekanan darah
belum stabil dan bunyi paru normal, beri cairan lagi 200 ml selama 10 menit
3. Jika masalah prerenal, produksi urine akan meningkat lebih dari 20 ml/jam, kegagalan
meningkatkan produksi urine menunjukkan gagal ginjal akut atau adanya obstruksi
4. Jika pasien masih oligouria setelah diberi cairan dan tekanan darah serta CVP kembali
normal, mungkin ada masalah renal
MENGUKUR CVP
Observasi 10 menit, bila TVS (tekanan vena sentral) :
HIPERVOLEMIA
Penyebab :
Gejala :
Sesuai dengan penyebabnya, pengobatan simptomatis dengan pemberian diuretika dan pembatasan
cairan yang masuk, atau kombinasi keduanya
TERAPI CAIRAN
Terapi cairan adalah pemberian cairan intravena untuk pengembalian volume cairan / darah
yang merupakan salah satu bentuk terapi medis yang paling efektif dan baik
Tujuan :
Terapi cairan :
Resusitasi cairan : mengembalikan volume cairan tubuh pada kasus darurat, baik perdarahan,
kehilangan plasma, maupun karena kehilangan cairan elektrolit dalam jumlah yang besar.
1. Resusitasi
Terapi cairan resusitasi (pengganti) adalah semua kehilangan abnormal, baik yang
terlihat atau tidak terlihat bila terjadi hipovolemia
2. Rumatan
Terapi cairan rumatan adalah pemenuhan jumlah air, elektrolit (natrium, kalium,
klorida). Untuk mengganti kebutuhan normal atau mengganti kehilangan rutin harian
seperti urine, uap nafas, dan keringat. Terapi cairan rumatan juga diberikan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang terdiri dari cairan glukosa, asam amino dan lemak.
Sifat-sifat kristaloid Koloid
Berat molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat ke seluruh Lebih lama dalam
sirkulasi
Terhadap hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
Penggunaan Dehidrasi Perdarahan massif
Untuk koreksi perdarahan 2-3x jumlah perdarahan = jumlah perdarahan
KRISTALOID ISOTONIK
KRISTALOID HIPERTONIK
KOLOID
Beberapa contoh yang ada di pasaran : dextran, haemasel, expafusin, dan haester
Dextran 40 Dextran 70
BM 40.000 BM 70.000
Menurunkan viskositas darah Bertahan lebih lama di
Metabolism di hati intravaskuler
Lebih cepat hilang Partikel besar diambil oleh RES
Ekskresi lewat ginjal Ekskresi lewat ginjal
hiperonkotik hiperonkotik
Indikasi :
1. syok hipovolemik
2. hemodilusi isotonic
Efek samping :
1. gagal ginjal
2. anafilaktik
3. diuresis osmotic
4. reaksi biokimia
5. diastasis hemoragik
6. menekan RES
Indikasi :
Sebagai plasma ekspander pada :
1. Hipovolemik
2. Sepsis
3. Trauma
4. Luka bakar
1. Koagulopati (jarang)
2. Edema paru (apabila dosis > 1500 ml/hari)
3. Reaksi anafilaktik (jarang)
4. Serum amylase meningkat
LARUTAN POLIGELIN
ALBUMIN
Endogen :
Diproduksi di hati
Jumlahnya 4-5 gr/kgBB
40% intravascular
60% interstitial (masuk ke sirkulasi melalui aliran kelenjar limfa)
Berperan menentukan tekanan onkotik plasma
Mengalami metabolism di sel menjadi asam amino
Katabolisme akan meningkatkan metabolism albumin
Menurun pada sindrom nefrotik, EPH gestosis, trauma
Sintesis meningkat bila fungsi hati normal dan nutrisi cukup
Eksogen :
Kesimpulan :
Suatu tindakan dengan memasukkan kateter CVC dari pembuluh darah tepi (vena subclavia)
sampai ujungnya berada di atrium kanan atau di muara vena cava superior atau vena cava
inferior.
Tujuan:
Prosedur kerja
1. Mengganti cairan Infus dengan cairan Isotonik bila terpasang cairan hipertonik
2. Mempercepat tetesan infus untuk menilai kelancaran aliran cairan
3. Menghentlkan aliran cairan ke pasien dengan memutar three way stop coch
4. Mengalirkan cairan infus ke arah manometer sampai setinggi 20 cm H20 di atas titik nol
5. Menghentikan cairan infus yang mengalir ke arah manometer dengan mengunci infus set
6. Mengalirkan cairan dari manometer ke pasien dengan cara memutar three way stop coch
7. Menentukan titik nol pada manometer dengan cara mengukur antara inter costae 4 pada
garis mid axial menggunakan water pas
8. Menunggu sampai cairan dalam manometer tidak turun lagi sambil memper hatikan
undulasi yang sesuai dengan irama pernafasan
9. Menghitung nilai CVP
10. Mengalirkan kembali tetesan infus menuju pasien
11. Cuci tangan
GANGGUAN ELEKTROLIT
NO ELEKTROLIT EKSTRASELULER INTRASELULER
1 KATION
Natrium (Na+) 144 mEq 15 mEq
Kalium (K+) 5 mEq 150 mEq
Kalsium (Ca++) 2 mEq 3 mEq
Magnesium (Mg++) 1,5 mEq 27 mEq
2 Aniom
Klorida (CL-) 114 mEq 1 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 30 mEq 1 omEq
Fosfat (HPO42-) 2 mEq 100 mEq
Sulfat (SO42-) 1 mEq 20 mEq
Protein 1 mEq 60 mEq
NATRIUM
HIPONATREMI
Penyebab :
Gejala :
HIPERNATREMI
Definisi : keadaan bila kadar natrium darah > 150 mEq/L
Pada keadaan dehidrasi berat disertai syok/presyok berikan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
atau Albumin 5%
Setelah syok teratasi berikan larutan yang mengandung Na 75-80 mEq/L, misalnya NaCl-
dextrosa (2A) atau DG half strength sampai ada diuresis, kemudian berikan K 40 mEq/L
Bila ada hipokalsemia berikan Ca glukonas sesuai kebutuhan
Penurunan kadar natrium serum tidak melebihi 0,5 mEq/L
Penyebab :
1. Pengeluaran cairan
2. Pemasukan garam berlebih baik dari makanan, cairan infus dll
3. Diabetes insipidus
4. Tenggelam dalam laut
Gejala :
1. Rasa haus
2. Lidah kering dan bengkak, mukosa lengket
3. Bila terjadi hipernatremi berat: disorientasi, halusinasi,letargi, hiperaktlf bila dirangsang,
koma
Koreksi:
Jumlah cairan: deficit cairan dikoreksi dalam 2x24 jam (sd 72 jam)
Hari ke-1: 50% defisit + kebutuhan rumatan (rumus Holliday Segar)
Hari ke-2: 50% defisit + cairan rumatan sda
Ideal TBW = 0,6 x current Weight (kg)
TBW = total body water
Perbedaan perhitungan ideal TBW dan current TBW memberikan perkiraan free water deficit. Sisa
Volume dehidrasi yang mengandung elektrolit diasumsikan bahwa 60% kehilangan adalah
ekstraseluler (mengandung Natrium 140 mEq/L), dan 40% adalah intraseluler (mengandung kalium
150 mEq/L)
KALIUM ( potasium )
Ion kalium merupakan kation terbanyak di dalam cairan intraseluler
Normal = 3,5 - 5,5 mEq/liter
Fungsi:
HIPOKALEMI
1. Saluran pencernaan
Pemberlan laksansia, diare
Pengisapan lambung yang berlebihan
Muntah muntah
2. Lewat ginjal
Pengobatan diuretic
Hiperaldosteron
Pengobatan steroid
3. Melalui keringat
4. Pergerakan ke dalam sel
Hiperalimentasi
Alkalosis
Sekresi berlebihan atau pemberian insulin
5. Pemasukan yang kurang
Anoreksia
Alcoholism
Debilitas
Gejala :
1. SSP: disorientasi
2. Kardiovaskuler: VES, ST Depresi, gel T terbalik, ditemukan gelombang U,
sensitivitas digitalis meningkat
3. Otot rangka : kelemahan, hipotonik disertai reflek reflek hipoaktif
4. Otot polos: Ileus paralitik, distensi lambung yang disebabkan berkurangnya kegiatan
propulsive usus, mual dan muntah
Koreksi:
Atau :
Bila kadar K <2,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 3,75% i.v. dengan
dosis 3-5 mEq/kgbb, maksimal 40 mEq/Liter cairan
Bila kadar K 2,5-3,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 75 mg/kg/hari
p.o. dibagi 3 dosis
Aspar-K ® mengandung K-L-aspartate, diminum setelah makan!, tablet salut film 300mg
KSR ® mengandung KCl, jangan digerus/dikunyah, film coated tab 600 mg
Renapar ® mengandung K-L aspartat 300 mg, Mg L-aspartat 100 mg, untuk suplementasi K
dan Mg pada penyakit jantung dan hati, untuk hipokalemia dan hipomagnesemia akibat
penggunaan diuretik jangka panjang
HIPERKALEMI
1. Pseudohiperkalemi
Torniket yang terlalu ketat
Hemolisis contoh darah
Lekositosis
Trombositosis
2. Menurunnya ekskresi kalium
Gagal ginjal
Diuretic yang menahan kalium
Hiperaldosteron
3. Bertambah pemasukan kalium khususnya pada insufisiensl ginjal
Pengobatan kalium total
Infuse kalium berlebihan
Transfusi darah yang banyak
4. Pergeseran kalium dari sel
Asidosis metabolik atau respiratorik
Kerusakan jaringan
Gejala:
Kalitake® mengandung Ca Polystirene sulfonate, untuk hiperkalemia akibat gagal ginjal akut
dan kronis. Dosis dewasa 15-30 g oral, dilarutkan dalam 30-50 mL air, dosis terbagi 2-3 kali
sehari. Dosis anak yaitu ½ dosis dewasa. Sediaan serbuk @5 gram (20 buah = 300.000
MIMS)
KALSIUM
HIPOKALSEMIA
Definisi: Kadar Calsium (Ca) darah kurang dari 8,0 mg/dL atau ion Ca kurang dari 4,6 mg/dL.
Penyebab:
1. Malabsorbsi
2. Kurang vitamin D
3. Pancreatitis akut
4. Pemberian transfusi darah dengan koagulasi sitras
5. Hipoparatiroid primer
6. Alkalosis ( penurunan ion kalsium )
7. Hipofosfatemia
8. Hipoalbuminemia ( pada slrosis,syndrome nefrotik, kelaparan)
9. Hipomagnesia
Gejala:
Pengobatan:
Koreksi CaCl2 0,2 cc/KgBB atau Ca giukonas 0,5 cc/KgBB
Atau :
HIPERKALSEMI
Gejala:
1. Kelemahan otot
2. Konstipasi
3. Tidak ada nafsu makan
4. Menurunnya daya ingat
5. Poliuri, polidipsi
6. Gambaran EKG : interval QT pendek
7. Henti jantung dapat terjadi pada krisis hiperkalsemi
Pengobatan:
1. Pemberian peroral garam fosfat inorganic
2. Diet rendah kalsium
3. Pengobatan sesua derajat sakitnya, kalau perlu operasi : untuk mengangkat tumor
paratiroid
MAGNESIUM
Serum : l,8-2,4 mEq/l
Terdapat dalam tulang ± 54% berupa garam magnesium
Fungsi:
1. Kofaktor enzim dalam metabolism karbohidrat dan protein
2. Aktivitas neuromuskuler, transmisi impuls saraf dan fungsi miokardium
3. Dibutuhkan untuk sekresi hormone para tiroid
HIPOMAGNESIUM
Definisi: Kadar Magnesium darah (Mg) kurang dari 1,7 mEq/L
Penyebab:
1. Alkoholisme
2. Diare, penglsapan cairan lambung
3. Pemberian agresif makanan pada orang kelaparan tanpa pemberian magnesium
4. Ketoasidosis diabetic
5. Hiperaldosteronism
6. Obat – obat: diuretik, antibiotic aminoglikoside (gentamisin)
7. Pancreatitis, tirotoksikosis, hiperparatiroidism
Gejala:
1. Iritabilitas neuromuskuler
Reflek meningkat, tremor, kejang
Tanda chovstek positif
2. Cardiac
Takiaritmia
Sensitivitas terhadap digitalis meningkat
Perubahan daiam EKG: interval PR dan QT memanjang, kompleks QRS melebar,
segmen ST depresi, gelombang T inverse
3. Perubahan mental
Disorientasi
Suasana hati berubah-ubah
Halusinasi
4. Hipokalsemia dan biasanya terjadi pada hipomagnesium
Pengobatan:
1. Kekurangan magnesium ringan dapat diperbaiki dengan diet makan sayuran hijau, kacang
kacangan, buah buahan (nanas dan jeruk)
2. Pemberian magnesium parenteral: 1 - 2 gr MgSO 4
1 fles MgSOA = 5 gr = 25 ml
1 grMgSO4 = 8 mEq = 4 Mmol
Contoh:
Koreksi:
Atau :
Efek yang ditimbulkan dari pemberian Magnesium Sulfat berupa: hipotensi, flushing, nausea, warmth,
hingga dapat menimbulkan depresi pernapasan.
HIPERMAGNESIUM
Penyebab:
1. Gagal ginjal
2. Insufisiensi adrenal
3. Pemasukan magnesium yang berlebihan
4. Ketoasidosis yang tidak diobati
Gejala:
Pengobatan:
1. Terpenting adalah pencegahan hipermagnesium dengan mengatasi penyebab
2. Bila terjadi depresi pernapasan dan gangguan sistem konduksi tindakan nya :
Penggunaan ventilasi mekanik
Pemberian kalsium intravena ( kalsium adalah antagonis Mg)
Hemodialisa
TERAPI OKSIGEN
Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan oksigen untuk memenuhi kebutuhan /
mencegah dan atau mengobat hipoksemia – hipoksia – anoksia – disoksia dengan cara :
ASUMS1 :
PaO2 = 100 mmHg, SatO2 = 100%, Hb = 14 g/dl
Maka CaO2 = 181 ml/L
ASUMSI :
PvO2 = 40 mmHg, SatO2 = 75%, Hb = 14 g/dl
Maka CaO2 = 136 ml/L
INDIKASI TERAPI O2
TATALAKSANA HIPOKSEMIA
Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal
Diagnosa : Cara melakukan diagnosa terhadap adanya gangguan jalan napas dapat diketahui
dengan cara L (look), L (listen), dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerak.
Sapuan jari (finger-sweep) : Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya
benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah,
muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas hilang.
Cara melakukannya:
Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan adanya fraktur tulang leher), kemudian buka
mulut dengan jaw-thrust dan tekan dagu ke bawah.
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih dan dibungkus dengan
sarung tangan/kassa untuk membersihkan/mengorek/mengait semua benda asing
dalam rongga mulut.
Membersihkan jalan napas bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair,
maka dilakukan pengisapan (suctioning). Pengisapan dilakukan dengan menggunakan
alat bantu pengisap (pengisap manual portabel, pengisap dengan sumber listrik)
Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak sadar dan
terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak mungkin diambil
dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa:
- Laringoskop
- Alat pengisap (suction)
- Alat penjepit (forceps)
CARA MEMBEBASKAN JALAN NAPAS
Tanpa alat
Chin lift
Jaw thrust
Head tilt
Dengan alat
Nasopharyngeal tube
Oropharyngeal tube
Endotracheal tube
Laryngeal mask airway – tracheostomy tube
TANPA ALAT :
Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leherdan kepala, hanya dilakukan jaw-thrust
dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
DENGAN ALAT :
Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna.
Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik, dilakukan
pemasangan pipa endotrakhea.
Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamln jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasI
dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
TEKNIK
Sungkup muka dipegang pada wajah pasien dengan jari tangan kiri mengangkat mandibula
(chin lift, jaw thrust). Ibu jari dan telunjuk tangan kiri memberikan counterpressure.
Tekanan ventilasi < 20 cmH20, teknik dengan dua atau tiga tangan
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Asam (asidosis) : substansi yang dapat melepaskan ion H+
Basa (alkalosis) : substansi yang dapat menerima ion H+
Tujuan: menilai kemampuan fungsi sistem respirasi menyediakan O2 dan mengeluarkan CO2 serta
menilai status asam basa cairan tubuh
Nilai normal Analisa Gas Darah
PH 7.35 - 7.45
PaCO2 35 - 45 mm Hg
PaO2 75 - 100 mm Hg
HCO3- 22 - 26 mmol/L
standard base excess (BE) 0 + 3 mmol/L
O2 saturation 95% - 100%
ALKALOSIS METABOLIK
Murni ↑ ↑ N DIURETIK
Kompensasi sebagian ↑ ↑ ↑
Kompensasi penuh N ↑ ↑
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Murni ↓ N ↑ SMNR
Kompensasi sebagian ↓ ↑ ↑
Kompensasi penuh N ↑
ALKALOSIS
RESPIRATORIK SMR
Murni ↑ N ↓
Kompensasi sebagian ↑ ↑ ↑
Kompensasi penuh N ↓ ↓
Efek: - Hipoventilasi
- Hipokalsemia (tanda Chvostek dan Trousseau positif, tetani)
Penyebab :
Sensitif klorida
Gastrointestinal
Muntah
Drainase lambung
Diare klorida
Adenoma vilus
Ginjal
Diuretik
Post hiperkapnik
Ambilan klorida yang rendah
Keringat
Fibrosis kistik
Resisten klorida
Peningkatan aktivitas mineralokortikoid
Hiperaldosteronism primer
Gangguan edema (hiperaldosteronism sekunder)
Sindrom Cushing
Menelan licorice
Sindrom Bartter
Hipokalemia berat
Lain-lain
Transfusi darah massif
Larutan koloid yang mengandung asetat
Pemberian basa pada insufisiensi ginjal
Terapi biasa
Terapi kombinasi antasid dan resin pertukaran kation
Hiperkalsemia
Sindrom milk-alkali
Metastasis tulang
Penisilin sodium
Pemberian glukosa pada kelaparan
Terapi :
1. Ringan mengganti kekurangan ECF dengan larutan garam isotonik parenteral ditambah
KCl
2. Berat Larutan HCl IV dengan kadar 0,1-0,2 atau (kadang) NH 4Cl (amonium klorida) IV
atau HCl arginin.
3. Alkalosis metabolik resisten klorida atasi kelainan yang mendasarinya
4. Pasien dengan kelebihan volume cairan inhibitor karbonikanhidrase yang menlngkatkan
ekskresi bikarbonat
ASIDOSIS METABOLIK
Gangguan sistemik : ↓primer kadar bikarbonat plasma ↓ pH disebabkan karena:
1. Kelebihan produksi asam
2. Kurangnya cadangan penyangga
3. Kurangnya ekskresi asam
Efek:
Penyebab:
Terapi :
1. Mengganti kekurangan basa, pada umumnya saat pH < 7,20
Pilihan utama NaHCO3
Na-laktat atau asetat
THAM
2. Larutan IV Ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan pada asidosis dengan selisih
anion normal.
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Peningkatan primer PaC02 (hiperkapnia) penurunan pH
Peningkatan bikarbonat serum diperkirakan sekitar 1 mEq/L untuk setiap peningkatan CO2
10 mmHg
Efek:
- Hipoksemia
- Perubahan tingkat kesadaran
- Gejala peningkatan tekanan intracranial
Penyebab
Hipoventilasi alveoli
Depresi sistem saraf pusat
- Dipicu obat
- Gangguan tidur
- Sindrom hipoventilasi karena kegemukan (Pickwickian)
- Iskemia otak
- Trauma otak
Gangguan neuromuscular
- Miopati
- Neuropati
Abnormalitas dinding dada
- Flail chest
- Kifoskoliosis
Abnormalitas pleura
- Pneumotoraks
- Efusi pleura
Obstruksi jalan nafas
- Jalan nafas atas (Benda asing, Tumor, Spasme laring, Gangguan tidur)
- Jalan nafas bawah (Asma berat, Penyakit paru obstruktif kronik, Tumor)
Penyakit parenkim paru
- Edema paru (Kardiogenik, non kardiogenik)
- Emboli paru
- Pneumonia
- Aspirasi
- Penyakit paru intersititial
- Malfungsi ventilator
Terapi:
1. Tujuan - memulihkan ventilasi efektif secepatnya & mengatasi penyebab yg mendasari
2. Obat-obatan bronkodilator
3. Intubasi endotrakea & bantuan ventilasi mekanik
4. Natrium bikarbonat hanya pada keadaan asidemia yang mengancam jiwa yaitu pH 7,1
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Penurunan primer PaCO2 (hipokapnia) peningkatan pH
Disebabkan oleh:
1. Penyakit atau gangguan pada susunan saraf pusat
2. Kelainan atau penyakit pada paru.
3. Kelainan kardiovaskular
Efek:
1. Alkalemia kepala terasa ringan, mual, muntah, parestesia sirkum-oral dan digital, spasme
karpopedal dan tetani
2. Kelelahan, berdebar-debar, cemas dan susah tidur
3. Pada keadaan berat ketidakmampuan konsentrasi
Penyebab:
Stimulasi sentral
Nyeri
Cernas
Iskemia
Stroke
Tumor
Infeksi
Demam
Induksi obat Salisilat progresteron (pada kehamilan)
Analeptik (doxapram)
Stimulasi perifer
Hipoksemia
Tinggal di tempat yang tinggi
Penyakit paru
Gagal jantung kongestif
Edema paru non kardiogenik
Asma
Emboli paru
Anemia berat
Mekanisme yang tidak diketahui
Sepsis
Ensefalopati metabolic
Iatrogenik
Dipicu oleh ventilator
Terapi :
Pasien tanpa gejala dengan pH < 7,55 terapi ditujukan pada kelainan primer yang
menyebabkan hipokarbia
Pasien yang menunjukkan gejala alkalosis:
1. Simple rebreathing device untuk menaikkan PCO2
2. Gunakan udara pernapasan dengan campuran gas O2 95% dan CO2 5%
3. Keadaan berat penggunaan asetazolamid (diamox), HCI atau NH4CI secara intravena
dan penggunaan alat bantu napas mekanik.
Kardiovaskular
Gangguan kontraksi otot jantung
Dilatasi arteri, konstriksi vena, dan sentralisasi volume darah
Peningkatan tahanan vaskular paru
Penurunan curah jantung, tekanan darah arteri, dan aliran darah hati dan ginjal
Sensitif thd reentrant arrhythmia dan penurunan ambang fibrilasi ventrikel
Menghambat respon kardiovaskular terhadap katekolamin
Respirasi
Hiperventilasi
Penurunan kekuatan otot nafas dan menyebabkan kelelahan otot
Sesak
Metabolik
Peningkatan kebutuhan metabolisme
Resistensi insulin
Menghambat glikolisis anaerob
Penurunan sintesis ATP
Hiperkalemia
Peningkatan degradasi protein
Otak
Penghambatan metaboiisme dan regulasi volume sel otak
Koma
Kardiovaskular
Konstriksi arteri
Penurunan aliran darah coroner
Penurunan ambang angina
Predisposisi terjadinya supraventrikel dan ventrikel aritmia yg refrakter
Respirasi
Hipoventilasi yang akan menjadi hiperkarbi dan hipoksemia Metabolic
Stimulasi glikolisis anaerob dan produksi asam organic
Hipokalemia
Penurunan konsentrasi Ca terlonlsasi plasma
Hipomagnesemia and hipophosphatemia
Otak
Penurunan aliran darah otak
Tetani, kejang, lemah delirium dan stupor
VENTILASI MEKANIK
Suatu alat bantu mekanik yang memberikan bantuan nafas dengan cara membantu sebagian atau
mengambil alih semua fungsi ventilasi guna mempertahankan hidup
Tujuan
Memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan positif melalui jalan nafas buatan
Indikasi
1. Gagal nafas akut disertai asidosis respiratorik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan
biasa
2. Hipoksemia yang teiah mendapat terapi oksigen maksimal, namun tidak ada perbaikan
3. Apneu
4. Secara fisiologis memenuhi kriteria :
Volume tidak < 5 ml/kgBB
Tekanan inspirasi maksimal < 25 cmH20
RR > 35 x/mnt
PaO2 < 60 mmHgdengan pemberian FiO2 > 60%
PaCO2 > 60mmHg
Ruang rugi : Tidal Volume > 0,6
Jenis Ventilator
a. Volume
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila volume yang telah ditetapkan tercapai (tidal
volume tatap) sedangkan ekspirasi dibiarkan secara pasif
Keuntungan: tidak menyebabkan hipo/hiperventilasi karena pemberian secara konstan meski ada
sumbatan atau kelainan paru
Kerugian : dapat menimbulkan barotrauma
b. Pressure
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila tekanan yang ditetapkan telah tercapai (peak
Inspiratory pressure tetap) sedangkan ekspirasi dibiarkan secara pasif
c. Flow
Aliran gas Inspirasi dari ventilator akan berhenti bila flow yang ditetapkan telah tercapai (flow
rate tetap)
d. Time
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila waktu yang ditetapkan telah tercapai
(inspiratory time tetap).
PARAMETER SETTING VENTILATOR
Adalah jumlah nafas yang diberikan kepada pasien setiap menitnya, setting RR tergantung dari
tidal volume, jenis kelainan paru, target PaCO2, setting awal 8-12x/mnt.
Jika RR di set 10 x/mnt, berarti siklus respirasinya adalah 60/10 = 6 dtk sekali.
Usia:
< 2 tahun = 20-25 breaths/min.
2-10 tahun = 15 - 20 breaths/min.
> 10 tahun = 10-15 breaths/min.
2. Tidal Volume
Adalah jumlah volum yang diberikan oleh ventilator kepada pasien setiap kali nafas
Tve & Tvi jml nya harus sama bila tdk ada kebocoran
Tidal Volume :
Pediatrik = 7-8 ml/kg
Dewasa = 9 -10 ml/kg.
Dead space volume = 2 ml/kg.
Compressible Volume adalah volume gas dari ventilator yang berada pada pipa penyalur, yang
tidak ikut dalam pertukaran gas. Besarnya 1-2 ml/cmH2O pada pediatric dan 2-4 ml/cmH2O pada
dewasa (pertekanan tekanan gas inspirasi).
Agar ventilasi alveolar adekuat, maka tidal volume minimal = 15-20 ml/kg (TVpasien+ dead
space volume + compressible volume).
Pegangan:
- Aman bila tekanan statis akhir inspirasi ≤ 25 cm H2O
- Bahaya bila tek.statis akhir inspirasi > 30 cm H2O
Adalah jumlah konsentrasi oksigen yang diberikan oleh ventilator kepada pssien, berkisar antara
21% - 100%, pemberian FiO2 100% pada awal pemasangan selama 15 - 30 mnt terlalu larna bisa
menyebabkan intoxikasi oksigen, selanjutnya diturunkan secepatnya jadi < 50% menyesuaikan
respon dari pasien.
Inspiratory time adalah waktu yang dibutuhkan oleh aliran gas dari ventilator untuk masuk ke
dalam paru-paru.
Expiratory time adalah waktu yang diperlukan oleh aliran gas untuk keluar dari paru-paru, yang
dimulai pada akhir inspirasi sampai inspirasi berikutnya.
rasio I: E Dws = 1:2
anak anak = 1: 1,5
bayi =1:1
Inspiratory time normal = 0,3 - 1,5 detik, dengan rata-rata = 0,75 detik.
Siklus respirasi terdiri dari : inspirator/ time + inspiratory pause + expiratory time I : E ratio = (
Ti + Tp ) : Te.
Inspiratory Pause
Selesai phase inspirasi, ventilator dapat menahan aliran gas di dalam paru-paru selama beberapa
saat untuk memberi kesempatan difusi oksigen dari alveoli ke dalam kapiler fase pause 10%
Mengatur atau membatasi jumlah pressure yang diberikan dari volume cycle ventilator, sebab
pressure yang terlalu tinggi bisa menyebabkan barotrauma. Setting pressure tidak boleh > 35
cmH20, jika limit sudah tercapai maka secara automatis ventilator akan menghentikan
hantarannya dan alarm akan berbunyi. Pressure limit dicapai blasanya dlsebabkan oleh tandanya
sumbatan, obstruksi jalan nafas, retensi sputum dl ETT. Akumulasi penguapan air di sirkuit
ventilator, ETT Itergigit, pasien batuk, pasien fighting, kinking pada tubing ventilator.
Nilai normal :
Bayi = 5-10 cmH2O
Anak – anak = 10-15 cmH2O
Dewasa = 15-35 cmH2O
6. Minute Volume
Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yang di set, biasanya setting berkisar
antara 40-100 lt/mnt
Batas aliran gas terendah adalah 2 kali minute ventilation. Sebagian besar ventilator bayi dapat
bekerja dengan flow rate gasses 4-10 L/min. Maka pada flow cycle diberikan flow = 2-3 L/kg
Rumus:
I.
II.
Contoh soal: RR = 10 x/mnt, TV = 600 ml
8. Trigger/sensitivity
Menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai/ mentriger inspirasi pada
ventilator. Trigger tidak diberikan bila ventilator dalam modus control
Berguna untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi, sehingga mampu
meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli, PEEP berfungsi untuk meredistribusikan cairan
ekstravaskuler paru, meningkatkan volume alveoli, mengembangkan alveoli yang kolaps, dan
meningkatkan kapasitas residu fungsional. Nilai PEEP berkisar 5-15 cmH2O, jika PaO2 masih
rendah sedangkan FiO2 sudah 60% maka peningkatan PEEP merupakan pilihan yang utama
PEEP fisiologis:
Pediatrik = 2-3 cmH2O
Dewasa = 3-5 cm H2O
Pada umumnya PEEP dinaikkan antara 5-15 cmH2O, untuk memperbaiki oksigenasi.
Pemberian PEEP
Pemberian PEEP awal sebesar 5 cm H2O dan dititrasi secara bertahap 2-3 cm H2O.
Pengaruh pemberian PEEP tidak akan terlihat dalam waktu beberapa jam.
Monitor blood pressure, heart rate dan PaO 2 selama pemberian PEEP secara titrasi dan pada
interval waktu tertentu seiama terapi pemberian PEEP.
Diberikan untuk mencegah collapse alveoli. Besarnya 1,5 - 2 kali TV normal, frekuensi diatur
berapa kail per jam.
Pola nafas control dlberikan dalam 2 x dalam 3 mnt dengan tekanan sesuai yang di sight ditambah
tekanan pada PEEP.
Harus di-on-kan artinya bila terjadi kebocoran TV tetap sesuai yg diset karena mesin akan
kompensasi secara otomatis.
Antara pasien dengan mesin tidak sinkron, hal ini bisa disebabkan oleh pasien sadar, nyeri,
hipoksia dll, atau disebabkan oleh setting ventilator yang keliru/ salah.
Jika hal tersebut terjadi maka lakukan ambil alih ventilasi dengan pompa napas (ambu bag),
sambil mencari dan mcngatasi kausa misalnya dengan memberi sedatif/analgetik, memeriksa
analisa gas darah, atau melakukan setting ulang ventilator.
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh
untuk pelembaban dan penghangatan.
Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang
dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan.
Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh pada kasus hipotermi berat, pengaturan
suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan luka bakar pada
trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi
menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.
MODE VENTILATOR
1. Controlled Mechanical Ventilation
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan paslen.ini diberikan
pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada
mode ini ventilator mengontroi pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan
volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi.
Pernafasan pasien diatur sepenuhnya oleh ventilator, tergantung frekuensi yang ditetapkan.
Digunakan pada pasien yang tidak dapat bernafas spontan dan diberikan Trigger of sensitivity
= - 20 cmH2O, sehingga pasien tidak dapat membuka katup inspirasi pada ventilator. Pada
umumnya diberi muscle relaxant dan sedasi.
a. VOLUME CONTROL
- Banyaknya udara yang ditiup (TV) sesuai dengan setting mesin
- Tekanan di jalan nafas bervariasi.
- Inspirasi berakhir setelah TV tercapai.
b. PRESSURE CONTROL
- Banyaknya udara yang ditiup (TV) bervariasi
- Tekanan di jalan nafas sesuai dengan setting mesin
- Inspirasi berakhir setelah pressure tercapai
2. Assist Ventilation
Pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan
kesempatan untuk bernafas spontan, jumlah pernafasan dan volume semenit ditentukan
pasien, dibedakan menjadi assist volume mode dan assist pressure mode
Pasien sudah mempunyai inisiatif (triggering) untuk bernafas sehingga merangsang mesin -
sensitivity - .Triggering :
- Pressure
- Flow
Bila pasien tidak merangsang mesin CMV
Menerima volume dan RR dari ventilator, diantara pernafasan yang diberikan ventilator,
pasien diberi kesempatan untuk bernafas sendiri. Dengan modus ini, ventilator memberikan
bantuan nafas dimana saja pada saat siklus pasien bernafas sendiri, akibatnya sering terjadi
benturan antara pernafasan pasien dengan ventilator.
IMV merupakan campuran antara nafas spontan pasien dan kontrol ventilator.
Trigger of sensitivity = - 2 cmH2O.
Frekuensi nafas ventilator harus lebih rendah dari frekuensi nafas spontan pasien.
Ventilator memberikan bantuan inspirasi sesuai dengan frekuensi nafas yang ditetapkan,
tetapi bantuan inspirasi jatuh tepat pada saat pasien memulai usaha nafas spontan sehingga
tidak terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan ventilator
Frekuensi nafas SIMV di mulai dari 10 kali/min, respiratory rate pasien sesuai kemampuan
(mis: 20 x/mln). Trigger of sensitivity = -2cmH2O
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa
bernafas tetapi tidal volumenya tidak cukup karena nafasnya dangkal.
Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu
untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
Ventilator bekerja untuk SIMV dengan volume cycle sedangkan untuk PS dengan pressure
cycle.
Di mulai dengan PS = 15 cmH2O (pressure limit = IS cmH2O), SIMV disini sebagai back
up, bila dengan PS terjadi apnea.
Memberikan tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama siklus
pernafasan, RR dan volume tidal ditentukan oleh pasien.
Pasien bernafas spontan, tetapi ventilator memberikan bantuan tekanan positive yang
kontinyu sepanjang siklus respirasi. Tekanan positive yang diberikan antara 2-7 cmH20,
tekanan yang terlalu tinggi akan mengganggu venous return. CPAP dapat meningkatkan FRC
dan memperbaiki oksigenasi
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang
sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot
pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
Sangat mirip dengan CPAP kecuali tekanan konstan hanya diberikan selama ekspirasi.
10. T- PIECE
Merupakan suatu cara pemberlan therapy O2 dan Humidifikasi dalam proses akhir
penyapihan pasien dari penggunaan alat bantu nafas di mana untuk beberapa saat ETT masih
harus dipertahankan
Mode spontan PET (menggunakan cateter suction nomor 10 dimasukkan ± ¼ dari selang
suction
JENIS-JENIS PENGATURAN :
A. Volume Cycle
Modes:
- Controlled Mechanical Ventilation
- Assist Controle Ventilation
- Intermittent Mandatory Ventilation
- Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation
- Continuous Positive Airway Pressure
Modes:
B. Pressure Cycle
Ventilatory frequency:
infant = 20 - 25 breatholder
child = 15-20 breaths/min
C. Flow Cycle
Digunakan pada bayi dengan berat badan lebih kecil atau sama dengan 10 kg.
Ventilatory rate : 20 - 25 breaths/min
Inspiratory time : 0,6 - 0,7 sec
PEEP : 2-3cmH20
I: E ratio : 1:1
3. Berikan latihan ventilasi dengaan mode PS setiap hari pada pasien dg kriteria :
Rasio PaO2/Fi02 > 150
Pasien dapat bernafas spontan jika frekuensi nafas pd mode SIMV dikurangi
s/d 8
4. Protocol penyapihan
Lihat diagram alur pada halaman berikut
Tentukan tekanan inisial untuk menjaga volume tidal yang adekuat
b. Alternatif lain gunakan target volume tidal 80-100 % dari volume tidal pada
mode SIMV
c. Range PS yang dapat diterima = 5-25 cmH2O
Jika volume tidal tidak dapat tercapai pada tekanan 25 cmH2O tunda percobaan
II. FiO2 =
III.
Keterangan :
Rumus
Persamaan AGD
(90 = PO2 yang diharapkan)
X=
FiO2 =
PAO2 = (Pb – PH2O) x 100% - PCO2
= (760 – 47) x 100% - 40
= 713 – 40
= 673
FiO2 =
=
= 81%
Pemakaian Ventilator
Penyetingan alarm
Istilah – istilah:
Derajat Shunting
PASB = 6 PEEP = 5
Saat ada trigger di berikan pressure 6 + 5 = 11
BIPAP
TV tidak disetting (pasien menerima TV sesuai kemampuan)
PC BIPAP
Yang diset pada mesin artinya
RR = 12, T insp= 1,8 , PEEP = 5, P insp = 20, ASB = 12, FiO2 = 40%
Elemen :
Elevasi tempat tidur di bagian kepala
Interupsi sedasi harian untuk menilai kesadaran dan kesiapan untuk "weaning"
Profilaksis peptic ulcer
Profilaksis DVT
Daily Oral Care dengan chlorhexidine
Sepsis Care Bundle terdiri dan 7 elemen yang harus diimplementasikan 100% dalam waktu 6
jam pertama pada pasien sepsis berat atau shock septik. Elemen tersebut antara lain:
1. Kultur darah
2. Pengukuran laktat
3. Pemberian antibiotik awal
4. Resusitasi cairan
5. Terapi vasopressor dan inotrope
6. Pertahankan CVP yang adekuat
7. Pertahankan saturasl oksigen vena sentral.
Setelah menjalankan 7 elemen tersebut yang harus dicapai dalam 6 jam, dilanjutkan dengan 4
elemen yang ditargetan diimplementasikan dalam 24 jam:
Tekanan Vena Sentral (CVP) 8-12 mmHg ( 12-15 mmHg jika diventilasi)
MAP > 65 mmhg atau SBP > 90 mmhg
Urine output > 0.5mL/kg
Saturasi vena campur ScVO2 > 70%
Manifestasi klinis syok adalah gambaran hipoferfusi organ: perubahan status mental, dingin,
ekstremitas pucat, tekanan darah rendah, melemahnya nadi dan oligouria.
Dari perspektif fisiologi sirkulasi syok dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma terjadi
penurunan perfusi jaringan sehingga aliran darah tidak adekuat mencukupi keperluan
metabolisme seluler.
Adalah saturasi oksigen dari darah vena atau darah yang kembali ke jantung kanan
Hal ini merefleksikan, jumlah dari oksigen yang ter"sisa" setelah digunakan oleh jaringan
(tissue).
Jadi, SvO2 dipengaruhi oleh saturasi oksigen arteri, konsumsi oksigen sel, curah jantung
(cardiac output) dan hemoglobin
mengukur SvO2 :
Oximetric Swan
Two wavelength systems
Three wavelength systems
Pengukuran langsung:
Sampel darah diambil dari PA cath distal, dan dianalisa dengan mesin Analisa Gas Darah
(AGD)
Sampel darah diambil dari lumen distal kateter vena sentra (CVC) dan dianalisa dengan
mesin AGD, notifikasinya menjad Scava-veinO2 (ScvO2)
Shock adalah suatu sindrom dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan oksigen
tissue (VO2) dengan delivery oksigen (DO2)
Sebagai konsekuensi dari ketidak seimbangan ini adalah terjadinya peningkatan kadar laktat
darah atau penurunan SvO2, yg menandakan mulai terjadinya kerusakan sel (metabolisme
anaerob)
Jalur vena :
1. Jalur perifer (larutan < 800 mOsm)
2. Vena sentral (larutan > 800 mOsm)
KEBUTUHAN KALORI
Sumber kalori :
1. Karbohidrat : 3-5 gram/kgBB/hari
2. Lemak : minimal 10% dari kebutuhan kalori, maksimal 1.5 gram/kgBB/hari
- NASOGASTRIK
- NASODUODENAL
- FARINGOSTOMI GASTRIK
- FARINGODUODENAL
- GASTROSTOMI
- GASTROSTOMI DUODENAL
- YEYUNOSTOMI
Resiko aspirasi
Intoleransi terhadap bolus KH, lemak, dan protein
Terjadwal
Karb
Ener Protei Lema
ohidr Natriu Kaliu
Jenis gi n k
at m m Keterangan
Produk (Kka (gram (gram
(gra (mg) (mg)
l) ) )
m)
Nutri seimbang (serat pangan / fiber,
Entramix 260 10 8 38 130 110 selenium 12,1mg, prebiotik inulin,
bebas laktosa, bebas gluten)
Nutrisi seimbang (MUFA, prebiotik
Nutrisol 262,7 11,25 7,5 38,75 237,5 450 FOS, omega 3 dan 6, mengandung
gula, selenium)
Nutrisi seimbang (prebiotik FOS,
Ensure 250 9,8 7,6 35,8 206,5 391,3 tinggi kalsium, rendah kolesterol, asam
linoleat dan linolenat, bebas laktosa)
Nutrisi seimbang (bebas laktosa, bebas
Nutrien
260 10,8 10,8 31,52 135,8 326 gluten, probiotik, prebiotik, MUFA,
Optimum
PUFA, protein whey, rendah residu)
Nutrisi seimbang (MCT, bebas laktosa,
Panentera
250 7,6 12,8 27 112,5 281,2 linolenat dan linoleat, tinggi lemak
l
MCT, L:P:Kh=44%:12%:44%)
Peptiosol 250 14 3 42 130 130 Nutrisi tinggi protein
Nutrisi untuk penyakit ginjal (rendah
Nephrisol 270 5 6 48 95 60
protein)
Diabetaso Nutrisi untuk diabetes (serat pangan,
250 10 8 39 95 210
l kromium picolinat, low GI)
Hepatosol 230 9 2,5 47 130 80 Nutrisi untuk gangguan fungsi hati
Hepatosol Nutrisi untuk gangguan fungsi hati
250 12 2,5 44 135 80
LOLA berat
Nutrisi untuk kanker (tinggi energi,
Nutrican 330 19 7 51 54 180
protein BCAA, omega 3, serat pangan)
Nutrisi lengkap seimbang untuk anak
Pediasure 250 7,7 12,25 27,7 119 239
(rendah laktosa)
Nutrisi seimbang dari soya atau
Proten 265 10 7,25 34,6 3,1 461
kedelai (bebas laktosa, +Zinc, +Fe)
Nutrisi elemental / jejunostomi
(peptida bebas laktosa, isotonik, sangat
Peptamen 250 10 10 31,2 200 312,5
rendah residu, bebas gluten, MCT
70%)
Peptamen Nutrisi elemental untuk gangguan
250 8 10 35 180 330
Junior pencernaan anak, jejunostomi (peptida)
Imunonutrisi (arginin, glutamin,
Neomune 250 15,6 7,2 31,2 200 263,75
omega 3, MCT)
Nutrisi Parenteral
F = Feeding
A = Analgesik
S = Sedasi
T = tromboemboli profilaksis
H = Head of bed elevasi
U = Ulcer proteksi
G = Glucose control
FEEDING
ANALGESIA
Faces Scale
McGill Pain Questionnare
SEDASI
TROMBOEMBOLI PROFILAKSIS
Cara Mekanik:
Terap imedikamentosa:
Heparin 5000Unit setiap 8 – 12 jam
Enoxaparin 30 Unit setiap l2 jam
Dalteparin 2500 – 5000 Unit setiap 24 jam
Fondaparinux 2,5mg setiap 24 Jam
ULCER PROFILAKSIS
GLUCOSE CONTROL
Elektrokardiograf: Alat untuk mencatat aktivitas listrik jantung yang dihubungkan dengan
waktu
Kertas EKG
1. SANDAPAN BIPOLAR
Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan dgn kaki kiri, dimana
tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LL),
dimana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan
2. SANDAPAN UNIPOLAR
Sandapan aVR : merekam potesial listrik pada tangan kanan (RA) dimana tangan
kanan bermuatan (+) tangan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen.
Sandapan aVL : merekam potensial iistrik pada tangan kiri (LA) dimana tangan
kiri bermuatan (+) tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen.
Sandapan aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LL) dimana tangan
kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indiferen
1. IRAMA
Irama EKG normal : IRAMA SINUS (SR) (Irama yang ditentukan oleh SA Node)
Ciri – cirinya:
HR : 60 – 100 x /mnt
Irama teratur / regular
Gel P normal dan selalu diikuti oleh complex QRS & gel T
PR interval antara 0,12 – 0,20 detik
Komplex QRS normal (0,060 – 0,12)
Semua gelombang sama
2. HEART RATE
Cara;
Amplitudo QRS dihitung pada lead I dan AVF:
Amplitudo gel R - amplitude gel S
Bila:
- Gel R, nilalnya lebih tinggi dari gel S = positif
- Gel S, nilainya lebih tinggi dari gel R = negative
4. GELOMBANG P
Depolarisasi Atrium
Sinus Ritme : + di II
Sinus Ritme ; - di avR
N : lebar <0,12dtk
N : tinggi < 0,3 mV
5. PR INTERVAL
Gelombang QRS
Depolarisasi ventrikel
Lebar 0,05 – 0,12 dtk (1 ½ kk)
Bila > 0,12 dtk Bundle Brach Block (BBB)
Tinggi tergantung lead
Q normal < 0,04 dtk (1 kotak)
Q patologis : > 1/3 R = tanda infark
7. SEGMEN ST
Normanya isoelectric
Antara fase depolarisasi ventrikel dengan repolarisasi ventrikel
8. Gelombang T
Repolarisasi dari ventrikel
Normalnya positif
Terbalik di aVR
Bila interved selain di aVR : tanda iskemik
Runcing di semua sadapan : tanda hiperkalemi
GANGGUAN PENGHANTARAN IMPULS
Nodus SA:
SA block
Nodus AV :
AV block derajat 1
AV block derajat 2 ( mobitz I & II)
AV block derajat 3 (total AV block )
Interventrikuler
RBBB
LBBB
SA Block
Irama : teratur
Frekuensi : umumnya normal (60 – 100 x / mnt)
Gel.P : normal
Interval PR : memanjang (> 0,20 detik)
Gel.QPR : normal
Irama : teratur
Frekuensi : kurang dari 60 x /menit
Gel.P: normal, tapi gelombang P dan QRS berdiri sendiri – sendiri
Interval PR : berubah – ubah
Gel. QRS : normal atau memanjang
Irama : teratur
Frekuensi : umumnya normal
Gel.P : normal
Interval PR : normal
Gel.QRS : melebar (> 0,0,12 detik)
Adanya “M shape” di V1 dan V2, adanya perubahan ST segmen di V1 dan V2
Irama : teratur
Frekuensi : umumnya normal
Gel. P : normal
Interval PR : normal
Gel. QPR : melebar (> 0,12 detik)
Adanya “M shape” di V5 dan V6, adanya perubahan segmen ST di V5 dan V6,
adanya Q yang lebar dan dalam di V1 dan V2
Hipertropi
Hipertropi atrium
1. hipertropi atrium kanan ( RAH )
Adanya gelombang P yang tinggi ( > 0,3 mV ), terutama dilihat pada lead I dan II
P pulmonal)
Hipertropi ventrikel
1. Hipertropi ventrikel kanan ( RVH )
- Axis RAD
- Gelombang R > gelombang S pada prekordial kanan
- Gelombang S menetap di lead V5/ V6